BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, June 30, 2008

Nonton Bareng Borneo Tribune


Oleh Tanto Yakobus

Spanyol…., Jerman…., Spanyol…., Jerman…., suara saling bersahutan keluar dari seratusan orang yang berkumpul di lantai 5 hotel Peony di kawasan Jalan Gajahmada, jantung Kota Pontianak, Senin (30/6) sejak pukul 01.00 subuh tadi.

Penonton yang rata-rata eksekutif muda itu seakan membelah dua kelompok mendukung tim favoritnya masing-masing. Kebetulan tadi subuh dilangsungkan pertandingan partai final Euro 2008 yang mempertemukan raksasa sepakbola dunia, Jerman dan Spanyol.
Event empat tahunan itu betul-betul menjadi klimaks bagi Spanyol. Mereka tidak hanya mendominasi penguasaan bola sepanjang 2 x 24 menit masa pertandingan, tapi juga memenangkan permainan si kulit bundar tersebut.
Teman-teman yang pro Spanyol malam tadi jelas turut larut menyambut kegembiraan bersama jutaan rakyat Spanyol di negerinya sana. Sementara aku dan teman-teman yang kebetulan menjagokan Jerman harus mengakui keperkasaan Fernando Torres dan kawan-kawan. Ya, Spanyol memang layak memang, mereka selain tim yang bagus juga memperagakan sepakbola indah. Seindah tarian Samba di Brasil.
Perjuangan El Matador itu mengakhiri penantian mereka selama 44. Kini mereka juara Euro 2008. Kali terakhir Spanyol merajai Eropa pada tahun 1964 silam.
Iker Casillas tampil kokoh di bawah mistar untuk menghadang gempuran der Panzer, di partai puncak Euro yang digelar di Stadion Ernst Happel itu.
Bagi der Panzer sendiri, El Matador bukan lawan entang. Berkali-kali kiper Jens Lehman direpotkan mengamankan gawangnya dari serangan El Nino cs. Namun satu gol Fernando Torres di menit 33 cukup buat tim besutan Luis Aragones untuk mengunci kemenangan.
Dari umpan terobosan Xavi Hernandez, Torres yang dikawal Phillip Lahm menerobos ke kotak penalti Jerman. Lahm tak mampu menahan laju Torres, Lehmann menerjang ke depan. Selanjutnya striker Liverpool itu menyontek bola melewati hadangan Lehmann.
Dalam statistik pertandingan, Spanyol membukukan 13 tendangan, sedangkan Jerman hanya bisa melepaskan empat.

Sepakbola Indah
Pelatih tim Spanyol Luis Aragones mengatakan, kemenangan 1-0 atas Jerman itu merupakan awal kebangkitan para pemain muda berbakat Spanyol sehingga ia yakin tim itu akan dapat memenangi turnamen Piala Dunia 2010.
Aragones, berbicara setelah mengikuti pertandingan terakhirnya bersama tim itu mengadakan dalam temu pers, "Banyak orang yang melihat bahwa Spanyol merupakan model bagaimana seharusnya bermain sepakbola."
"Saya selalu berpikir bila saya mampu menangani tim ini dengan baik maka mereka akan menjadi juara, karena begitu banyak pemain berbakat dan bermutu dalam tim itu," katanya.
Aragones, yang akan berusia 70 tahun pada Juli mendatang dan merupakan pelatih tertua di Euro 2008, menyatakan ia akan mundur setelah usai turnamen itu. Ia disebut-sebut akan menjadi pelatih klub Fenerbahce di Turki dan akan menangani klub itu selama dua musim.
Luis Aragones juga mengatakan, pasukan muda Spanyol telah meninggalkan warisan sebagai permainan sepakbola indah.
Sejak pertandingan pertama ketika mempecundangi Rusia 4-1 di babak penyisihan grup, sampai kemenangan 1-0 atas Jerman di final, Spanyol, menurut Aragones, telah menampilkan kelas dan keindahan sepak bola di Euro 2008, yaitu keindahan permainan yang bebas mengalir.
Ia kemudian menambahkan, "Penonton ingin melihat pemain yang bisa mengumpan bola dengan baik, menyerbu ke daerah penalti dan kemudian mencetak gol."
"Mereka pasti melihat Spanyol sebagai model bagaimana seharusnya bermain bola," katanya seperti dikutif Goal.
""Kami telah memenangi turnamen ini secara brilian. Ini adalah hari yang berbahagia bagi pemain, staf pendukung, saya sendiri dan semua warga Spanyol."
"Sekarang kami bisa mengatakan bahwa kami bisa merebut gelar juara. Saya berharap Spanyol akan terus melaju dan meraih lebih banyak gelar lagi," kata Aragones.
Aragones secara khusus juga memuji penampilan Fernanto Torres, penyerang Liverpool yang mencetak gol tunggal untuk mengantar kemenangan Spanyol.
"Fernando adalah pemain yang hebat di Liverpool dan dalam tim kami. Ia mempunyai kecepatan. Saya selalu mengatakan kepadanya bahwa ia adalah pemain muda dan bisa menjadi salah satu pemain terbaik dunia," katanya menambahkan.

Loew puas
Jerman kalah dari Spanyol, namun pelatih Joachim Loew mengatakan ia puas dengan apa yang telah dipertunjukkan skuadnya sepanjang turnamen itu.
Gol Fernando Torres pada babak pertama, yang berawal dari kesalahan bek Philipp Lahm yang sebelumnya menjadi penentu kemenangan 3-2 atas Turki pada semifinal, membuat Jerman gagal merebut Piala Henri Delaunay untuk keempatkalinya.
"Saya pikir kami bisa puas dengan turnamen ini secara keseluruhan. Tim tampil sangat bagus selama 45 hari kami berkumpul. Kami bergembira dan menikmati segalanya, tetapi kami sangat ambisius," kata Loew dalam konferensi pers.
"Kami harus menyadari kekalahan ini dan bagi kami, ini menjadi insentif untuk bekerja keras dalam dua tahun kedepan. Bagi kami, ini adalah performa yang bagus bisa sampai ke final, ini luar biasa dan kami bangga dengan itu," paparnya.
Pelatih Jerman itu, yang akan bertahan dikursinya untuk mengarungi kualifikasi Piala Dunia 2010, mengatakan Spanyol sangat pantas merebut gelar penting pertama mereka setelah menunggu 44 tahun.
"Saya pikir kami harus mengakui kualitas tinggi para pemain Spanyol," katanya.
"Mereka bermain sangat bagus sepanjang turnamen dan hari ini mereka sangat bagus secara teknis dan memiliki lebih banyak peluang ketimbang kami. Jadi saya pikir mereka pantas menang," imbuhnya.
Loew juga memuji kapten timnya Michael Ballack, yang bermain dari awal pada final meski betisnya cedera.
"Ia selalu sangat penting bagi tim kami. Ia adalah kapten kami dan telah melakukan hal-hal istimewa untuk kami sepanjang turnamen. Ia mewakili tim dan Jerman dengan sangat baik," jelasnya.

