BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Friday, January 30, 2009

SOPD Kabupaten Sekadau


Ir. Muhammad Isa, M.Si Kepala Dinas Kehutanan dan perkebunan Kabupaten sekadau

Drs. Yohanes Yoseph Marcus Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sekadau

Matheus Tius S.Sos, M.Si Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa dan Pemerintahan Desa Kabupaten Sekadau

Drs. Yohanes Jhon Asisten Pemerintahan Perekonomian dan Sosial Sekretariat Daerah Kabupaten Sekadau.

Drs. Khandra Asmarahady Asisten Administrasi dan Umum Sekretariat Dearah kabupaten Sekadau. H. Abdul Gani, SH,M.Si Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sekadau.
Drs. A. Adrianto Gundokusumo, M.Si Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sekadau.

Ir. Suyitno Kepala Dinas pekerjaan Umum dan Pertambangan Kabupaten Sekadau.

H. Ade racmat Syuhada, SE Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupagten Sekadau

dr. Wirdhan Mahzumi, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sekadau

Drs. Djemain Burhan,MM Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sekadau.

H. Sukarman, S.Sos M.Si Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sekadau

Ir. Abang Ahmad Yani, Mp Kepala Dinas Perhubungan Telekomunikasi, Informatika, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sekadau.

M. Ramsyah, S.Ip, MM Kepala Badan dan Perencanaan Daerah Kabupaten Sekadau.

Drs. Henry Lisar, M. Pd Inspektur Kabupaten Sekadau

Ir. Slamet, MM Staf Ahli Bupati Sekadau Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia.

Agustinis Agus ,SH Kepala Kantor Lingkunagan Hidup Dan Pertaman Kabupaten Sekadau

Drs. Agustinus, MM Kepala Kantor Kepegawaian ,Pendidikan Dan Pelatihan Kabupaten Seladau

Erna Yulita, SP Kepala kantor penyuluhan dan ketahanan pangan kabupaten sekadau.

Yuspia Basilisa, S.Ag Kepala kantor perpustakaan ,arsip dan dukumentasi kabupaten sekadau

Muhammad Arsya, S.Sos Kepala kantor satuan polisi pamong peraja kabupaten sekadau.

Honorius Bruno, SKM Direktur Ruman Sakit umum daerah Kabupaten Sekadau.

Baca Selengkapnya..

SOPD Provinsi Kalimantan Barat


1 Drs. Ignatius Lyong, MM Asisten Adm Pemerintahan Setda Prov. Kalbar
2 Drs. Maryadi, M.Si Asisten Adm Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial Setda Prov. Kalbar
3 Drs.M.H. Munsin, MH Asisten Adm dan Umun Setda Prov. Kalbar
4 Drs. Ibnu Setiawan, MM Sekretaris DPRD Prov. Kalbar
5 Drs. Alexius Akim, MM Kepala Dinas Pendidikan Prov. Kalbar

6 Dra. HJ. Utin Kusumawaty, M.Si Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Prov. Kalbar
7 Dr. M. Subuh, MPPM Kepala Dinas Kesehatan Prov. Kalbar
8 Drs. M. Junaidi, M.Si Kepala Dinas Sosial Prov. Kalbar
9 Maksum Jauhari, SH Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transnigrasi Prov. Kalbar
10 D.L. Denny, SH Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Prov. Kalbar
11 Drs. Kamaruzzaman, MM Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Kalbar
12 Ir. Jakius Sinyor Kepala Dinas Pekerjaan Unun Prov. Kalbar
13 Drs. Dody S. Wardaya, MM Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Kalbar
14 Ir. H. Hazairin, MS Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Kalbar
15 Drh. Abdul Manaf M Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Prov. Kalbar
16 Ir. H. Idwar Hanis Kepala Dinas Perkebunan Prov. Kalbar
17 Drs. Kornelius Kimha, M.Si Kepala Dinas Kehutanan Prov. Kalbar
18 Ir. Budi Haryanto Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Kalbar
19 Ir. Agus Aman Sudibyo, MM Kepala Dinas Pertambangan Dan Energi Prov. Kalbar
20 Drs. Darwin Muhammad Kepala Dinas Pendapatan Daerah Prov. Kalbar
21 Drs. Herry Djaung, M.Si Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Prov. Kalbar
22 Ir. H. Fathan A. Rasyid, M.Ag Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prov. Kalbar
23 Tony Ferdy, S.Sos, M.Si Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Prov. Kalbar
24 Ir. H. Darmawan, M.Sc Kepala Badan Lingkungan Hidup Prov. Kalbar
25 Drs. M. Zet Hamdy Assovie, MTM Kepala Penanaman Modal Daerah Prov. Kalbar
26 Dra. Hj. Ida Kartini, M.Si Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak, Masyarakat, dan KB Prov. Kalbar
27 Drs. H. Pieter Allon G, MM Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Prov. Kalbar
28 Drs. Martin Luther D, M.Si Kepala Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Kerjasama Prov. Kalbar
29 Drs. Bontor Panggabean Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Prov. Kalbar
30 Drs. Marselinus Kutjai Apin Kepala Badan Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi Prov. Kalbar
31 Drs. John Itang Oe, MM Inspektur Provinsi Kalbar

32 Lensus Kandri, SH, MH Kepala Badan Kepegawaian Daerah Prov. Kalbar
33 Togi Lumban Tobing, SH, MH Staf Ahli Gubernur Kalbar Bidang Hukum dan Politik
34 Drs. M. Aminuddin, M.Si Staf Ahli Gubernur Kalbar Bidang Pemerintahan
35 Prof. Ir. M. Alamsyah HB Staf Ahli Gubernur Kalbar Bidang Pembangunan
36 Drs. Ngatman, M.Pd Staf Ahli Gubernur Kalbar Bidang Kemasyarakatan dan SDM
37 Drs. H.A. Munir HD, MM Staf Ahli Gubernur Kalbar Bidang Ekonomi dan Keuangan
38 Drs. Sumarno Kepala Biro Pemerintahan Setda Prov. Kalbar
39 Marius Marcellius TJ, SH, MM Kepala Biro Hukum Setda Prov. Kalbar
40 Drs. Robertus Isdius, M.Si Kepala Biro Kependudukan dan Catatan Sipil Setda Prov. Kalbar
41 Ir. Anna Verydiana Iman Kalis, MP Kepala Biro Perekonomian dan Pembangunan Setda Prov. Kalbar
42 Dra. Sri Djumiadatin, M.Si Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Setda Prov. Kalbar
43 Drs. Ignasius, SH, M.Si Kepala Biro Organisasi Setda Prov. Kalbar
44 Drs. Bachtiar, M.Si Kepala Biro Pengelolaan Keuangan Setda Prov. Kalbar
45 Kartius, SH, M.Si Kepala Biro Pengelolaan Asset Setda Prov. Kalbar
46 Drs. H. Soezarsono Soekran Kepala Biro Umum Setda Prov. Kalbar
47 Dr. Gede Sandjaja, Sp.BO Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Prov. Kalbar
48 Drg. Oscar Primadi, MPH Direktur Rumah Sakit Jiwa Prov. Kalbar
49 Drs. Nuardi Hefni Sekretaris KORPRI Prov. Kalbar
50 Drs. Moses Ahie, M.Si Kepala Satuan Pol. PP Prov. Kalbar

Baca Selengkapnya..

Lima Jam Boleh Arak Naga


Oleh Andika Lay

Puncak perayaan Cap Goh Meh yang jatuh pada 9 Februari 2009, Pemerintah Kota Pontianak akan mengakomodir pagelaran naga dan barongsai yang merupakan tradisi warga Tionghoa dalam merayakan Imlek di hari ke-15 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cap Goh Meh.

Sesuai Kepres Nomor 6 Tahun 2000 tentang pencabutan Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat China dalam poin ketiga menyebutkan dengan ini penyelenggaraan kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat istiadat China dilaksanakan tanpa memerlukan izin khusus sebagaimana yang berlangsung selama ini.
“Pemkot memberikan waktu selama lima jam untuk warga Tionghoa untuk menggelar arak-arakan naga di Kota Pontianak. Arak-arakan naga mesti diakomodir agar puncak perayaan Cap Goh Meh tidak mengganggu aktivitas yang lain,” ungkap Walikota Pontianak, H Sutarmidji, Kamis (29/1) usai menerima puluhan perwakilan Ormas yang menolak arakan naga.
Kata Sutarmidji, ritual ini memang perlu dilakukan karena bertujuan tolak bala, dan khusus pemadam kebakaran untuk mencari dana amal. Untuk itu, Pemkot tidak perlu mengeluarkan izin khusus arakan naga dan barongsai tersebut. Dan rute arak-arakan naga dan barongsai itu dipusatkan di Jalan AR. Hakim (lapangan PSP) serta sepanjang Jalan Gajahmada. Mulai pukul 13.00-18.00 WIB atau selama lima jam.
“Tapi kita tetap melarang tatung, karena tatung tidak termasuk yang telah kita bahas, maka akan ada tindakan penghentian apabila ada warga yang mengarak tatung,” tegas Sutarmidji.
Mantan Wakil Walikota ini kembali menjelaskan, arak-arakan naga yang dikehendaki warga Tionghoa merupakan naga perkumpulan pemadam kebakaran, karena tujuan mereka melakukan arak-arakan ini untuk menambah dana operasional bagi pemadam kebakaran, karena pemadam kebakaran untuk kepentingan sosial.
“Kita minta pemahaman dari semua pihak, ini adalah keputusan untuk dapat disosialisasikan agar dapat dijalankan, dan akan ada tim yang memantau untuk mengevaluasi. Apalagi tahun depan merupakan tahun kunjungan wisata, dan keputusan ini sangat membawa dampak ekonomi,” ujarnya.
Sementara Kapoltabes Pontianak Kombes Pol Muhamad Asep Sahrudin mengatakan tidak akan terjadi apa yang diisukan selama ini, bila ada dukungan dan saling memahami. ”Saya harap semua berjalan lancar, artinya tidak ada jaminan apapun dan aparat Polri sudah siap untuk memantau kelancaran dalam pagelaran naga tersebut,” katanya.
Dia juga berpesan agar permainan naga tidak keluar jalur yang telah disepakati. ”Taatilah kesepakatan itu untuk kepentingan bersama. Bila ada yang keluar jalur, kita tidak segan-segan memberi teguran,” tegasnya lagi.

Baca Selengkapnya..

Tuesday, January 27, 2009

Mensyukuri Imlek


Foto Perayaan Imlek
Perayaan Imlek di Pendopo Gubernur Kalbar, Minggu (25/1) FOTO Lukas B Wijanarko/Borneo Tribune
=============
Senin (26/1) atau 2560 Imlek berdasarkan penanggalan China, masyarakat Tionghoa yang menganut agama Katolik berduyun-duyun mendatangi gereja untuk menghadiri misa Imlek.