Ancaman teroris
Sebuah serangan teroris direncanakan di Swiss selama turnamen sepak bola Euro 2008, demikian menurut Menteri Pertahanan Swiss, Samuel Schmid, Minggu (29/6).
Isyarat adanya suatu serangan itu datangnya dari luar negeri dan diambil langkah-langkah yang dibutuhkan, kata Schmid kepada NZZ am Sonntag, tanpa mengungkapkan sasaran serangan yang direncanakan itu.
"Polisi kami secara mudah mampu menangani situasi semacam itu," katanya.
Polisi, penjaga perbatasan, dan dinas intelijen sedang menangani kasus ini, kata menteri itu, seraya mengemukakan bahwa serangan yang direncanakan itu tidak ada kaitannya dengan informasi yang muncul di internet sebelum kompetisi tersebut.
Seorang petugas keamanan Swiss pada Mei mengatakan, Euro 2008 dipandang sebagai sasaran oleh jaringan teroris, mengacu pada pesan-pesan yang dimuat pada situs-situs bernuansa Islam.
Kemungkinan ancaman semacam itu diabaikan oleh jurubicara Kementerian Luar Negeri Austria, Rudolf Gollia.
Kembali ke lantai 5 hotel Peony, sejak pukul 01.00 acara dimulai, penonton yang memadati cofee shop hotel tersebut tidak beranjak dari tempat duduknya. Sebab disela-sela menunggu pertandingan, kami semua dihibur artis Kota Pontianak.
Ayu yang baru saja tamat SMA itu sangat piawai membawakan lagi mulai dari pop, dangdut dan R&B.
Tak terasa hingga usainya pertandingan dan para pemain Spanyol mengarakan piala Euro 2008, jam menunjukkan pulul 05.00 pagi.
Satu persatu teman-teman meninggalkan tempat duduknya dan turun selanjutnya pulang ke rumah masing-masing.
“Ini acara nonton bareng (Nobar) yang lumayan sukses, saya senang sekali,” ujar Suhaili, yang juga GM hotel Peony sambil bersalaman dengan saya ketika hendak meninggalkan hotel tadi pagi. Selamat bertemu di Nobar Piala Dunia 2010!

Baca Selengkapnya..

Saturday, June 28, 2008

Mahasiswa Pakistan Tolak Beasiswa Harvard

Islamabad, Armnews

Sikap Samad Khurram patut menjadi contoh siapapun yang menentang segala bentuk penindasan oleh negara lain. Pemuda Pakistan ini menolak beasiswa bergengsi dari AS, sebagai bentuk protes atas serangan pasukan militer AS ke perbatasan Pakistan pekan kemarin.

Penolakan ini membuat kaget dan malu para pejabat diplomatik AS di Islamabad, karena disampaikan Khurram dalam pidatonya di depan para tamu yang hadir dalam acara khusus penyerahan beasiswa yang digelar oleh Roots College Internasional hari Rabu kemarin.

Hari itu, rencananya Duta Besar AS untuk Pakistan Anne W. Patterson akan menyerahkan beasiswa dari Universitas Harvard pada Khurram. Tapi ternyata Khurram menyatakan menolak beasiswa tersebut dengan sebagai bentuk protesnya atas serangan pasukan militer AS di Afghanistan ke perbatasan Pakistan seminggu yang lalu, yang menyebabkan warga sipil dan tentara Pakistan tewas.

Selain itu, penolakan itu juga bentuk protes Khurram pada pemerintahan AS yang kerap mendukung kebijakan Presiden Pakistan Pervez Musharraf. "Saya menolak menerima penghargaan beasiswa ini sebagai protes atas serangan AS ke wilayah pedalaman Pakistan dan atas dukungannya pada tindakan-tindakan Pervez Musharraf yang tidak konstitusional, " tukas Khurram yang membuat hadirin tercengang.

Pernyataan Khurram membuat Duta Besar Patterson malu, apalagi tak lama kemudian terdengar tepuk tangan hadirin yang kagum atas ketegasan sikap Khurram. " Pemerintah AS sudah menyampaikan penyesalannya atas insiden ini, dan telah menawarkan kerjasama untuk menyediliki peristiwa ini, " kata Patterson dengan rona muka merah menahan malu.

Khurram adalah mahasiswa tahun ketiga bidang pemerintahan di Universitas Harvard, dan kembali ke Pakistan dua minggu yang lalu untuk hadir dalam acara penyerahan penghargaan beasiswa itu. Buat Khurram, permohonan maaf saja tidak cukup.

"Saya telah menyampaikan protes saya. Saya ingin mengatakan pada rakyat AS bahwa pemerintah mereka tidak hanya mendukung seorang diktator, tapi juga telah membunuh rakyat tak berdosa yang tidak ada kaitannya dengan perang, " tandas Khurram yang juga dikenal sebagai blogger yang aktif menulis tentang situasi politik di negerinya.

"Saya ingin menjadi bagian dari kampanye untuk independensi hukum di Pakistan, " sambung Khurram, yang sempat "cuti" kuliah pada musim gugur tahun 2007 karena ikut berdemonstrasi dengan para pengacara di Pakistan yang mendesak agar Musharraf mencabut pemecatan hakim-hakim di pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung negeri itu. □(Disadur dari Milis Pantau/Jumat, 20 Jun, 12:48 PM)

Baca Selengkapnya..

Tuesday, June 24, 2008

Yudhoyono Dianggap Pemimpin Paling Dipercaya di Kawasan Asia-Pasifik



ANTARA, Washington

Masyarakat Indonesia menganggap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pemimpin negara di kawasan Asia-Pasifik yang paling dapat diyakini dalam menangani berbagai masalah di dunia dibandingkan para pemimpin lainnya dari Jepang, Australia, Korea Selatan, India, dan Filipina, demikian menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh WorldPublicOpinion. org di 20 negara di dunia.