Sama dengan di tempat lain, setiap tahun baru Imlek, atau tahun baru kalender China, Gereja Katolik di Pontianak selalu menyelenggarakan perayaan misa khusus Tahun Baru Imlek.
Dua gereja yang selalu dipadati saat Imlek tiba, yakni Gereja Gembala Baik di kawasan pelabuhan Shenghie dan Gereja Katedral Santo Yoseph.
Di Gereja Katedral, misa Perayaan Tahun Baru Imlek dipimpin langsung Uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Bumbun, OFM.Cap didampingi Pastor Petrus Rustandy, OFM.Cap.
Dengan hiasan dan pakaian bercorak oriental yang serba merah, termasuk bunga mei hwa, lampion serta pernak pernik bergambar shio kerbau, menghiasi setiap ruang gereja. Lagu puji-pujian pun berirama Mandarin.
Simbol kerbau karena tahun baru ini adalah shio kerbau. Bila shio kerbau, dalam setiap usaha kita mesti keberja lebih keras lagi. Walau kerja keras, tapi peluang keberuntungan tetap ada. Begitu kata tetua-tetua Tionghoa mengomentari tahun kerbau ini.
Usai misa, Pastor Petrus Rustandy membagi-bagikan jeruk keberuntungan yang sudah dikerkati kepada umat.
Setiap umat mendapat dua buah jeruk. Mereka percaya dengan menerima buah jeruk yang sudah diberkati itu akan mendatangkan kebaikan dan keberuntungan.
Ada satu hal yang khas dalam perayaan imlek, yakni bagi-bagi angpao. Imlek dan angpao tidak bisa dipisahkan. Keduanya seperti Yin dan Yang. Saling melengkapi. Bila tahun baru China atau Imlek tiba, anak-anak pasti senang. Sebab mereka pasti dapat angpao dari orang tua, paman, kakak dan orang-orang yang mampu.
Demikian juga di kelenteng-kelenteng atau vihara, malam menyambut tahun baru Imlek selain dipadati umat Konghucu yang akan bersembahyang, juga berjubel kaum duafa yang menantikan pembagian untuk mendapatkan angpao dari orang-orang yang mampu atau berkecukupan.
Memberi angpao adalah berbagi kesenang. Berbag kebahagiaan terutama dengan anak-anak dan orang yang kurang mampu. Sehingga setiap menyambut tahun baru Imlek, di kelenteng-kelentang atau vihara selalu dipadati kaum duafa tersebut.
Tradisi bagi-bagi angpao juga ada di gereja Katolik. Lewat siaran televisi nasional, kita bisa saksikan Uskup Pangkalpinang Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD membagi-bagikan angpao setelah memimpin perayaan misa Tahun Baru Imlek 2560.
Misa khusus untuk warga keturunan Tionghoa di Gereja Katolik Santo Petrus Lubukbaja, Batam itu berlangsung khidmat. Usai misa dilanjutkan dengan pembagin angpao kepada umat yang ikut merayakan misa Imlek.
Syukuran atau doa agar di tahun yang baru kehidupan bisa lebih baik lagi, sebetulnya tidak hanya dilakukan warga Tionghoa yang Katolik saja, tapi semua warga Tionghoa. Tentu bentuknya macam-macam, sesuai agama dan kepercayaannya. Kalau yang Khonghucu mereka bakar hio di kelenteng, Budha bakar hio di vihara-vihara. Demikian juga dengan Tionghoa yang Islam, mereka pasti mensyukuran Imlek itu dengan caranya masing-masing.
Sedangkan kehadiran naga dan barongsai itu adalah untuk tolak bala, mengusir roh-roh jahat agar tidak mengganggu keharmonisan hidup manusia. Gong Xi Fat Cai.

Baca Selengkapnya..

Friday, January 23, 2009

Ketika Hotel Penuh


Oleh Tanto Yakobus

Dari tahun ke tahun. Dari Imlek ke Imlek. Sepertinya sudah mentradisi masyarakat keturunan Cina yang hendak merayakan Imlek menyempatkan diri untuk pulang kampung. Dan bila mereka mudik, keluhannya satu. Susah mendapatkan penginapan. Semua hotel penuh. Mulai hotel berbintang hingga kelas melati.

Tradisi mudik Imlek tersebut sudah berlangsung sejak lama. Bahkan sejak jaman Orde Baru—walau terjadi pelarangan terhadap aktivitas yang berbau Cina, masyarakat keturunan—yang menyebut dirinya—Tionghoa, yang berasal dari Singkawang dan Pontianak tetap merayakan Imlek di tengah keluarga mereka.
Khsusus di Singkawang, sejak pekan lalu semua kamar hotel sudah penuh dipesan calon penghuni. Mereka tidak hanya datang dari Semarang, Jakarta dan Surabaya saja, tapi warga Singkawang yang merantau di Taiwan, Hong Kong dan Singapura balik kampung merasakan Imlek bersama keluarga.
Maka tak heran, setiap Imlek di Singkawang selalu meriah. Masyarakat Tionghoa yang merantau pasti pulang kampung merayakan Imlek dan Cap Go Meh di kota kelahirannya.
Kini perayaan Imlek dan Cap Go Meh menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi para turis baik lokal maupun manca negara.
Dan kota yang menjadi tujuan mereka untuk bisa menyaksikan perayaan Imlek secara semarak dan meriah adalah Kota Singkawang. Sebab di kota Amoy itu tradisi perayaan Imlek selalu meriah dari tahun ke tahun.
Kemeriahan perayaan yang menampilkan berbagai atraksi naga, barongsai dan tatung itu bisa menyedot perhatian ribuan bahkan jutaan pasang mata.
Tapi sayang, momentum itu tidak dibarengi dengan infrastruktur pendukung, macam hotel dan berbagai bentuk penginapan lainnya.
Hampir setiap Imlek kita mendengar keluhan kurangnya fasilitas hotel itu. Hunian hotel penuh. Tidak ada tempat penginapan. Akhirnya warga dengan sukarela menyediakan rumah mereka untuk dijadikan penginapan dadakan.
Nah, bila peluang itu dikelola dengan baik, bukan saja mendatangkan keuntungan dari kunjungan wisatawan itu saja, tapi perekonomian masyarakat sekitar juga akan meningkat. Sebab laju perputaran uang di Kota Seribu Kelenteng itu semakin kencang, bersamaan dengan kencangannya tingkat kunjungan orang. Baik yang mudik Imlek maupun orang-orang yang sekedar datang menyaksikan atraksi naga, barongsai dan tatung itu.
Peluang sudah di depan mata, tinggal kita apakah bisa menangkap peluang itu atau tidak. Entahlah. Gong Xi Fat Cai.

Baca Selengkapnya..

Siti Nurrofiqoh, Pejaung Buruh


"Mbak Fiqoh" begitu ia disapa--adalah penjahit dan aktivis. Dia ketua umum Serikat Buruh Bangkit di Tangerang. Kerja sampingannya, di Yayasan Pantau, mengurus training serta mengerjakan kerja kantor. Dia juga sering merasa malu karena dulu kurang beruntung bisa sekolah macam kita. Mbak Fiqoh hanya lulusan sekolah dasar. Tapi kecerdasan dan ketrampilannya tak kalah dengan mereka yang lulus universitas.

PENGANTAR: Pada tanggal 23 November 2006, saya bersama empat rekan redaktur (Nur Iskandar, Aleksander Mering, Yusriadi dan Hairul Mikrad) dipecat dari Harian Equator (Jawa Pos Grup) di Pontianak, karena dianggap partisan politik Dayak menjelang pilgub Kalbar (15 November 2007). Saya termasuk rajin mempublikasikan tokoh-tokoh tertentu diantaranya, M Akil Mochtar (kini Hakim Mahkamah Konstitusi), Cornelis (kini Gubernur Kalbar), yang masuk daftar blacklis di media tersebut.
Usai dipecat, banyak tawaran kerja di beberapa media Jakarta (cetak dan elektronik). Tapi awal Januari 2007, saya lebih memilih belajar di Yayasan Pantau. Saya ingin mendalami tentang kepenulisan narasi di Pantau. Di Pantau, saya bertemu Siti Nurrofiqoh, salah seorang staf di kantor itu yang ceritannya jauh lebih buruk dari saya. Dia sudah 10 kali dipecat, karena membela kepentingan buruh.
"Mbak Fiqoh" begitu ia disapa--adalah penjahit dan aktivis. Dia ketua umum Serikat Buruh Bangkit di Tangerang. Kerja sampingannya, di Yayasan Pantau, mengurus training serta mengerjakan kerja kantor. Dia juga sering merasa malu karena dulu kurang beruntung bisa sekolah macam kita. Mbak Fiqoh hanya lulusan sekolah dasar. Tapi kecerdasan dan ketrampilannya tak kalah dengan mereka yang lulus universitas.
Jumat (23/1) pagi, saya sengaja datang awal ke kantor cek email. Sudah menjadi kebiasaan, saya tidak pernah melewatkan setiap email Mas Andreas Harsono, sementara yang lain termasuk spam kadang saya abaikan dan tidak membukanya sama sekali. Dan beruntung sekali pagi itu saya menemukan tulisan Mbak Figoh yang menurut saya sangat luar biasa untuk ukuran Mbak Figoh. Dia bercerita tentang tahun baru dan kesepian. Dia gundah dengan usianya yang semakin tinggi, belum mendapatkan tambatan hati.
Terima kasih Mas Andreas telah melemparkan tulisan Mbak Figoh ke milis Komunitas Pantau. Tuliasn itu saya publikasikan kembali di blog saya agar bisa berbagai dengan rekan-rekan di Borneo Raya ini. Selamat membaca!
Salam, Tanto Yakobus
***
Tahun Baru Kali Ini
Oleh Siti Nurrofiqoh