Jajak pendapat itu juga menyebut Presiden Amerika Serikat George W. Bush sebagai salah satu pemimpin yang paling tidak dipercaya memiliki kemampuan untuk menangani berbagai permasalahan dunia.

Dalam keterangan persnya yang dikeluarkan pada Senin, WorldPublicOpinion. org mengungkapkan bahwa para responden Indonesia memiliki pandangan yang positif terhadap kemampuan Presiden Yudhoyono.

Kemampuan Presiden keenam RI itu dalam menangani masalah dunia lebih dipercaya dibandingkan pemimpin negara Asia-Pasifik lainnya yang juga disebut dalam ulasan jajak pendapat, yaitu Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda, PM Australia Kevin Ruud, pemimpin Korea Utara Kim Jong-il, PM India Manmohan Singh, dan Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo.

Para responden Indonesia yang ditanyai "seberapa yakin Anda terhadap pemimpin negara bahwa mereka mampu melakukan hal yang benar menyangkut isu-isu dunia", sebanyak 51% menyatakan "sangat yakin dan yakin" kepada Presiden Yudhoyono sementara Fukuda mendapat angka 32%, Ruud 31%, Kim 28%, Singh 21% dan Arroyo 19%.

Tentang pemimpin dunia, para responden Indonesia menyatakan "sangat yakin dan yakin" kepada Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (40%), Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon (39%), PM Inggris Gordon Brown (38%) --yang tidak yakin sebanyak 43%, Presiden AS George W. Bush (38%) --yang tidak yakin sebesar 57%, Presiden Cina Hu Jintao (27%), Presiden Rusia Vladimir Putin (23%), Presiden Pakistan Pervez Musharraf (22%), dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy (19%).

Secara umum, jajak pendapat yang melibatkan 19.751 responden di 20 negara itu --yang merupakan 60% dari penduduk dunia, mengungkapkan bahwa tidak ada satupun pemimpin dunia mendapatkan kepercayaan yang luas.

Sementara Presiden Bush menjadi salah satu sosok penting yang paling tidak dipercaya, para pemimpin lainnya termasuk Hu Jintao dan Putin, juga tidak mendapatkan dukungan internasional yang luas.

Menurut hasil jajak, 16 dari 20 responden mengatakan mereka tidak menaruh kepercayaan terhadap kemampuan Bush. Hanya responden di dua negara, yaitu Nigeria dan India, yang memberikan pandangan yang positif terhadap Bush.

Bush juga menjadi pemimpin dunia yang paling tinggi mendapatkan presentasi negatif dari para responden, yaitu 67%.

Hanya Sekjen PBB Ban Ki-moon yang mendapatkan tingkat kepercayaan luas yang cukup tinggi.

WorldPublicOpinion. org adala proyek penelitian yang bekerja sama dengan pusat-pusat penelitian lainnya di berbagai belahan dunia dengan Program on International Policy Attitudes (PIPA)-Universitas Maryland di AS yang menjadi pengelola proyeknya.

Jajak pendapat dilakukan di negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar seperti Cina, India, AS dan Indonesia, juga dilakukan antara lain di Rusia, Inggris, Prancis, Spanyol, Turki, Palestina, Iran, Mesir, Yordania, Meksiko, Argentina, Korea Selatan, Thailand, Azerbaijan, Ukraina dan Nigeria antara 10 Januari hingga 6 Mei 2008.□Versi cetak muat di harian Borneo Tribune (24/6)

Baca Selengkapnya..

Friday, June 20, 2008

Mengapa Harus Mandor?


Kamis (19/6) siang kemarin, saya terima surat dari rekan redaktur Borneo Tribune, H. Nur Iskandar, di kantorku. “Nah, ini surat undangan untuk dialog besok, jangan tak hadir,” kata Nuris—sapaan Nur Iskandar, sambil menyodorkan sebuah amplop surat warna putih kepadaku.
“Kok pakai surat segala, kitakan satu kantor dan saya pun sudah tahu”.
“Kita profesional boy,” ujarnya sambil berlalu.