Waktu. Ia terus bergulir tanpa seorang pun mampu mencegahnya. Pelan namun
pasti, masa hidup manusia terlewati dalam keniscayaan. Siapapun tak bisa
menawar. Maka seharusnya, ia begitu berharga.
Banyak manusia merasa resah, ketika menyadari setengah abad masa hidupnya
terlewati. Banyak yang merasa tak rela, ketika pertambahan usia, memberi
gelar tua. Mereka menghibur diri untuk tetap merasa muda, dan kadang
menjadi sensitif tatkala sebuah panggilan menyadarkan usia yang
sebenarnya. Jika mungkin, waktu ingin diputar kembali.
Namun, dalam ruang yang lain, banyak manusia yang dengan kesadaran,
berharap agar waktu cepat berlalu. Jam serasa melaju sangat lamban. Di
pagi hari mendamba datangnya siang, di siang hari mengharap segera sore,
lalu datang malam, dimana jam kerja berakhir.
Ratusan, bahkan ribuan manusia, berada dalam keadaan yang bukan atas
pilihannya. Bergelumut kepulan debu, berbaur bersama bulu-bulu. Amisnya
bulu asli, masih terasa lebih baik dibanding bulu buatan. Mereka bilang,
bulu buatan, kimianya tajam untuk paru-paru.
Cepatlah siang, cepatlah sore, cepatlah datang malam, agar segera pulang.
Segera tinggalkan kepulan debu-debu dan bau amisnya bulu-bulu. Itulah
harapan di balik mulut-mulut bermasker. Setiap bulu-bulu dijejalkan ke
dalam jaket, setiap kali pula debu masuk ke pernafasannya. Sesak. Itulah
salah satu proses pembuatan jaket yang didesain untuk negara bermusim
gugur. Amerika, Jepang, Korea, Canada dan lainnya.
Sebagian lagi, diapit dinamo mesin-mesin, berpacu dengan kecepatan
langkah-langkah jarum, yang kalau patah akan memercikkan api, akibat
panasnya gesekan tanpa henti. Mata temanku, menjadi cacat karenanya. Namun
menjalankan mesin jahit masih lebih beruntung dibanding mesin lobang
kancing yang pisau tajamnya bisa membelas telapak tangan. Sudah banyak
korban, dan aku berdoa agar jangan sampai memegang mesin itu. Yah, doa
yang tamak. Masih saja, aku memikirkan keselamatan diri sendiri dan
membiarkan yang lain untuk ditumbalkan.
Atap terbuat dari seng tanpa plafon, memancarkan hawa panas diterpa sinar
matahari. Ditambah dinamo mesin-mesin dan lampu-lampu pabrik yang
tergantung rendah di atas kepala, membuat tubuh terus mengucurkan
keringat. Sapu tangan dalam aneka warna, (selampek, kami menyebutnya) ,
menempel di di atas kepala. Maksudnya untuk melindungi panas, meski uap
basahnya terasa mendidih menetes di kulit.
Setiap detik, desing mesin berbaur dengan teriakan demi teriakan mandor.
Dari tanganku harus selalu melahirkan karya, yang disebut produksi.
Kerah-kerah terpasang, manset tersambung, saku tertempel. Tidak boleh
meleset selangkah jarum pun, tidak boleh miring barang semili pun. Semua
harus sesuai standar merk ternama berkualitas internasional. Levi Strauss.
Nike. Adidas..
Begitulah kulewati siangku. Memikirkan targetnya, kualitasnya,
komponennya, menjadi bagian mimpi malamku. Temanku yang sudah bersuami,
sering kehilangan nafu berhubungan badan dengan suaminya, karena
pikirannya terganggu. Dalam mimpinya ia memncari-cari komponen baju yang
belum ketemu. Ia pun terbangun, berjalan sambil menyebut-nyebut barang
itu. Paginya, ia panggil kedua anaknya yang lucu-lucu, Kelvin dan Felix
dengan nama komponen baju.
Semua untuk uang. Yah, uang. Tidak yang lain. Aku perlu makan. Makan pagi
agar bisa bekerja hingga siang. Makan siang, untuk mengganjal perutku
ketika sarapan pagiku sudah tergerus hingga jam duabelas saat sirene
menjerit-jerit tanda istirahat. Dan untuk melanjutkan pekerjaanku hingga
malam hari.
Selain nasi, bakwan dan ubi rebus menjadi makananku, juga teman-temanku.
Seribu dapat tiga potong. Temanku yang latah, mulutnya sering reflek
berdoa buat si mamang pedagang ubi. Ia tak bisa membayangkan jika si
mamang absen berjualan. Melihat gerobaknya di depan gerbang, ada kelegaan
tersendiri.
Ribut-ribut kecil terjadi ketika tangan-tangan tak sabaran mengerubuti
gerobak. Semua ingin memilih. Lalu, tangan-tangan gemetar segera
membelah-belah ubi panas yang masih mengepulkan asap. Gumpalan-gumpalan
besar segera berdesakan melewati tenggorokan, membuat muka-muka besemburat
merah. Urat-urat besar menyembul di kiri-kanan leher seperti belut
sersesat di dalam kulit. Sesaat, ada kepuasan yang seolah totalitas.
Ada suatu masa, ternyata hidup tidak hanya sekedar mengisi perut. Naluriah
keperempuananku merasa butuh tampilan yang lain, untuk seorang laki-laki
di pertigaan jalan yang selalu menjumpaiku setiap sore, kadang juga malam.
Di sanalah ia menunggu. Dan hati kecilku kadang mengutuk seragamku. Hem
gomrong dan celana begi, yang menyembunyikan keindahan tubuhku.
Seandaninya saja, aku bisa memakai celana model cantik buatanku itu… Aku
berkhayal. Entah ini disebut manusiawi atau ambisi. Merk mahal, katanya
bisa menaikkan gengsi pemakainya. Apa lagi disaat jatuh cinta begini.
Tapi, toh aku tak bisa memakainya. Ia segera menjadi sesuatu yang asing
ketika terpajang di outlet mall-mall ternama. Aku hanya mendapati
debu-debunya yang masuk dipernafasan, lekat di pori-pori kulitku, dan
menempel di bajuku hingga terbawa masuk ke kontrakan.
Berkali-kali kakiku selalu menyambangi outlet barang terebut setiap kali
aku ke mall untuk mencari obralan kebutuhan kamar mandi. Berkali-kali
kudekati karton bertulsikan discount 30 – 50%. Tapi, masih saja, tak
kurang dari 200 ribu. Jelas, tak terjangkau oleh isi kantongku.
Kini usiaku sudah 30 tahun. Berarti, sudah 13 tahun kuhabiskan umurku di
pabrik itu. Ada kegelisahan lain, ketika rasa ngilu mulai menjalari di setiap
persendian. Badan mudah lelah. Kepala sering pusing. Badanku gampang sakit
sekarang.
Keresahan lain, ketika kusadari, selama di perantauan tak ada hasil yang
bisa kusimpan. Gaji demi gaji yang kuterima setiap bulan, sekedar menjadi
jembatan ringkih untuk mengantarkan nafas demi nafas menyambung hidup
dalam setandar KHL (Kebutuhan Hidup Layak) menurut pemerintah yang aku tak
paham. Yang kutahu, betapa pusing memutar otakku untuk membelanjakan uang
agar makan tak lebih dari sepuluh ribu sehari. Tapi nasi sayur dan tempe
orek di warteg sudah empat ribu lima ratus. Itu artinya, aku hanya perlu
makan dua kali. Teman-teman bilang, belum gajian pusing, sudah gajian
bingung.
Sesekali aku masih ke mall. Untuk mencari sabun atau shampo yang
berbandrol beli lima gratis 1. Temanku sering memasukkan apel merah dan
buah kiwi. Awalnya aku ternganga dibuatnya. Ia hanya tersenyum, dan
barang-barang itu segera keluar dari keranjang menjelang antrian di kasir.
Sesekali juga hatiku, mungkin lebih tepat egoku, tiba-tiba memberontak.
Saat itu tanganku memegang sebuah gaun. Bahan halus berbandrol Rp 129.000.
Dan aku ingin memilikinya. Meski hati berkata tak mungkin, tetap saja
kubawa baju itu memasuki kamar pas. Dan memang batapa luwesnya baju itu
membalut tubuhku. Rasanya, aku semakin anggun saja. Namun akhirnya,
senyuman hambar mengiringi gaun warna biru itu terayun lagi di tempatnya
semula.
Minggu berikutnya aku keturutan memakai model itu. Banyak teman memgagumi,
modis juga meski imitasi. Dan warnanya memudar oleh diterjen di bak
pencucian. Namun ia telah berjasa dalam kencanku yang pertama. Untung saat
kupakai cuaca sedang berpihaak denganku. Cuaca baik-baik saja. Tidak turun
hujan.Ya, tetap saja beruntung.
Minggu depan, kontrakan harus dibayar. Semoga, gajiku di pabrik tidak
ditunda. Kontrakan bisa membuatku menemukan wilayah pribadi. Kebutuhan
akan ini, sangat terasa ketika aku harus nebeng ke sana kemari saat jadi
pangangguran tanpa tempat tinggal. Ketika itu, kebutuhan fisik, tak lagi
menjadi hal penting. Saat itu, bahkan serasa tak berhak atas diri sendiri.
Makan nasi, seperti makan duri.
Aku butuh ruang. Yang penting, bisa untuk berbaring. Aku butuh ruang, agar
ada tempat menaruh barang-barang, tak mengganggu orang lain untuk berbagi
ruang. Sama-sama merasa tak nyaman.
Di bawah atapnya, dibalik pintunya, kudapatkan duniaku. Dunia yang, semua
terserah aku. Dunia yang, menyimpan rapi lapar dan kenyangku, dan aku tak
perlu malu. Dunia, yang kadang bisa sepi kadang juga full musik seharian
jika sedang datang bahagia. Di balik pintu tertutupnya, aku bebas
mondar-mandir, bergerak tanpa komando atau perintah mandor. Setiap saat
bisa kubuka dan kututup pintunya, tak perlu menghitung detik menunggu bel
berbunyi.
Memang tak sepenuhnya. Kadang ada ribut-ribut dari sebelah kanan tetangga,
istri dihajar suami, atau jeritan anak minta jajan dihajar ibunya. Selalu
saja ada yang namanya toleransi. Tentu, aku harus matikan TV.
Besok, kuharus bekerja lagi. Target sudah menunggu. Kontainer sudah
terparkir di lokasi pabrik. Saat-saat ekspor adalah saat paling penting,
lebih tepatnya genting. Apalagi menjelang libuaran. Pabrik tak mau rugi
akibat target ekspor tak terpenuhi.
Buruh tidak boleh sakit, apalagi anak, suami, lebih-lebih kalau hanya
orang tua. Mati juga bukan hal yang penting, apalagi kalau masih sekarat.
Di luar sana, masih banyak lulusan baru yang masih segar-segar dan tak
menuntut. Begitu kata mandorku berulang kali, setiap hari, seperti robot
yang kekurangan program.
Dan tetangga line-ku, seorang kawan tersungkur di mesinnya, dengan darah
segar menyembur dari tenggorokannya, akibat tak mempedulikan rasa sakit
yang dideritanya.
Kepanikan tergambar di wajah mandor. Ia segera mengamankan korban, mencari
pengganti agar proses produksi tak terhenti. Kali itu, kusaksikan
kesadaran nurani kemanusiaannya tampil secara utuh. Namun segera saja
salah tingkah lebih dominan. Dari upaya menyelamatkan korban dan sikap tak
mau dipersalahkan saling mendesak ingin didahulukan, menyentak kesadaran.
Kegoyaahan yang sempat tak terkontrol segera diraih dengan bersikap
wibawa, agar bawahan tidak bersakwa sangka. Padahal bawahan tahu, bahwa
mereka juga korban dalam kadar yang berbeda.
Di suatu sore menjelang pergantian tahun, melalui televisi kulihat
penggalan tanyangan persiapan para presenter menyambut tahun baru. Di
Monas, di Lippo Karawaci dan di mall-mall besar terlihat semarak menyambut
perayaan itu. Usiaku kini sudah 32 tahun. Akankah hidup terus begini?
Pemikiran itu tiba-tiba menyeruak di benakku tanpa kendali. Baru kusadari,
urat-urat besar bertonjolan pada tangan dan kaki. Asam urat sudah mulai
menjelajah tubuhku.
Kudekatkan diri pada tembok. Kuambil benda yang sudah lama tak ingin
kumelihatnya berlama-lama. Sebuah wajah menyembul muram dicermin kusam
penuh debu. Kucoba kerlingkan mata mengenang masa mudaku, namun begitu
beku. Pasangan? Kapan mencarinya…? Minggu pun, kalau harus lembur tak bisa
menentang. Kuhitung uang dalam dompet plastik, tinggal lembar-lembar
ribuan menunggu saat gajian.
Ah. Selalu saja begini. Kuusap kepala kodok dari bahan lempung. Itu
celenganku. Kuterka jumlahnya. Tak mencapai 300 ribu. Apa yang kupunya?
Bagaimana jika aku sakit dan harus opname? Bagaimana jika aku punya suami
dan melahirkan caesar? Aku tak bisa berpikir, membayangkan pun tak berani.
Tiba-tiba di hadapanku, bayangan kerumunaan orang berdesakan. Wajah-wajah
lusuh dibalik bedak menornya. Bedak tebal dalam sapuan kasar dari kosmetik
murahan, bibir biru dibalik lipstik gocengan. Rasanya baru kemarin
kusaksikan wajah segarnya, ketika kami sama-sama menunggu di pintu
gerbang, ketika sama-sama menceritakan tempat asal dan tahun lulusan,
sambil harap cemas menunggu panggilan, sebelum akhirnya sama-sama
menyandang gelar buruh pabrik.
Di pabrik itulah duniaku, dunia kami. Dunia yang, sejauh mata memandang,
hanya terlihat tembok-tembok tebal. Dunia dimana, kuhabiskan waktu untuk
berproduksi.
Datangnya pagi, seringkali menjadi momok yang tak dikehendaki.
Bertambahnya waktu, seolah bukan sebuah anugerah lagi. Apa arti kehidupan
ini? Aku tak mengerti..
Di televisi, presenter muda mulai menyapa pemirsa. “Happy New Year, Heppy
New Year!” Gebyar kembang api berpendaran di udara dalam aneka warna.
”Selamat Tahun Baru 2009....! Yeee!”. Ya, malam ini tahun sudah berganti.
Tapi sepertinya, tak akan ada yang berubah.***

Jakarta, Desember 2008

Baca Selengkapnya..

Thursday, January 22, 2009

124.829 Orang Pemilih di Kabupaten Sekadau


Oleh Tanto Yakobus

Jadwal pelaksanaan pemilu 2009 sebagaimana diatur dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) nomor 20 Tahun 2008, mesti dilakukan tahapan-tahapan pemilu, seperti diantaranya, penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) di tingkat kabupaten/ kota se-Indonesia. Dan untuk Kabupaten Sekadau, DPT telah ditetapkan pada 10 Oktober 2008 lalu.

Menindaklanjuti hasil keputusan tersebut, KPU Kabupaten Sekadau sudah menetapkan 124.729 orang sebagai DPT di kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sanggau tersebut pada pemilu 2009 mendatang.
Rinciannya adalah sebagai berikut, pemilih yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 64.387 orang, sementara pemilih berjenis kelamin perempuan sebanyak 60.442 orang.
Daftar pemilih tersebut tersebar di tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Nanga Mahap 15.521 pemilih dengan 52 TPS, Nanga Taman 17.612 pemilih dengan 56 TPS, Sekadau Hulu 17.495 pemilih dengan 60 TPS, Seladau Hilir 38.647 orang pemilih dengan 113 TPS, Belitang Hilir 13. 889 orang pemilih dengan 59 TPS, Belitang 8.075 pemilih dengan 26 TPS dan Kecamatan Belitang Hulu 13.590 orang pemilih dengan 53 TPS.
Ketua KPU Kabupaten Sekadau, Subandrio, menjelaskan, proses penetapan pendaftaran pemilih hingga pada penetapan daftar pemilih tetap sudah dilakukan melalui proses yang panjang dan sudah mengkikuti prosedur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 10 Tahun 2008 tersebut.
Termasuk soal proses pendaftran pemilih lanjut Suban sebelumnya diawali dengan penyerahan daftar penduduk potensial pemilih pemilu 2009 atau DP4.
"Untuk daerah Kabupten Sekadau sendiri diserahkan langsung oleh Bupati Sekadau, Simon Petrus, pada tanggal 5 April 2008 yang lalu,” jelas mantan aktivitas mahasiswa itu.
Lebih lanjut Suban mengatakan, setelah menerima daftra tersebut dari bupati, KPU langsung membentuk lembaga penyelenggara seperti PPS dan PPK dan petugas pemuktahiran data pemilih/ PPDP. Proses pemuktahiran tersebut diangkat melalui 419 TPS yang ada di Kabupaten Sekadau.
"Data itu selanjutnya dimuktahirkan oleh petugas pemuktahiran, termasuk mencoret nama-nama yang sudah meninggal, pindah alamat, atau sudah tidak memenuhi syarat sebagai pemilih serta memasukkan nama-nama yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi belum terdaftar di dalam daftar penduduk potensial pemilih pemilu 2009," papar Suban menjelaskan.
Selanjutnya kata Suban, daftra pemilih yang sudah disampaikan ini, merupakan daftar yang sudah valid.
"Kami berharap bahwa daftar pemilih tersebut sudah valid dan semua masyarakat yang sudah memenuhi syarat terdaftar sebagai pemilih, karena kita dalam pendataan pemilih sudah melibatkan semua pihak termasuk partai politik," kata Subandrio.□

Baca Selengkapnya..

Monday, January 19, 2009

Free Trade Zone


Oleh Tanto Yakobus

Senin (19/1) kemarin, Presiden SBY meresmikan kawasan perdagangan bebas atau Free Trade Zone (FTZ) di kawasan Pantai Coastarina, Batam.
Dengan diresmikannya FTZ tersebut diharapkan dapat menjadi pilar perkembangan kawasan ekonomi dunia baru di Asia.

Dengan kawasan perdagangan bebas yang meliputi Batam, Bintan dan Karimun (BBK) tersebut, sangat memungkinkan menjadikan daerah itu sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia.
Pilihan BBK menjadi kawasan perdagangan bebas, karena ketiga pulau itu memiliki letak geografis yang strategis di jalur perdagangan Indonesia. Kedepan diharapkan BBK dapat menjadi "pintu gerbang" masuknya investasi luar negeri, sentra industri dan pusat pelayanan lalu lintas kapal.
Untuk meningkatkan perkembangan kawasan perdagangan bebas BBK, pemerintah Indonesia juga melakukan kerja sama dengan pemerintah Singapura.
Terus bagi kita di Kalimantan Barat, kita juga boleh bermimpi membuat kawasan perdagangan bebas. Dan lokasi yang sangat memungkinkan dijadikan kawasan perdagangan bebas di Kalbar adalah Entikong.
Bila FTZ di BBK mengandalkan pelabuhan laut sebagai kekuatan utamanya, maka Entikong lebih mengandalkan pelabuhan darat sebagai kekuatannya. Sekarang tinggal apakah kita mau atau tidak. Itu saja.
Modal kita, jalan darat sudah menembus tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam.
Peluang Entikong dijadikan FTZ di Kalbar, sama besarnya seperti Batam. Sebab disitu bisa dijadikan pintu masuk investasi luar negeri, baik ke Kalbar maupun Kalteng—lewat jalur Trans Kalimantan kelak.
Walau belum ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas, tapi praktik di Entikong sebetulnya sudah menjurus ke sana. Sebab lalu lintas barang dan orang semakin hari intensitasnya semakin tinggi.
Lalu lintas orang dan barang itu bukan hanya untuk tujuan Indonesia-Malaysia saja, tapi Indonesia-Malaysia-Brunai.
Bila Jalan Trans Kalimantan kondisinya mulus, maka prospek kemajuan ekonomi masyarakat juga semakin meningkat. Sebab barang produksi masyarakat bisa langsung dijual ke luar negeri lewat FTZ Entikong kelak.
Sekarang tinggal keuletkan kita dan kemauan pemerintah daerah menjadikan Entikong sebagai kawasan perdagangan bebas di Kalimantan. Bila mimpi itu terwujud, maka bisa jadi lebih maju dari FTZ di kawasan BBK.
Tentu untuk mendukung FTZ di Entikong itu, perlu kepedulian semua pihak. Terutama pihak swasta dan dunia usaha harus berbenah, mulai dari perusahaan yang bergerak di biro perjalanan hingga perusahaan ekspor-inpor. Tentu dukungan pemerintah daerah sangat diperlukan, terutama terkait perizinan yang tidak berbelit-belit. Bila kondisinya sudah siap, maka pemerintah pusat akan melihatnya apakah layak atau tidak kawasan Entikong itu dijadikan kawasan perdagangan bebas di Kalimantan. Semoga!

Baca Selengkapnya..

Friday, January 16, 2009

Mengapa Harga Sembako Tak Turun?


Oleh Tanto Yakobus

Turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar sejak tanggal 15 Januari lalu, ternyata tidak berpengaruh terhadap harga kebutuhan pokok masyarakat.
Bahkan menjelang tahun baru Imlek ini, harga kebutuhan pokok cenderung naik. Padahal ini kali ketiga Pemerintah SBY-JK menurunkan harga BBM.

Penurunan pertama pada 1 Desember 2008 dimana harga BBM semula Rp6.000 per liter turun menjadi Rp5.500, dan tanggal 13 Desember diturunkan lagi menjadi Rp5.000. Terakhir pada tanggal 15 Janurai, baik premium maupun solar turun menjadi Rp4.500 per liter.
Namun penurunan premium dan solar tersebut tidak diikuti dengan penurunan harga sembako. Harusnya para pengusaha merespon penurunan BBM tersebut dengan menurunkan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat tersebut.
Sebelumnya masyarakat mengeluhkan melambungnya harga sembako karena pemerintah menaikkan harga BBM. Sudah menjadi bahasa ”pasar” bahwa bila BBM naik, maka sembako otomatis naik pula.
Sekarang kita patut bertanya pula kepada para pengusaha, pedagang maupun pengecer. Mengapa ketika harga BBM diturunkan tidak diikuti dengan penurunan harga sembako di pasaran?
Sebab logikanya, biaya produksi maupun transportasi sudah turun. Kok kenapa harga sembako masih mahal?
Tentu pertanyaan tersebut tidak mudah menjawabnya. Banyak faktor yang dikemukakan para pengusaha. Lagian mana ada pengusaha yang mau rugi? Namanya juga pengusaha, pasti mengejar keuntungan. Kita masyarakat hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Dan giliran yang disalahkan pastilah pemerintah.
Sebetulnya pemerintah sudah sangat membantu. Bukan hanya BBM yang diturunkan, tapi juga taraf dasar listrik (TDL). Tujuannya, jelas membantu masyarakat golongan ekonomi lemah.
Tapi sayang, kebijakan pemerintah tersebut tidak diikuti para pengusaha, asosiasi maupun pelaku ekonomi lainnya. Seperti ongkos angkutan, walau pemerintah sudah minta diturunkan, namun pengusaha angkutan yang tergabung dalam Organda masih keberatan. Alasan spare part mahal.
Bila kebijakan pemerintah tidak diikuti para pengusaha, maka sama saja memberatkan masyarakat. Padahal butuh BBM dalam jumlah besar adalah para pengusaha tadi. Merekalah yang menikmati kebijakan itu.
Singkat kata, apa pun kebijakan pemerintah yang menikmati keuntungannya selalu para pengusaha, sedangkan masyarakat selalu menjadi korban ketidakadilan itu.
Kondisi ekonomi yang belum stabil akibat krisis global ini, harusnya para pengusaha punya hati nurani. Menyikapi kebijakan pemerintah dengan menurunkan harga sembako. Sebab yang menentukan harga sembako adalah pasar. Dan pasar itu dikuasai pengusaha dan kalangan industri.
Hemat kita, dengan turunnya harga BBM, akan mampu menekan kenaikan harga barang akibat mahalnya distribusi atau biaya angkut dari daerah asal bahan baku ke daerah pemasaran.
Tapi itu hanya teori di atas meja. Lihat saja harga di pasaran, tetap saja mahal. Terlebih menjelang Imlek ini.