Aku pun buru-buru membuka surat tersebut, ternyata rencana dialog yang kami gagas akan menghadirkan satu dua orang sambil menunggu waktu siaran langsung Piala Eropa atau Euro 2008 itu, tidak seperti yang aku duga. Sederet nama tokoh tertera dalam lampiran surat undangan tersebut.
Mulai dari Ketua DPRD Provinsi Kalbar, Zulfadhli, Kadisos dan pemberdayaan masyarakat, Kadir Ubbe, Kadis pendidikan, Ngatman, dan beberapa nama lagi yang mewakili birokrad. Lalu ada keluarga korban, sebut saja Gusti Suryansyah, Mardan Adiwijaya, Sultan Syarif Abubakar Alkadrie dan Gusti Hardiansyah.
Dari kalangan etnis yang diwakili oleh lembaga etnis macam Makarius Sintong dari DAD/MADN, Andreas Acui Simanjaya dan Eric S Martio dari MABT. Lalu dari dari MABM dan masih ada dari unsur etnis Zulfidar Zaedar Mochtar, dll.
Lalu ada juga sejumlah nama dari kalangan akademisi, Turiman Faturrachman, Yusriadi. Dari kalangan LSM, Yohanes Supriyadi, Budayawan, HA Halim Ramli, ada juga nama dari Komda HAM Kalbar, Edi Patebang, advokat juga hadir yang diwakili Dwi Syafriyanti. Dan para redaktur harian Borneo Tribune.
Dari sederet nama yang diundang dan telah menyatakan kehadirannya, saya yakin kualitas dialog yang membedah makna Hari Berkabung Daerah (BBD) akan berkualitas.
Sebab kapasitas dan kapabiltias orang-orang yang akan menghadiri dialog tersebut tidak diragukan lagi. Mereka sangat populer dan profesional di bidangnya masing-masing.
Sebagaimana yang pernah saya tuliskan dalam blog maupun versi cetak di koran-koran sebelumnya, siapa pun anak bangsa ini terutama di Kalimantan Barat harus memahami peristiwa Mandor secara utuh. Jangan sampai sepotong-sepotong, dan justru membelokkan sejarah sesungguhnya.
Semua punya andil dan harus mengetahui bahwa peristiwa Mandor layak diangkat di tingkat nasional. Sebab itu bagian dari perjuangan bangsa ini untuk memperoleh kemerdekaannya.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah, jangan sampai peristiwa Mandor diklaim sepihak, bahwa ada pihak lain yang tidak terlibat sama sekali dalam memperebutkan kemerdekaan tadi. Pada zaman itu, Jepang tidak memilih-milih korban yang akan dimusnahkan di Mandor, bukan hanya orang jerdik pandai saja yang dibopong ke “lubang raksasa” Mandor, tapi siapa pun yang bernapas saat itu dan tertangkap pasti di seret ke sana, dan itu tidak menimpa etnis tertentu. Singkat kata, siapa pun sapu bersih hingga hilang manusia satu generasi akibat kekejaman Jepang di Mandor tersebut.
Nah, dialog ini menurut hemat saya baik adanya, kita boleh mengeli lebih dalam makna peristiwa Mandor. Saya berharap pristiwa Mandor dapat memacu semangat kita untuk bersatu membangun Borneo Barat tercinta ini.
Tanggal 28 Juni yang ditetapkan sebagai HBD sudah di depan mata. Perjalanan waktu memang tidak terasa. Rasanya baru saja HBD ditetapkan oleh DPRD Provinsi Kalbar, dengan peraturan daerah (Perda) nomor 5 Tahun 2007.
Berdasarkan Perda tersebut maka pada 28 Juni 2007 diproklamirkan pemasangan bendera setengah tiang pertanda duka atas tewasnya sekitar 21.037 jiwa penduduk Kalbar akibat fasisme Jepang. Hari itu disebut Hari Berkabung Daerah (HBD).
Upacara HBD pada 28 Juni 2007 berlangsung sangat khidmat serta dihadiri lebih dari 1000 keluarga korban. Upacara ini terbesar dari yang pernah dilakukan untuk memperingati “Tragedi Mandor”.
Bagi siapa saja yang membaca blog ini, dan kebetulan sedang di Kota Pontianak, bolehlah menyumbangkan pemikirannya dalam dialog dimaksud. Sebagai salah seorang pengagas dialog, saya senang bila forum tersebut disesaki orang-orang yang punya komitmen baik terhadap sejarah maupun kemajuan Kalbar kedepan.
Hanya kitalah yang bisa menghargai jasa-jasa para pendahulu kita yang menjadi korban kegagasan Jepang di Mandor itu. Jadi kita jangan berharap Jepang menghargai jasa mereka, tapi kitalah yang menghargainya.□

Baca Selengkapnya..

Thursday, June 19, 2008

28 Juni HBD, Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Mandor, Monumen Terbesar Milik Kalbar


Tak lama lagi warga Kalbar akan memasuki 28 Juni. Ada apa dengan 28 Juni? Pemerintah Daerah Kalbar melalui Perda No 5 Tahun 2007 telah menetapkan 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah (HBD), dan Makam Juang Mandor sebagai Monumen Daerah Provinsi Kalbar. Peristiwa Mandor adalah tragedi pembunuhan yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa terdiri dari pejuang dan rakyat Kalimantan Barat dari berbagai elemen masyarakat dalam perlawanan terhadap pendudukan fasisme Jepang.

Mandor adalah suatu daerah yang jaraknya hanya sekitar 80 km dari Kota Pontianak yang kini termasuk dalam wilayah Kabupaten Landak—hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak.
Disebut HBD karena ungkapan dari suasana dukacita atas peristiwa atau tragedi yang menelan korban, baik secara perorangan maupun massal. Jumlahnya menurut buku Peristiwa Mandor yang ditulis H Mawardi Rivai (Alm) yang diterbitkan oleh Pustaka Antara-Jakarta (1978) jumlahnya mencapai 21.037 jiwa. Namun jumlah persisnya patut dilakukan riset lebih mendalam, baik pengakuan yang telah pernah disampaikan oleh saksi mata, referensi pustaka, maupun riset arkeologis secara langsung.
Peristiwa yang terjadi sejak 1942-1944 sebagai bagian dari agresi Jepang oleh sebagian pihak disebut genocida, atau pembunuhan massal. Pada situasi ini genocida tersebut tidak kalah keji dibandingkan peristiwa Westerling yang terjadi di Sulawesi yang tertuang dalam buku-buku sejarah nasional.
Mengapa Perstiwa Mandor tidak dikenal dalam sejarah nasional? Menurut berbagai kalangan, akibat putusnya satu generasi cerdik cendikia di Kalbar. Termasuk pengurusan harta pampasan Jepang setelah menyerah kalah kepada sekutu.
Pemda Kalbar telah menyerap aspirasi masyarakat sejak ditemukannya tulang belulang di lokasi makam massal di mana terdapat para raja di Kalbar, para cerdik cendikia, para guru, pengusaha, jurnalis dan tokoh-tokoh masyarakat.
Pada 28 Juni yang sudah ditetapkan sebagai HBD tersebut Perda No 5 mengatur pengibaran bendera setengah tiang. Dinas-Instansi terkait diimbau untuk mengibarkan bendera setengah tiang pada 28 Juni mendatang.
Diharapkan dengan simbolisasi tersebut, tertanam nilai-nilai kejuangan bagi warga Kalbar untuk terus mengisi alam kemerdekaan dengan karya nyata. Mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Mereka yang terkubur itu adalah multiras, multietnis, multiagama. Sepatutnya bagi semua warga Kalbar bersatu padu, tidak mudah dipecah-belah dalam isu apapun. Ingat di Kalbar ada monumen perjuangan yang bernama Mandor.
Terkait dengan HBD yang telah diperdakan, masih banyak hasil rekomendasi seminar nasional Mandor yang digelar di rektorat Untan tahun 2006 yang belum terimplementasikan, antara lain sejarah perjuangan Mandor dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran muatan lokal, komunike bersama Kedutaan Besar Jepang/Negara Jepang, dokumentasi media hingga website trilingual (Indonesia, Inggris dan Jepang), dan lain sebagainya. Hal-hal yang telah diserap tersebut perlu difollow-up sehingga tidak ada ikhtiar keras yang ditinggalkan sia-sia.