Baca Selengkapnya..

Thursday, January 15, 2009

Bupati Sekadau Terima Award


Oleh Hentakun

Bupati Sekadau, Simon Petrus, menerima award kategori perorangan dari Hotel Gajahmada Pontianak, yang diserahkan langsung General Manager Hotel Gajahmada Suhaili, disaksikan Wakil Pimpinan Redaksi Borneo Tribune, Tanto Yakobus, bertempat di G-lounge Hotel Gajahmada, Selasa (13/1) lalu.

Menurut Suhaili, penghargaan tersebut, sedianya diserahkan waktu peresmian Hotel Gajahmada dan Peony, naik status menjadi Hotel Bintang Tiga, Jumat (9/1), namun waktu itu, Bupati menghadiri perayaan Natal para Bupati dan Uskup se-Kalbar di Sintang bersama Gubernur Kalbar, Cornelis.
Pemberian award atau penghargaan ini juga tak terlepas dari kesetiaan Simon Petrus yang setia menggunakan jasa Hotel Gajahmada sebagai tempatnya menginap maupun acara-acara bupati lainnya.
Simon Petrus, tidak menduga akan menerima award tersebut. Dia mengaku senang karena tidak terbayangkan sebelumnya.
Memang, kata Simon Petrus dirinya maupun keluarga baik sebelum dan setelah menjadi Bupati Sekadau, tetap memilih Hotel Gajahmada sejak awal, karena senang dengan sistem manajemen yang mengutamakan pelayanan. Dalam hal kenyamanan dan keamanan juga diutamakan, selain itu, Hotel Gajahmada unik karena merekrut tenaga lokal, dan adanya keterpaduan antara pejabat struktural hotel.
“Saya tertarik dengan hal ini, saya merasa terlayani di sini, selama saya di sini belum ada keluhan,” ungkap Simon.
Simon Petrus juga mengucapkan selamat kepada manajemen Hotel Gajahmada dan Peony yang sudah menjadi Hotel Bintang Tiga, dan berharap menjadi motivasi positif dan menjalankan fungsi pelayanan yang lebih baik lagi.
Selain itu, Simon mengatakan bahwa dipilihnya Hotel Gajahmada sebagai tepat penginapan dia dan keluarganya karena letaknya strategis, yakni berada tepat di jantung kota. “Jadi kalau kita perlu makan misalnya, banyak sekali pilihan dan dekat-dekat,” katnaya.
Kembali Suhaili menjelaskan, sebetulnya yang menerima award tersebut, bukan hanya Bupati Simon Petrus, tapi juga ada badan usaha, pejabat maupun organisasi. “Kepada mereka itu, telah diserahkan pada malam syukuran kemarin. Sedangkan Pak Simon hanya dibaca saja dan sekarang menyerahkannya,” jelasnya lagi.

Baca Selengkapnya..

Kabinet ‘Pelangi’ Cornelis


Oleh Tanto Yakobus

Gubernur Kalbar, Cornelis, konsisten dengan janjinya. Beberapa saat usai dilantik sebagai Gubernur Kalbar pada 14 Januari 2008 lalu, Cornelis mengatakan, tidak akan melakukan perombakan terhadap struktur organisasi perangkat daerah (SOPD) dengan alasan memberikan kesempatan satu tahun kepada para pejabat menyelesaikan tugas-tugasnya.

Dalam waktu satu tahun itu pula, akan dilakukan pemantauan apakah yang bersangkutan profesional atau tidak dalam bekerja. Sebab Cornelis sangat yakin orang yang profesional pasti loyal terhadap pimpinan dan orang yang loyal belum tentu profesional.
Dan itu selalu dikatakan Cornelis manakala ada kesempatan dia pidato. Bahwa pelantikan pejabat baru di lingkungan Pemprov Kalbar tepat setahun setelah pelantikan dirinya sebagai gubernur. Itu dibuktikan Cornelis dengan melantik pejabat eselon II, Rabu (14/1) kemarin. Pelantikan itu persis setahun Cornelis menjabat gubernur. Dan tanggal yang dipilihnya pun sama, yakni tanggal 14 Januari.
Perombakan tidak radikal. Masih ada beberapa wajah lama di kabinet Cornelis. Pejabat itu peninggalan Gubernur Usman Ja’far. Tentu mereka profesional. Namun tak sedikit pula wajah baru yang diambil dari akademisi dan kabupaten/kota di Kalbar.
Prediksi berbagai kalangan bahwa Cornelis akan melakukan perubahan mendasar terutama terhadap pejabat yang akan menempati pos-pos di eselon II, tidak terbukti. Hanya beberapa dinas yang ditempat wajah baru, diantaranya, Dinas Pendidikan. Cornelis menarik Kadis Pendidikan Kabupaten Sintang, Alexius Akim untuk mengantikan Ngatman sebagai Kadis Pendidikan. Sedangkan Ngatman sendiri menempati pos baru sebagai staf ahli gubernur bidang kemasyarakatan dan SDM.
Demikian juga dengan dinas kesehatan. Conelis menunjuk HM Subuh sebagai kadis kesehatan mengantikan Oscar Primadi. Oscar sendiri dipercayakan sebagai Direktur Rumah Sakit Jiwa. Sementara pos yang ditinggalkan Subuh ditempati pejabat baru, yakni Gede Sanjaya sebagai Direktur Rumah Sakit Provinsi Dokter Soedarso.
Pelantikan pejabat eselon II ini merupakan perubahan SOPD sesuai dengan PP No. 41/2007 tentang organisasi perangkat daerah. SOPD baru itu berupa 10 biro di Sekretariat Daerah Pemprov Kalbar, 17 dinas, 16 lembaga teknis daerah, Sekretariat KORPRI Provinsi Kalbar, Satuan Polisi Pamong Praja, Staf Ahli, Sekretariat DPRD Kalbar dan Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID).
Kita berharap dengan dilantiknya pejabat eselon II yang tak lain adalah orang-orang yang akan membantu Gubernur Cornelis dan Wakil Gubernur Christiandy Sanjaya dalam menjalankan roda pemerintahan di daerah, supaya cepat menyesuaikan diri dengan tugasnya itu.
Setelah pelantikan pejabat eselon II, tiga hari kedepan, Cornelis menjanjikan akan melantik pejabat eselon III. Pemilihan personel untuk menduduki jabatan eselon III, sama dengan eselon II, yakni mengutamakan profesionalitas.
Sebagai masyarakat awam, kita berharap pejabat yang ditunjuk jangan bangga dan terlena dengan jabatannya, tapi justru menjadi tantangan untuk membuktikan kemampuan dan profesionalitasnya. Akhirnya kita hanya bisa mengucapkan selamat bekerja.

Baca Selengkapnya..

Tuesday, January 13, 2009

Waspada Bencana


BENCANA REZEKI
Banjir yang melanda Kota Singkawang ternyata memberi rezeki bagi warga sekitar. Mereka menyediakan jasa penyeberangan dengan menggunakan sampan maupun rakit kayu. FOTO Mujidi/Borneo Tribune
==============

Oleh Tanto Yakobus

Pulau Kalimantan menurut para ahli geologi memang daerah yang bebas dari gempa bumi dan gunung berapi. Namun demikian, bukan berarti kita yang hidup di pulau terbesar ketiga di dunia ini, terbebas dari ancaman berbagai bencana alam tersebut.

Banyak ragam bencana yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi di daerah ini dan mengancam jiwa dan harga benda kita. Dan yang sudah dirasakan masyarakat saat ini adalah bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi Minggu dinihari lalu.
Di pantai utara mulai dari Singkawang sampai pesisir Sambas banjir kembali terjadi. Ini adalah banjir kedua terjadi di kawasan tersebut, setelah sebelumnya banjir juga merendam sebagian besar lahan pertanian yang memaksa penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Menurut data satuan koordinasi pelaksana (Sakorlak) Bencana Kabupaten Sambas, pada banjir lalu terdapat ribuan pengungsi dan sejumlah lahan pertanian rusak. Tak sedikit pula padi yang mengalami puso. Pengungsian besar juga terjadi di Kota Singkawang.
Dan untuk wilayah pantai utara, kemarin bencana banjir dan tanah longsor kembali terjadi.
Akses menuju Kota Singkawang sempat putus total. Tanah longsor terjadi di empat titik. Yakni di Bukit Lirang, Kaliasin, Bukit H Hamzah dan Sedau. Akibatnya terjadi antrian kendaraan yang hendak ke Singkawang dan sebaliknya.
Pemerintah setempat berupaya membuka akses jalan dengan mengerahkan alat-alat berat guna mengerok tumpukan tanah yang menimbun badan jalan. Sementara banjir hampir merendam seluruh Kota Singkawang.
Bancana banjir juga terjadi di Kabupaten Landak, terutama di Kecamatan Air Besar. Sementara memang tidak ada dilaporkan korban jiwa. Tapi banjir tersebut telah merusak sejumlah fasilitas umum seperti jalan dan jembatan.
Belum lagi karena banjir tersebut masyarakt tidak bisa mencari nafkah. Maklum mereka sangat tergantung dengan alam. Bila kondisi cuaca buruk, apalagi sampai banjir seperti ini, jelas masyarakat tidak dapat melakukan aktivitas. Sementara mengharapkan bantuan dari para dermawan, jelas tidak sampai menjangkau mereka di pelosok daerah seperti itu. Bantuan biasanya terpusat pada tempat-tempat pengungsian di daerah-daerah pinggiran kota saja, sedangkan pedalaman selama ini tidak pernah mendapat bantuan dari.
Banjir yang terparah menerjang beberapa desa di Kecamatan Entikong. Bahkan dikabarkan empat rumah hanyut disapu banjir. Ini adalah banjir terparah yang pernah terjadi di Entikong. Selain rumah hanyut, aktivitas pemerintahan juga lumpuh.
Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di awal tahun 2009 ini patut diwaspadai. Kita harus sadar se sadar-sasdarnya, bahwa ulah kita merusak hutan selama ini yang menyebabkan alam murka. Manusia tanpa ampuh membabat hutan dan mengunduli bukit-bukit yang selama ini menjadi penyanga air di waktu musim hujan.
Kayu-kayu yang baru mau besar lagi itu atau lahan yang sudah gundul tidak mampu menahan laju air. Dalam seketika bila hujan semalaman, beberapa kawasan terjadi air bah. Ketika air bah itu bergerak, maka apa pun yang dilewatinya pasti tersapu. Itulah yang terjadi di Suluh Tembawang Kecamatan Entikong, beberapa rumah warga tersapu bersih.
Kita tahu, selama ini kayu-kayu di perhuluan Sungai Sekayam sudah dibabat habis dan dikirim ke Malaysia lewat jasa illegal logging.
Walau para hali geologi yang telah mempelajari bumi dan menjelaskan bahwa di Kalimatnan ini tidak ada bencana gempa bumi dan gunung berapi, tapi kita boleh takut dengan ancaman bencana lain, seperti banjir dan tanah longsor, penyakit menular dan serbu belalang kumbara.
Memang kalau ditelusuri bencana-bancana yang terjadi itu tak lain, penyebabnya karena ulah manusia itu sendiri. Kita mesti sadar dengan istilah siapa menabur dia yang menuai. Bila sudah tahu penyebabnya, harusnya kita juga cepat sadar bagaimana supaya kita bukan hanya waspada tapi bebas dari bencana itu. Itulah pekerjaan rumah kita.