Daftar Undangan

1. Ketua DPRD Kalbar, Ir H Zulfadhli
2. Anggota DPRD Kalbar, Drs Zainuddin Isman, M.Phil
3. Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, H Kadir Ubbe, SH, MM
4. Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kalbar, Drs H Ngatman
5. Karo Binsos Prov Kalbar, Dra Sri Jumiadatin, M.Si
6. Drs Gusti Suryansyah, M.Si (keluarga korban)
7. Dr Mardan Adiwijaya (keluarga korban)
8. Sultan Syarif Abubakar Alkadrie (keluarga korban)
9. Ir Gusti Hardiansyah, QAM (keluarga korban)
10. Ir Andreas Acui Simanjaya (Sekretaris MABT/tim seminar nas Mandor)
11. Drs Kamaruzzaman, M.Si (Plt Bupati Kubu Raya/tim seminar nas Mandor)
12. Zulfidar Zaedar Mochtar, SE, MM (tim seminar nas Mandor)
13. Ir Syarif Muhammad Herry (KPID/tim seminar nas Mandor)
14. Turiman Faturrachman, SH, M.Hum (tim seminar nas Mandor)
15. Yohanes Supriyadi (Dir Lembaga YPPN)
16. Asriyadi Alexander Mering (Redaktur Borneo Tribune/tim seminar nas Mandor)
17. Hairul Mikrad, SP (Redaktur Borneo Tribune/tim seminar nas Mandor)
18. Tanto Yakobus, S.Sos (Redaktur Borneo Tribune/tim seminar nas Mandor)
19. Dr Yusriadi, MA (Redaktur Borneo Tribune/tim seminar nas Mandor)
20. H A Halim Ramli (budayawan/panelis seminar nas Mandor)
21. Edi Patebang (Koordinator ANPRI/Komda HAM Kalbar)
22. Dwi Syafriyanti, SH (Ketua Yayasan Tribune Institute)
23. H Abang Imien Thaha (Ketua MABM Kalbar)
24. Thadeus Yus (Ketua DAD Kalbar)
25. Eric S Martio (Ketua MABT Kalbar)

Baca Selengkapnya..

Undangan Dialog Menyambut Hari Berkabung Daerah

Kepada Yth:
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri Tanto Yakobus, S.Sos
di -
Pontianak


Salam sejahtera bagi kita semua semoga hari-hari yang kita hadapi selalu penuh arti, dalam situasi dan kondisi apapun, serta senantiasa dalam limpahan rahmat maupun nikmat dari Tuhan Yang Maha Pengasih.

Tanggal 28 Juni sudah di depan mata kita semua. Perjalanan waktu di era kesejagatan ini terasa berlalu sangat singkat. Rasanya baru saja Hari Berkabung Daerah (HBD) ditetapkan di lembaga wakil rakyat, DPRD Provinsi Kalbar, yakni Perda No 5 Tahun 2007. Berdasarkan Perda tersebut pada 28 Juni 2007 diproklamirkan pemasangan bendera setengah tiang sebagai pertanda duka atas tewasnya sekitar 21.037 jiwa penduduk Kalbar akibat fasisme Jepang. Hari yang disebut dengan Hari Berkabung Daerah (HBD).

Upacara HBD pada 28 Juni 2007 berlangsung sangat khidmat serta dihadiri lebih dari 1000 keluarga korban. Upacara ini terbesar dari yang pernah dilakukan untuk memperingati “Tragedi Mandor”.

Sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan panggilan moril atas terbitnya Perda No 5 Tahun 2007 tentang Hari Berkabung Daerah dan Monumen Perjuangan Daerah, serta keinginan yang besar mewujudkan hasil rekomendasi seminar nasional Mandor yang telah digelar tahun 2006, kami dari institusi pers hendak mengundang kehadiran stakeholder untuk berdialog dalam rangka menyambut, mengisi dan memaknai HBD tersebut serta memfollow-up rekomendasi-rekomendasi yang telah pernah dikupas melalui berbagai pertemuan sebelumnya. Adapun waktu dan tempat penyelenggaraannya pada:

Hari/Tanggal : Jumat, 20 Juni 2008
Pukul : 18.30 s.d Selesai
Acara : 1. Makan malam bersama
2. Opening oleh fasilitator (Borneo Tribune)
3. Dialog bersama stakeholder
4. Penutup
Tempat : The Roof Cafe, Hotel Peony Lt 5
Jalan Gajahmada, Pontianak

Berkenaan dengan besarnya arti penting HBD bagi etos kejuangan dan nilai-nilai perjuangan di Kalimantan Barat, juga dalam kedudukannya sebagai entitas geografi regional di lingkungan nasional serta internasional, kami berharap Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bisa hadir dalam pertemuan tersebut. Semoga kehadirannya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi kejayaan Provinsi Kalbar pada masa yang akan datang.

Atas segala perhatiannya kami haturkan banyak terimakasih. Semoga amal kebaikan kita semua mendapat anugerah nikmat yang berlipat ganda dari Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Penyayang.

Pontianak, Juni 2008
Harian Borneo Tribune



H Nur Iskandar, SP
Pemimpin Redaksi

============================================================================
Alamat Kantor Redaksi dan Kantor Bisnis Jalan. Purnama Dalam No. 02 Pontianak
Telp 0561 – 767788 Fax. 0561 – 766103

Baca Selengkapnya..

Tuesday, June 17, 2008

Jelang Pemilu, Banyak Blogger Dibungkam


Oleh Fransiska Ari Wahyu/detikinet

Para blogger sering lantang mengkritisi bermacam permasalahan. Acapkali mereka juga ditangkap karena kekritisan mereka. Menjelang pemilihan umum di berbagai negara, diprediksi jumlah blogger yang dibungkam semakin banyak.

Sebuah laporan melansir bahwa dari tahun ke tahun, jumlah blogger yang ditangkap makin melonjak. Sejak tahun 2003, 64 orang blogger telah ditangkap karena mempublikasikan pandangan mereka dalam blog, demikian dikutip detikINET dari BBC, Selasa (17/6/2008).
Laporan ini dikeluarkan oleh lembaga World Information Access (WIA). Masih menurut laporan WIA, lebih dari separuh penangkapan terjadi di China, Mesir, dan Iran.
Para blogger tersebut ditangkap karena mengkritisi berbagai macam hal. Misalnya, mengungkap korupsi pemerintah, pelanggaran hak asasi manusia, kebijakan publik, dan sebagainya.
Jumlah blogger yang ditangkap pun diperkirakan bakal terus meningkat, terutama menjelang pemilihan umum yang akan digelar di China, Pakistan, Iran, dan Amerika Serikat.
Memang belum bisa dipastikan berapa jumlah akurat blogger yang ditangkap. Di Burma misalnya, pernah diberitakan bahwa sekitar 344 orang yang sebagian di antaranya diduga sebagai blogger ditangkapi otoritas.
Pemerintah di berbagai negara memang membatasi aktivitas online warga negaranya. Misalnya, di China, sulit bagi masyarakat untuk menggunakan blog sebagai wadah untuk mengkritik. Tak hanya negara di kawasan Timur Tengah dan Asia Timur yang menangkap para blogger, tapi blogger di negara Inggris, Perancis, Kanada, dan Amerika juga kadang dibungkam.
Biasanya para blogger tersebut dijebloskan ke penjara selama 15 bulan. Hukuman terlama yang pernah dijatuhkan menurut data yang dihimpun WIA adalah delapan tahun.□Foto by www.google.com

Baca Selengkapnya..