Baca Selengkapnya..

Banjir Terjang Entikong dan Air Besar


TERJEBAK
Antean panjang kendaraan baik roda dua maupun empat yang terjebab banjir di Singkawang, Minggu (11/1). FOTO Mujidi/Borneo Tribune
==============

Oleh Tanto Yakobus

Hujan sejak Sabtu (10/1) akhir pekan kemarin, menyebabkan sejumlah desa di Kecamatan Entikong, Sekayam dan Balai Karangan di Kabupaten Sanggau diterjang banjir. Banjir besar juga merendam sejumlah dusun di Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak.

Bahkan akibat banjir besar tersebut, Yoseph Suez dari Entikong melaporkan, Kantor Imigrasi dan Bea Cukai lumpuh total. Ketinggian air mencapai atap rumah warga. Akibatnya, empat rumah warga Desa Suruk Tembawang Kecamatan Entikong hanyut disapu banjir. Keempat rumah warga tersebut tepatnya di Dusun Pala Pasang, Marau dan Serengkang. Umumnya, rumah warga yang ada di sepanjang Sungai Sekayam tak luput dari banjir.
Menurut Agus, warga Balai Karangan yang dihubungi via ponselnya menjelaskan, selain di Kecamatan Entikong, banjir juga terjadi di Kecamatan Balai Karangan dan Kecamatan Sekayam. Air menggenangi rumah warga dengan ketinggian lebih dari dua meter.
Dampak terparah, selain hanyutnya rumah warga, juga lumpuhnya pelayanan di kantor Bea Cukai dan Kantor Imigrasi. Padahal kehadiran kantor pemerintah ini sangat vital bagi keluar masuknya orang baik ke Indonesia maupun Malaysia lewat PLB (Pelabuhan Lintas Batas) Entikong tersebut.
“Banyak rumah yang terendam dan empat hanyut terbawa air sungai akibat meluapnya Sungai Sekayam. Penyebab utamanya, karena bagian hulu sungai hutannya sudah habis dibabat sehingga air tidak terbendung lagi,” jelas Agus.
Banjir yang sudah dua hari itu menenggelamkan pemukiman warga, banyak jembatan penghubung ke Kota Kecamatan terendam dan dikhawatirkan putus karena derasnnya arus.
Untuk sementara, semua aktivitas warga tidak bisa berjalan seperti biasanya. Bahkan aliran listrik juga terputus.
Hal sama disampaikan Hartono, warga Sontas Kecamatan Entikong. Menurutnya, banyak warga yang sudah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi guna menyelamatkan diri dari kepungan air. “Saat ini kami hanya bisa menyelamatkan keluarga saja dan beberapa barang berharga terpaksa kami tinggalkan di rumah karena semakin lama air semakin tinggi,” katanya.
Banjir kali ini banyak simpang siur informasi. Ada yang menyebutkan 30 rumah hanyut, dan ada pula kendaraan yang menjadi korban. Namun hal tersebut belum bisa dikonfirmasikan kebenarannya, sejauh ini baru empat rumah warga ke Kecamatan Entikong yang tersapu banjir.
Banjir besar juga mengancam beberapa dusun di Kecamatan Air Besar. Seperti yang terjadi di beberapa desa di sekitar ibukota Kecamatan Air Besar. Seperti di Desa Serimbu, Hanura, Sepangah.
Menurut salah satu warga Serimbu, Ya’ Habijan, dihubungi via hand phone, Minggu (11/1) kemarin, mengatakan, hujan turun sejak Sabtu menyebabkan air Sungai Serimbu meluap mulai pukul 02.00 dinihari.
Hingga hari ini, belum ada tanda-tanda banjir akan surut. Desa-desa yang kena banjir di Serimbu, yakni Desa Sepangah yang dimulai dari jembatan SMA Air Besar sampai ke SMP Hanura. Di lokasi tersebut jalan terendam banjir dengan ketinggian 3-4 meter.
Demikian juga dengan kantor Polsek sampai ke Serimbu, tergenang banjir sedalam kurang lebih 4-5 meter. Jembatan gantung Serimbu juga tenggelam kira-kira setengah meter.
Akses jalan putus total, akhirnya warga pakai sampan. Warga yang rumahnya terendam banjir mulai ngungsi ke rumah tetangga di dataran tinggi. Sampai kemarin hujan masih menguyur Serimbu.
Sementara di Kota Ngabang, hujan terus menerus turun. Akibatnya, air Sungai Landak juga mulai meluap. Namun air sungai belum sampai masuk ke perkarangan rumah warga.

Baca Selengkapnya..

Sunday, January 11, 2009

Jalan Terjal Meraih Status PNS


Oleh Tanto Yakobus

Suatu hari menjelang akhir Desember 2008 lalu, saya pulang kampung untuk Natalan bersama keluarga.
Seperti biasa, bila ada keluarga dari kota datang, pasti tetangga menyambut kedatangannya. Tidak pilih keluarga dekat atau siapa, pokoknya yang kebetulan ada di rumah saat itu pasti menyambut walau hanya sekedar ingin tahu siapa yang barusan tiba di kampung itu.

Di tengah kerumunan warga tadi, mata saya tertuju ke sosok yang sangat saya kenal. Dia adalah Kornelius. Kini pria 43 tahun itu bertugas sebagai guru SD di desaku.
"Dia bukan lagi guru honor, tapi sudah guru PNS," kata salah seorang tetangga yang turut menyambut kedatanganku.
Di tengah carut-marutnya rekrutmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) saat ini, ingatan saya langsung tertuju kepada sosok Korneluis, di kampung.
Perjuangannya menjadi PNS bukanlah mudah. Dia diterima menjadi PNS justru di saat dia sudah putusasa, stress dan hanya pasrah pada nasib.
Ceritanya sangat miris. Sejak tamat dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Sekadau tahun 1988, dia sudah sembilan kali ikut tes PNS. Setiap ada rekrutmen CPNS dia selalu ikut. Untuk melanjutkan pendidikan, jelas tidak mungkin lagi.
Tamat SPG sudah sangat luar biasa untuk ukuran Kornelius yang berasal dari keluarga petani yang juga hidupnya pas-pasan.
Menjadi PNS bukan hanya menjadi cita-citanya, tapi mimpi dari kecilnya. Dia pun tak kenal lelah mengikuti tes. Sudah berapa rekrutmen di Kabupaten Sanggau, Sintang maupun Kapuas Hulu diikutinya. Setiap usahanya selalu gagal. Tapi dia tidak putus asa, setiap ada lowongan atau pembukaan CPNS, dia kejar. Hanya sekedar ikut tes, ia rela menjual harta bendanya yang tersisa.
Namun pemekaran Kabupaten Sanggau menjadi Kabupaten Sekadau membawa berkah baginya. Pada tahun 2005 lalu, ia kembali tes untuk yang ke 10 kalinya, dan syukur Kornelius dinyatakan lulus.
Kini dia mengabdi sebagai guru PNS di SDN Desa Pantok Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau. Dia bisa bahagia mengabdi di kampung halamannya sendiri. Tapi yang menjadi kerisauan saya, dia justru mengabdi dengan masa kerja yang tidak begitu lama lagi. Sebab dia lulus PNS dengan umur maksimal. Artinya, masa kerjanya paling untuk 15 atau 20 tahun kedepan saja.
Pada kesempatan pulang kampung kemarin, saya menyempatkan diri menjumpainya. Dia pun cerita panjang hingga bisa menjadi PNS seperti sekarang.
"Sudah banyak harta benda yang terlelang untuk mengejar status PNS itu," ujarnya.
Dari sembilan hingga 10 kali tes baru lulus ini, sudah banyak pula usaha yang dilakukan. Setiap tes selain ikut tes murni, pernah juga main belakang. "Mungkin karena mainnya kecil, ya tetap saja tak lolos," katanya sembari tertawa.
Tapi syukur dengan kabupaten baru, mungkin juga perlu banyak pegawai, sehingga dirinya bisa merengkuh cita-citanya sejak lama itu.
Selain bahagia karena sudah berstatus PNS, rumah kecilnya juga diramaikan dengan istri dan seorang anaknya. "Aku sudah bahagia sekarang, ya beginilah hidup," ujarnya.
Aneh tapi nyata memang. Untuk menjadi PNS di Republik tercinta ini tidaklah mudah. Selain harus berebut dengan ribuan bahkan jutaan tenaga kerja, juga harus merogohkan kocek dalam-dalam. Konon kalau tidak nyogok, susah menjadi PNS.
Entah dari kapan mulai praktik suap atau sogok itu dimulai. Tidak ada data pasti. Tapi istilah sogok itu sudah saya dengar ketika saya masuk SMP tahun 1987. Mungkin sebelum itu sudah dikenal, tapi saya baru paham ketika duduk di bangku SMP.
Kalau sudah begitu, yang menjadi PNS bukan lagi melihat kemampuan atau keahliannya, tapi siapa yang punya duit, dialah yang bisa menjadi PNS. Atau ada juga praktik nepotisme, bila ada keluarga atau saudaranya yang PNS, maka ketika ada rekrutmen, maka keluarga atau saudaranyalah yang diutamakan.
Akibat praktik sogok dan nepostisme itulah yang akhirnya muncul istilah KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). KKN itu bukan saja soal uang, tapi juga kelulusan, pangkat dan jabatan. Bahkan yang paling parah KKN birokrasi.
Beruntung reformasi sekarang ini, praktik tak sedap itu sedikit demi sedikit mulai di kikis. Persoalannya sekarang, tidak mudah memang mengikis habis praktik KKN itu. Perlu waktu, apalagi mereka sudah terbentuk dan melembaga, baik secara struktural maupun individu yang di dalamnya.
Karena individu-individu itu bagian dari keluarganya, maka secara otomatis dia akan melembaga, karena mereka bekerja pada dinas atau instansi tertentu. Itulah mengapa susah menghilangkan praktik KKN itu.
Mungkin suatu saat bisa diberantas manakala mereka sudah memasuki masa pensiun. Tapi harus dengan catatan, generasi atau penganti mereka bukan lagi bagian dari keluarganya, tapi orang-orang yang lulus karena intelektualitas, keahlian dan mempunyai kapasitas untuk itu.
Itulah lika liku menjadi PNS di negeri ini. Negeri yang baru bermimpi. Mimpi yang sama juga kini tengah hinggap pada ribuan bahkan jutaan orang yang mendambakan status PNS itu. Mudah-mudahan kedepan, rekrutmen PNS tidak lagi mengedepankan suap, keluarga dan sebagainya. Tapi bagaimana rekrutmen PNS bisa berjalan sesuai dengan harapan, yakni kelulusan murni sesuai kemampuan, keahlian kepintaran si peminatnya.
Sebagai generasi penerus kita harus berani melakukan perang terhadap praktik-praktik busuk dalam perekrutan PNS. Kita harus berani katakan tidak pada korupsi itu. Semoga!