Saya adalah ‘Nabi Palsu’ bagi ‘Diri Sendiri’


Oleh Liong Vincent Christian

Tempat diskusi tulisan ini:
http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3748
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/24349
http://forum.gilaupload.com/viewtopic.php?f=105&t=7641
(balasan tulisan harap di-cc ke email: vincentliong@yahoo.co.nz )


Saya adalah Nabi Palsu bagi Diri Sendiri. (Nabi adalah sebutan untuk orang yang ber-nubuat) Saya sadar bahwa saya tidak berhak meninggikan diri di hadapan Pencipta dengan bernubuat bagi orang lain. Dengan menyadari dan mengakui bahwa diri saya hanyalah seorang nabi palsu, maka saya telah menggenapi apa yang tertulis di kitab suci bahwa akan datang nabi-nabi palsu.

Mat 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
(19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

LATARBELAKANG
Pada bulan Juni tahun 2004, melalui tulisan “Berbeda, tetapi Bukan Anak "Aneh” (Koran Kompas : Minggu, 27 Juni 2004 Rubrik: Keluarga) saya dilabelkan sebagai anak Indigo. Anak Indigo adalah sebagian dari mereka lahir di periode tahun 1980-an dan memiliki aura berwarna nila dengan ciri-ciri kemampuan spiritual bawaan dan sikap
non-kompromistis terhadap segala sesuatu yang dinilainya bersifat pemaksaan.

Pelabelan Indigo terhadap diri saya membuat saya mengambil sikap bermusuhan dengan sebagian dari pihak yang berlabelkan psikologi karena dengan dilabelkan indigo saya terancam kehilangan hak-hak asasi manusia yang paling dasar yang saya miliki diantaranya; Hak untuk hidup, Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain, Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama (keadilan), Hak atas harta benda yang saya miliki, dlsb.
Sebelum dilabel indigo saya tidak pernah peduli atau berurusan dengan organisasi Psikologi. Ada tiga macam manusia di dunia ini; * Manusia pemaaf yang baik bagi orang lain. * Manusia pendendam yang selalu bertindak berdasarkan sebab-akibat (tanpa sebab maka tidak ada akibat). * Dan manusia pemain game virtual, yang menganggap hidup ini hanyalah permainan, dimana ada banyak pemain yang bisa menang atau kalah, bertarung dengan darah dingin, tidak ada sebab-akibat; permainan bisa dimulai kapan saja atau diakhiri dengan menekan tombol reset, manusia jenis ini tidak bisa membedakan mana game virtual dan mana dunia nyata, semua hanyalah game yang dianggap tidak memiliki konsekwensi nyata ke kehidupan sehari-hari.

Setelah dilabel Indigo, saya harus menghadapi beberapa orang-orang lulusan psikologi yang memiliki mentalitas “pemain game virtual” yang memperlakukan saya dan keluarga saya sebagai sebagai sebuah object buruan (binatang buruan) yang harus dipermainkan dan dibasmi untuk mendapatkan kesenangan emosional. Diantara sekian ribu lulusan psikologi di Indonesia, memang hanya sepuluh sampai dua puluh orang yang memiliki kelainan kejiwaan “pemain game virtual” semacam ini yang beberapa diantaranya menduduki jabatan-jabatan penting di keorganisasian Psikologi di Indonesia.
Seorang pemain game virtual bisa memilih siapa saja orang yang tidak dia kenal yang ditemuinya di jalan untuk dipilih menjadi object penderita sebuah permainan buruan. Ketika saya mendapat label Indigo, maka ada alasan untuk melegalisasi bahwa saya boleh secara sah dijadikan object buruan para “gamer” ini.

Sejak dilabelkan indigo hingga sekarang, saya dan keluarga harus menerima saja untuk mengalami mulai dari teror keluarga bertahun-tahun (satu macam teror per minggu, non stop setiap hari tanpa liburan), pencurian uang hingga mencapai lebih dari delapan puluh juta rupiah dan berbagai rencana pembunuhan yang dijadikan sah dalam hukum psikologi ala virtual gamer, sebagai usaha penyembuhan karena saya dilabel indigo. Alasan mereka; karena Vincent Liong diasumsikan sakit indigo dan di masa yang akan datang akan merugikan banyak orang, maka diberi positive reinforcement, lalu gagal maka diberi negative reinforcement (dirugikan semaksimal mungkin termasuk dibunuh dengan cara apapun tanpa ada batasannya).
Beberapa oknum psikolog ini membutuhkan saya sebagai object buruan untuk seimbangkan hidup mereka yang berusaha sangat waras dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien-klien mereka.

Sampai hari ini saya belum sekalipun membalas tindakan kriminal atas nama penerapan ilmu penyembuhan psikologis yang dilakukan oleh sebagian kecil psikolog yang berpenyakit “gamer” ini, buat saya setidaknya saya tidak turut gila seperti kawanan kriminal mereka ini. Setidaknya asumsi yang mereka jadikan alasan untuk menjadikan saya hewan buruan; bahwa diasumsikan di masa yang akan datang saya akan banyak melakukan tindakan kelainan psikologis yang akan merugikan masyarakat, dan hingga kini tidak terbukti, sementara mereka telah melanggar hampir semua doktrin kewarasan psikologi mereka sendiri demi membasmi saya dan keluarga.

ROMANTISME DAN EKSISTENSIALISME
Pengalaman saya sekian tahun, banyak waktu saya terkooptasi dengan permasalahan ini; saya menemukan bahwa permasalahannya tidak serumit yang saya kira sebelumnya. Dalam filsafat ada dua sudutpandang pemikiran besar; romantisme dan eksistensialisme.

Penganut romantisme beranggapan bahwa seorang individu manusia adalah bagian dari system masyarakat. Sehingga manusia seharusnya mengikuti norma (kenormalan) yang berlaku di masyarakat kebanyakan. Bilamana manusia itu tidak mengikuti yang berlaku di manusia kebanyakan maka dianggap tidak normal dan harus diobati agar sembuh; kembali ke jalan yang benar.

Penganut eksistensialisme beranggapan bahwa seorang individu manusia berhadapan dengan apa yang ada di dalam dirinya sendiri dan yang di luar dirinya sendiri (lingkungan, masyarakat, dlsb). Seorang manusia harus beradaptasi dengan cara bernegosiasi dengan hal-hal di luar dirinya agar mampu tetap bertahan hidup.

Dalam kenyataannya baik penganut romantisme maupun eksistensialisme sama-sama berusaha dan mampu berhubungan dengan masyarakat meskipun cara mengartikannya berbeda; Penganut romantisme berusaha mengikuti apa yang dilakukan masyarakat umum yang dianggap benar sehingga tetap mampu bertahan hidup. Penganut eksistensialisme tetap bernegosiasi dirinya sendiri untuk dapat dapat beradaptasi dalam masyarakat umum. Pada akhirnya keduanya sama-sama dapat diterima oleh masyarakat umum.

Permasalahannya, penganut romantisme menganggap bahwa tidak mungkin seorang penganut eksistensialisme bisa diterima oleh masyarakat umum karena penganut eksistensialisme memposisikan dirinya tidak sebagai bagian dari masyarakat, tidak menganggap mengikuti kenormalan masyarakat sebagai keharusan, melainkan sebagai pilihan untuk dinegosiasikan demi tetap bertahan hidup. Penganut romantisme beranggapan bahwa sudah hampir pasti seorang eksistensialis tidak dapat beradaptasi dengan masyarakat umum, sehingga harus diobati atau dibasmi.

Sama seperti dalam permasalahan kelompok Psikologi dan Anak Indigo; bahwa Psikologi sebagai polisi ‘superego’(norma-norma masyarakat, hukum, dan adat), sudah berasumsi memastikan sejak awal bahwa anak indigo tidak akan mampu beradaptasi sehingga perlu dididik, disembuhkan dan ‘diberi pelajaran’. Menurut pengalaman saya pribadi, anak-anak yang dilabelkan indigo tidak lebih dari anak-anak biasa yang terbentuk dengan kepribadian sebagai penganut sudutpandang eksistensialis dengan tingkat superego yang agak rendah; sehingga mereka memposisikan diri tidak sebagai bagian masyarakat, melainkan ‘berhadapan dengan masyarakat’ (diri sendiri dan di luar diri sendiri).

Selama sekian tahun, banyak waktu saya terkooptasi dengan permasalahan ini saya telah mencoba untuk mencari titik temu antara penganut romantisme dan ksistensialisme ; antara manusia normal dan manusia indigo. Mungkin bisa ditemukan jalan keluar agar tidak ada lagi perbedaan antara keduanya sehingga tidak perlu lagi ada anak-anak indigo yang bernasib sama seperti yang saya alami. Untuk itu saya harus mencari persamaan antara keduanya yang telah saya lakukan sekian tahun ini dengan penelitian yang saya namai ilmu kompatiologi.

FEEL, JUDGEMENT & GENERALISASI
Sampai hari ini dalam penelitian kompatiologi saya menemukan bahwa informasi/data yang diterima manusia diproses dalam tiga tahap yang saya namai dengan; Feel, Judgement dan Generalisasi. Saya mencoba menceritakan tiga tahap ini dalam analogi kegiatan meminum minuman.

Ketika saya, dan beberapa orang lain minum dari segelas minuman yang sama, maka sangat mungkin akan ada yang berpendapat bahwa rasa minuman itu manis, asin, pahit, asam atau pedas; tetapi dijamin 100% bahwa informasi utuh (feel/data mentah) yang didapatkan tentang minuman tersebut 100% sama. Tiap orang yang minum dan memberikan pendapatnya tentang rasa minuman (Judgement) hanya mendapatkan satu sudutpandang diantara sekian banyak sudutpandang, yang bila dikumpulkan, akan tetap sulit memberikan kebenaran yang mendekati 100% perihal rasa minuman tersebut (Generalisasi). Sebaliknya, bilamana ditentukan satu sudutpandang yang dianggap
benar; maka masing-masing orang yang berusaha mengerti kebenaran
tentang rasa minuman tersebut akan menemukan imajinasi, perkiraan tentang
minuman tersebut yang berbeda-beda, yang tidak sama dengan minuman
tersebut.
(Dikutip dari e-book; Kompatiologi logika komunikasi empati / I.
Sejarah kompatiologi / Ide Dasar Kompatiologi Menggunakan Minuman bukan
Kata-Kata)

* Feel (data mentah) adalah tahap ketika si manusia mengalami suatu
informasi/data secara utuh, alami, apa adanya dan belum diberi pendapat,
komentar, justifikasi yang bersifat verbal/pasti.

* Judgement adalah tahap ketika suatu informasi/data diberi pendapat,
komentar, justifikasi yang bersifat verbal/pasti sehingga membatasi
penjelasan/nilai/arti mengenai data tersebut dalam satu versi sudutpandang
saja.

* Generalisasi adalah tahap ketika kumpulan Judgement dari sudutpandang
yang berbeda-beda dikumpulkan untuk mendapatkan satu logika yang utuh
dalam mengimajinasikan bentuk informasi/data yang diharapkan mendekati
100% kelengkapannya.


Penganut romantisme yang memposisikan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat umum berusaha mengikuti informasi/data yang telah berbentuk
“pemikiran” yang telah ada di masyarakat umum yang berbentuk
“Judgement” dan “Generalisasi”. Karena menganggap bahwa diri sendiri
adalah bagian dari masyarakat umum maka pengalaman individual yang berbentuk
Feel(data mentah) diabaikan.

Penganut eksistensialisme yang memposisikan dirinya berhadapan dengan
hal-hal di luar dirinya (di dalam diri berhadapan dengan di luar diri /
lingkungan, masyarakat, dlsb) mengalami pemerosesan informasi/data
dimulai dari tahap; Feel(data mentah), Judgement dan Generalisasi secara
lengkap seperti yang saya analogikan dalam kegiatan meminum minuman yang
saya telah ceritakan sebelumnya.