Baca Selengkapnya..

Wednesday, January 7, 2009

Aji Mumpung

Oleh Tanto Yakobus

Selasa (6/1) dua hari lalu saya mampir ke kantor sekretariat Partai Demokrat di Jalan Imam Bonjol.Kebetulan di kantor itu ada beberapa orang yang saya kenal dan kami pun bincang-bincang soal hasil survei yang diumumkan Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI), Saiful Mudjani pada 4 Januari lalu.

Hasilnya, cukup mengagetkan. Dan bagi orang Demokrat jelas menyenangkan. Survei dilaksanakan selama 10-22 Desember 2008 melibatkan 2.200 responden. 70 persen responden menyukai isi iklan Partai Demokrat, 66 persen responden menyukai isi iklan Gerindra, PDIP 59 persen dan Golkar 54 persen. Padahal dari intensitas iklan Gerindra di televisi ditayang secara besar-besaran bersama tokohnya, nyatanya responden menyukai iklan Demokrat, begitu kata Saiful dari LSI.
Mudah-mudahan pengaruh iklan Demokrat yang secara masif itu juga ada imbasnya bagi para caleg yang kini tengah mensosialisasi dirinya di berbagai daerah. Iklan sangat membantu dalam sosialisasi, kata teman saya yang kebetulan caleg untuk DPRD Kabupaten Bengkayang itu.
Obrolan kami loncat sana loncat ini. Saya pun maklum, itulah dunia politik. Topiknya serba tidak pasti, bicaranya bersayap. Konon, hitungan matematika tidak bisa diterapkan di dunia politik, karena hasilnya yang tidak pasti tadi. Bisa ya bisa tidak, meraba-raba mencari pegangan yang enak.
”Musim caleg sekarang, banyak aji mumpung,” celoteh teman dari Sanggau. Entah keturunan dari mana, ada jak ngakunya keluarga. Padahal hari-hari sebelumnya, jangankan keluarga, kenal saja tidak.
Hand phone (HP) pun berdering terus, entah dari mana. Bila diangkat, bicaranya akrab. Bila tidak dilayani, basa basi yang akrab tadi berubah menjadi ancaman. ”Jangan harap dapat suara pemilu nanti”.
Kalau soal pulsa. Itu sudah tak bisa diomongkan lagi, tiap hari dari tiga telepon yang masuk, pasti salahsatunya minta dikirim pulsa.
Banyak ragam orang memanfaatkan caleg. Mulai dari minta kirim pulsa, bantu biaya sekolah anak, tunjangan hari raya, biaya istri berobat ke rumah sakit sampai ada yang minta dibelikan pakaian dalam istrinya.
Saya yang semula mampir sebentar, lalu keasyikan ngobrol bersama para politisi itu. Ya hitung-hitung cari pengalaman juga. Bantuan sih boleh saja diberikan, tapi betul-betul memberi manfaat baik bagi si pemberi maupun yang menerimanya. Kalau yang benar-benar sakit, dan kebetulan kita mampu, apalah salahnya. Hitung-hitung beramal. Tapi kalau soal pulsa dan lain-lain itu juga minta dengan caleg, ya rasanya sudah keterlaluan.
Sebelum ada caleg, siapa pula yang isi pulsanya selama ini? Sampai pakaian dalam istri pun harus dibebankan kepada caleg untuk menggantinya?
Lalu ada pula yang menjadi tim sukses caleg justru untuk memperkaya dirinya sendiri. Padahal dana dari caleg itu untuk sosialisasi, tapi justru dibelikan barang untuk berdagang. Ya banyak macam aji mumpung ada caleg itu.
Sebagai masyarakat, kita semua harus sadar. Inilah konsekuensi kita memilih negara demokrasi yang menganti pimpinannya dengan cara demokrasi pula, yakni lewat pemilihan umum (pemilu). Sebab memilih dan dipilih itu hak dan kewajiban kita sebagai warga negara. Jadi jangan kita memanfaatkan situasi mumpung ada musim caleg. Sebab caleg itu juga bagian dari proses demokrasi tadi.
Sebagai rakyat, kita harus sadar. Bagaimana mengganti para politisi busuk yang selama ini tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Mereka menjadi politisi untuk memperkaya diri sendiri. Jauh dari tujuan demokrasi sesungguhnya, yang mensejahterakan rakyat.
Dan saat pemilu inilah waktu yang tepat bagi rakyat menentukan pemimpin pilihannya. Apalgi Keputusan MK jelas penetapan calon terpilih berdasarkan suara terbanyak. Jadi kenali betul calegnya, apa partainya, baru tentukan pilihan Anda. Bukan malah memanfaatkan musim caleg ini untuk kepentingan sesaat. Sebab masa depan caleg, masa depan negara ini ada di tangan rakyat. Sebab suara rakyat adalah suara Tuhan.

Baca Selengkapnya..

Monday, January 5, 2009

Surprise, Danlanud Kunjungi Borneo Tribune


GOSS COMMONITY
Wapimred Borneo Tribune, Tanto Yakobus menjelaskan kecepatan mesin cetak merek Goss Commonity buatan Jerman kepada Danlanud Supadio, Kolonel (pnb) Yadi Indrayadi. FOTO Hentakun/Borneo Tribune.
==============

Oleh Hentakun

Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) TNI AU Supadio, Kolonel (Pnb) Yadi Indrayadi, bersama tiga perwira TNI AU Supadio, masing-masing, Mayor Askari, Mayor (Adm) Hendri dan Kapenlanud Supadio, Lettu (Sus) Rozikin, dan satu bintaranya berkunjung ke Kantor Redaksi Harian Borneo Tribune di Jalan Purnama Dalam nomor 2, Pontianak, Senin (5/1).

Kunjungan silaturahmi tersebut disambut Wakil Pemimpin Redaksi, Tanto Yakobus didampingi Redaktur Pelaksana, Muhhlis Suhaeri, Redaktur, Yusriadi, Budi Rahman, Manejer Umum, Aleksander Mering serta Penasehat Hukum PT. Borneo Tribune Press, Dwi Syafrianti.
Kepada Danlanud dan rombongan, Tanto menjelaskan kondisi Harian Borneo Tribune yang diawaki berbagai latar belakang agama, suku dan pendidikan. “Yang jelas Borneo Tribune di kelola oleh putera puteri asli Kalbar,” ujar Tanto.
Sementara Aleksander Mering menambahkan, sejarah berdirinya Borneo Tribune sebagai sebuah koran publik dan kiprahnya selama setahun lebih ini, dengan Tribune Institute sebagai lembaga sosialnya, serta bagaimana proses pemilihan nama sebuah koran yakni Borneo Tribune dengan logo burung enggang hasil karya pelukis terkenal Kalbar, Zul MS.
Muhhlis Suhaeri menyampaikan, surprise sekali dengan kedatangan langsung orang nomor satu di jajaran TNI AU, karena selama ini para jurnalis dekat dengan Kepolisian, sementara dengan pihak TNI masih renggang. “Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan terjalin hubungan baik dan lebih akrab,” kata Muhhlis berharap.
Menyadari bahwa institusi TNI AU tidak terlepas dari media massa, Yadi Indrayadi menyampaikan bahwa, TNI AU khususnya Lanud Supadio memiliki misi sama, yakni ditugasi menjaga dan menggunakan fasilitas TNI AU, dengan harapan media masa bisa turut mempublikasikan, sehingga satu sama lain tercipta kepedulian dan rasa memiliki bersama.
Selain itu, Yadi juga mengharapkan ada kerja sama terutama dalam hal publikasi yang selama ini dirasa kurang, sehingga aktivitas TNI AU kurang diketahui masyarakat luas, apalagi menyangkut rekrutmen, informasinya sangat-sangat terbatas, katanya.
Usai saling mengenal dan menjelaskan peran institusi masing-masing, Danlanud beserta rombongan meninjau mesin cetak milik Borneo Tribune. Yadi yang humoris itu terlihat menyimak penjelasan Tanto tentang rakusnya mesin merek Goss Community buatan Jerman itu dalam melahap gulungan kertas menjadi koran.

Baca Selengkapnya..

Solidaritas untuk Palestina


Oleh Tanto Yakobus

Negara manapun di luar Israel dan Amerika Serikat, pasti mengutuk agresi militer Israel di Jalur Gaza. Termasuk Australia yang selama ini menjadi ”tangan kanan” Amerika di wilayah Asia Pasifik. Mereka juga turut mengutuk tindakan biadab Israel dan tidak berperikemanusiaan itu.

Selama dasawarsa ini, apa pun tindakan yang dilakukan Israel, Amerika tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi menghentikan, mencegah saja tidak bisa. Bahkan mereka justru membenarkan apapun bentuk invasi yang dilakukan Israel baik terhadap negara-negara Arab umumnya dan Palestina khususnya.
Dengan dalih memerangi kelompok Hamas yang selama ini dianggap ”pengacau” keamanan Israel, justru rakyat sipil yang tidak berdosa menjadi korban roket-roket dan mortir dari senjata mematikan Israel.
Sudah lebih sepekan ini tentara Israel mengempur Jalur Gaza. Bahkan hari-hari terakhir ini Infanteri dan tank-tank militer Israel mulai masuk ke wilayah bekas pemukiman Yahudi di Gaza City, kota yang dikenal memiliki penduduk paling padat di kawasan Jalur Gaza. Israel sengaja mengempur wilayah padat penduduk itu, karena diyakinan tempat gerilyawan Hamas bersembunyi dan meluncurkan roket dan mortir ke arah Israel.
Bila tidakan itu tidak dihentikan, kita semakin khawatir berapa lagi rakyat sipil yang jadi korban? Sejak pekan lalu, serangan Israel sudah menewaskan 485 orang dan 80 diantaranya anak-anak. Sedangkan korban luka-luka mencapai 2.500 orang, termasuk tentara Hamas. Sementara di pihak Israel hanya tiga warga sipil dan satu tentara tewas, serta 30 orang lainnya terluka.
Kutukan terhadap Israel pun deras mengalir dari berbagai negara, termasuk Indonesia yang mendesak Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk Israel. Sikap Indonesia jelas, selain mendesak PBB, juga mengirim bantuan kemanusiaan dan obat-obatan ke Palestina lewat Mesir.
Selain sikap resmi pemerintah, banyak organisasi kemasyarakat yang membut posko solidaritas untuk Palestina. Posko itu bisa kita lihat di perempatan lampu merah, dimana sejumlah pemuda dan pemudi mengenakan sal atau ikat kepala bertulisakan solidaritas untuk Palestina.
Ada juga spanduk dan famflet-famflet berisi himbauan agar masyarakat menyisihkan sedikit rezekinya lewat organisasi tertentu. Tentu tujuannya sangat mulia, menolong sesama. Kita juga mendukung misi-misi kemanusiaan seperti itu. Sebab kita tahu rakyat Palestina yang menjadi korban selain kehilangan harta benda, mereka juga butuh pertolongan, mereka butuh makanan, pakaian dan yang paling penting perawatan.
Sebab ribuan orang yang terluka itu jelas tidak bisa cepat tertangani oleh petugas medis di sana. Jadi sebaiknya organisasi yang menggalang bantuan untuk Palestina, mereka juga harus berpikir bagaimana mengirimkan tenaga-tenaga medis. Kita tidak perlu mengirim pejuang untuk melawan senjata canggih, tapi jauh lebih mulia kalau kita mengirim obat dan tenaga medis yang mungkin bisa menyelamatkan nyawa-nyawa yang kini sekarat itu.
Mereka butuh pertolongan sesegera mungkin. Karenanya, tidaklah cukup kalau kita hanya teriak-teriak dan mengutuk kekejaman Zionis itu di jalanan saja, tapi bagaimana kita bisa menjalankan misi kemanusiaan itu. Bagaimana kita bisa bertindak cepat menyelamatkan jiwa-jiwa yang sekarat itu. Jangan memandang suku, agama dan aliran tertentu. Karena itu tugas kemanusiaan, tugas kita bersama.

Baca Selengkapnya..

Saturday, January 3, 2009

Pensiun Massal


Oleh Tanto Yakobus

Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, mengkhawatirkan terjadinya stagnasi luar biasa di dunia pendidikan di daerah ini. Sebab puluhan ribu guru sekolah dasar (SD) di Kalbar akan memasuki masa pensiun mulai tahun 2010 mendatang. Dan puncaknya diprediksi terjadi pada tahun 2013.

Kondisi tersebut, jelas membuat pemerintah provinsi berpikir keras mencari pengganti guru-guru SD Inpres yang diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sejak tahun 1978 tersebut. Bila masa kerja guru-guru Inpres tersebut antara 30-35 tahun, maka puncak terjadinya pensiun massal diprediksi pada 2013.
Kekhawatiran Gubernur Cornelis itu sangat beralasan, sebab bila itu benar-benar terjadi, maka akan putus rantai pendidikan berjenjang di daerah ini. Sebab tidak tertutup kemungkinan, ribuan SD yang tidak beroperasional lantaran tidak punya guru.
Sekarang saja gejalanya sudah terasa, terutama di daerah pedalaman. Ada beberapa SD yang mulai mengalami kekurangan guru. Penyebabnya beragam pula, namun tak sedikit akibat guru yang selama ini mengabdi di daerah tersebut sudah memasuki masa pensiun.
Ini memang dilematis. Hanya guru-guru tertentu yang berasal dari pedalaman pula yang sanggup dan mau bertugas di pelosok daerah. Sedangkan guru yang dari kota atau daerah lain, jarang bertahan hingga belasan tahun. Mereka umumnya hanya numpang lulus saja, setelah itu mengajukan pindah ke kota atau daerah asalnya. Dan itu harusnya sudah diantisipasi oleh pemerintah.
Agar tidak terjadi stagnasi terutama pada guru-guru SD, maka mesti ada kebijakan khusus, terutama dari Pemerintah Pusat terkait rawan pensiun massal tersebut. Mesti ada prioritas khusus bagi daerah ini untuk merekrut kembali guru-guru baru untuk dijadikan PNS mengganti yang pensiun tersebut.
Bila tidak ada kebijakan khusus, maka akan sulit menghindari stagnasi pendidikan tersebut. Sebab sesuai dengan Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, kita akan kesulitan memenuhi kriteria guru yang harus berpendidikan strata satu (S-1) tersebut.
Berdasarkan UU tersebut, maka kedepan guru SD harus tamatan S-1. Itu juga untuk memenuhi syarat sertifikasi bagi guru baik negeri maupun swasta. Dan sertifikasi itu sepintas memang mengiurkan, sebab guru sudah dianggap profesional. Bila sudah profesional, maka ia akan mendapat upah yang layak pula.
Demi kelangsungan pendidikan anak-anak di daerah ini, maka tak ada jalan lain, selain terobosan-terobosan untuk memecah kebuntuan pada puncak pensiun guru SD kelak. Sebagai warga Kalbar, kita mesti satu kata, satu langkah, dan satu tujuan bagaimana supaya pendidikan di Kalbar tetap berjalan. Caranya, mesti ada upaya mengganti guru-guru pensiun itu dengan langkah yang cepat dan tepat.
Kita jangan terlalu berharap kemurahan hati Pemerintah Pusat. Kita mesti berani mengambil kebijakan atau paling tidak minta perlakuan khusus, bagaimana kita bisa melakukan rekrutmen khusus pula terhadap guru-guru SD kelak.
Dukungan masyarakat dan utamanya Anggota DPRD Provinsi Kalbar mutlak membantu Pemerintah Provinsi memberikan tekanan pada Pemerintah Pusat agar kita mendapatkan kewenangan melakukan rekrutmen khusus tersebut. Bila itu tidak dilakukan, maka kekhawatiran Gubernur Cornelis akan terjadi stagnasi pendidikan di Kalbar sungguh akan terjadi. Kondisi ini kiranya membuat kita lebih kompak lagi dalam menghadapi persoalan yang sudah di depan mata. Jangan tunggu terjadi baru kita ribut berangkut!

Baca Selengkapnya..

Thursday, January 1, 2009

Belajar Menghargai Prestasi


MAN OF THE YEAR
Dirut PT Borneo Tribune Press, W. Suwito, SH., MH., menyerahkan penghargaan “Man of The Year 2008” kepada Gubernur Kalbar, Drs. Cornelis, MH., di hotel Gajahmada (30/12). Penghargaan “Man of The Year 2008” Harian Borneo Tribune juga diberikan kepada Ketua DPRD Kalbar, IR. H. Zulfadhli, Anggota DPR-RI IR. Fanshurullah Asa, MT, dan Dirut Bank Kalbar, Djamaluddin Malik, SE. FOTO Lukas B Wijanarko/Borneo Tribune
==============
Oleh Tanto Yakobus

Untuk pertama kalinya di Kalbar—penobatan Man of The Year kepada tokoh-tokoh tertentu dilakukan. Dan Harian Borneo Tribune berani membuat terobosan itu dengan menganugerahkan penghargaan kepada empat orang tokoh yang dianggap berprestasi di bidangnya masing-masing.

Selain berprestasi di bidangnya selama perjalanan 2008, wajah mereka kerap menghiasi media cetak maupun elektronik. Tentu kehadiran mereka terkait prestasi yang dicapainya selama setahun ini. Tokoh pertama yang dinobatkan sebagai Man of The Year 2008 adalah Gubernur Kalbar, Drs. Cornelis, MH. Dia dianggap teladan bidang eksekutif pemerintahan.
Prestasi fenomenal diukir Cornelis dengan “merebut” kursi Gubernur Kalbar pada pemilihan gubernur berpasangan dengan Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM pada 15 November 2007 lalu. Tanggal 14 Januari 2008, dia resmi dilantik sebagai Gubernur Kalbar.
Setahun menjabat Gubernur, Cornelis langsung menerima penghargaan dari Presiden SBY di bidang ketahanan pangan. Selain itu, sosok Cornelis termasuk mudah menyesuaikan diri dalam memimpin pemerintahan di tingkat provinsi, sehingga terjadi harmonisasi antara legislatif dan eksekutif. Dan yang teranyar, Cornelis cukup berperan membantu mengatasi masalah krisis global dengan memperkuat sektor pangan masyarakat Kalbar.
Selanjutnya, Ketua DPRD Kalbar, Ir. Zulfadhli. Beliau dinobatkan teladan bidang legislasi. Di bawah kepemimpinannya, DPRD Kalbar selama empat tahun ini mengalami kemajuan, baik bidang pengawasan maupun pembangunan.
Penghargaan Man of The Year 2008 juga diberikan kepada Anggota DPR-RI Dapil Kalbar, Ir. Fanshurullah Asa, MT. Sosok pria yang akrab disapa Ifan ini dinilai sangat peduli dengan pendidikan anak-anak di Kalbar.
Dia rela merokok koceknya dengan menyisihkan 50 persen gaji pokoknya untuk beasiswa pendidikan anak-anak Kalbar tanpa memandang suku, agama maupun ras. Sudah ribuan anak-anak Kalbar yang dibantunya. Begitu besar perhatiannya pada pendidikan, maka Harian Borneo Tribune memilihnya sebagai teladan bidang pendidikan.
Selanjutnya penghargaan untuk bidang ekonomi bisnis, jatuh kepada Dirut Bank Kalbar, Djamaluddin Malik, SE. Penetapan Djamaluddin Malik sebagai teladan bidang ekonomi bisnis bukan tanpa alasan. Bila kita melihat berbagai dampak krisis multi dimensi yang melanda negeri ini beberapa tahun terakhir, ternyata Bank Kalbar bisa keluar dari jerat krisis tersebut.
Bahkan untuk beberapa cabangnya di kabupaten, Bank Kalbar justru mengukir prestasi dan dinyatakan sebagai salahsatu bank yang sehat.
Setahun terakhir, kepercayaan masyarakat terhadap Bank Kalbar meningkat signifikan. Itu terlihat dari banyaknya pelaku usaha maupun individu yang menggunakan jasa Bank Kalbar sebagai tempat menyimpan uang maupun kredit. Nah melihat prestasi yang diraihnya itu, maka tak salah Djamaluddin Malik menyabet award bidang ekonomi bisnis.
Dan bagi Borneo Tribune sendiri, pemberian award atau penghargaan ini tak lain, kami ingin menghargai prestasi-prestasi yang diukir putera-putera terbaik Kalbar. Kedepan, kami akan terus memberikan perhargaan kepada pihak-pihak yang dianggap sukses di bidangnya masing-masing. Penghargaan ini merupakan wujud sikap kami untuk belajar menghargai prestasi-prestasi yang diraih oleh siapa pun, mulai dari pejabat publik, pelaku usaha, maupun masyarakat luas. Karenanya, teruslah berkarya dan berkarya. Sukses untuk kita semua.

Baca Selengkapnya..