SAYA ADALAH NABI PALSU BAGI DIRI SENDIRI

Berdasarkan pengamatan saya terhadap subject penelitian kompatiologi
yang telah mengikuti dekon-kompatiologi antara 6 bulan hingga 12 bulan,
saya menemukan suatu fenomena yang menarik berkaitan dengan perbedaan
proses yang dialami penganut romantisme dan eksistensialisme.

Proses yang dialami penganut romantisme diawali dengan pengumpulan
Judgement (sudutpandang yang verbal) dari berbagai pihak berbeda, hingga
membentuk Generalisasi (logika yang menyeluruh dalam pikiran/imajinasi).
Untuk semakin mengerti secara mendalam tentang suatu bidang kegiatan
diperlukan membaca dan mendengarkan sebanyak mungkin macam-macam teori
hingga semakin hari didapatkan kerangka logika yang semakin utuh. Proses
belajar lebih dipengaruhi oleh kegiatan membaca dan mendengarkan
penjelasan pihak lain dibandingkan pengalaman sendiri. Kurangnya kegiatan
membaca dan mendengarkan berakibat kurangnya pengetahuan.

Proses yang dialami penganut eksistensialisme diawali dengan mengalami
pengalaman (informasi/data secara utuh, alami, apa adanya) dan belum
diberi pendapat, komentar, justifikasi yang bersifat verbal/pasti.
Seperti misalnya kalau kita meminum segelas minuman dan belum berpendapat
atas minuman tsb. Tentunya pengalaman yang dialami akan bisa di-Judgement
atau tidak. ‘Pendapat atas suatu pengalaman’ (Judgement) bisa
berubah dari waktu-ke waktu. Seperti misalnya kalau kita berkali-kali
meminum segelas minuman yang 100% sama maka kita bisa memberikan
‘pendapat’(judgement) yang berbeda setiap kali kita meminumnya tergantung
situasi dan kondisi saat meminumnya. Sebuah Feel(data mentah) yang sama bisa
memiliki bermacam-macam Judgement. Sebuah sample pengalaman bisa
dibandingkan dengan variasi pengalaman sejenis yang berbeda-beda
range(jangkauan) dan pembandingnya. Banyak variasi Judgement yang muncul yang
membuat pertumbuhan jangkauan kerangka logika
Generalisasi yang dipahami oleh orang tersebut. Kecepatan pertumbuhan
pemahaman ini berbeda-beda tergantung apakah orang tsb berpikir apa
adanya dari pengalaman data mentah diri sendiri, atau sudah terpengaruh
oleh berbagai Judgement dan Generalisasi dari orang lain.

Muncul fenomena dimana seseorang bisa belajar tidak dari membaca dan
mendengar teori atau pendapat orang lain, melainkan dari pengalaman
sehari-hari yang tampak sangat sepele. Fenomena menarik yang sering tampak
pada mantan peserta dekon-kompatiologi yang tidak pernah membaca
buku-buku filsafat dan psikologi; tiba-tiba saja bisa
‘ber-nubuat’(menceritakan ide-idenya yang original) dalam bidang filsafat atau psikologi,
yang kalau diurutkan maka akan tampak mirip urutannya dengan urutan
daftar isi sejarah filsafat barat atau buku sejarah teori-teori psikologi,
dari paling awal hingga paling akhir. Satu-satunya kekurangannya,
mereka yang bernubuat ini samasekali tidak tahu nama tokoh-tokoh filsafat
dan psikologi yang berhubungan dengan ide-ide yang mereka ceritakan,
kadang-kadang mereka bersikap sok tahu seolah-olah ide itu temuan mereka
sendiri.

Saya jadi bertanya; Apakah memang Pencipta sudah membuat ‘blue
print’ yang standard dalam setiap manusia tentang ilmupengetahuan seperti
misalnya psikologi dan filsafat. Jadi kalau manusia itu bisa mendapat
kesempatan yang sama untuk memulai pemerosesan informasi/data-nya; mulai
dari Feel(data mentah), berbagai variasi Judgement yang terus bertambah
seiring perjalanan waktu yang membentuk Generalisasi, bangunan logika
yang semakin hari semakin lengkap dan utuh; Tentunya manusia itu akan
mampu menceritakan perjalananan belajarnya yang seumur hidup dari awal
hingga akhir yang hanya berbeda bahasa penceritaannya, contoh pengalaman
dan sampai dimana dia seorang pencerita yang baik, isinya sama saja.

Masing-masing teori filsafat diwakili oleh nama seorang filsuf yang
berkutat di satu tahap proses berteori saja, mungkin karena mereka terlalu
sibuk mengikatkan diri pada satu teori saja, sehingga perlu sekian
banyak orang hingga buku filsafat menjadi lengkap.



PENUTUP

Saya percaya bahwa;

Saya adalah Nabi Palsu bagi Diri Sendiri. (Nabi adalah sebutan untuk
orang yang ber-nubuat.) Saya sadar bahwa saya tidak berhak meninggikan
diri dengan bernubuat bagi orang lain. Dengan menyadari dan mengakui
bahwa diri saya hanyalah seorang nabi palsu, maka saya telah menggenapi apa
yang tertulis di kitab suci bahwa akan datang nabi-nabi palsu.

Ketika hari ini datang seseorang mengaku sebagai Nabi Asli, merasa
lebih pintar, lebih mengerti, lebih tinggi di hadapan Pencipta dan berusaha
mengarahkan orang lain, meninggikan diri di hadapan Pencipta dengan
bernubuat bagi orang lain;

Di masa kini Ia yang Mengaku Nabi Asli itu telah merampas Hak
manusia-manusia yang dijadikan pengikutnya, untuk bernubuat bagi diri sendiri;
Setiap manusia berhak menjadi Nabi Palsu bagi Dirinya Sendiri, tidak
untuk meninggikan diri dengan bernubuat bagi orang lain.

Tulisan ini ditulis bagi yang penganut agama-agama ‘samawi’
(Pencipta yang memilih manusia untuk menjadi umatnya). Seperti sejak manusia
pertama diciptakan Allah;

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. (Kejadian 2:
16-17)

Sejak Allah menciptakan manusia pertama yaitu; Adam dan Hawa, free
choice telah diberikan. Adam dan Hawa telah memiliki pilihan untuk memakan
buah yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan. Karena Allah maha
pengasih maka berjuta-juta pohon di taman itu boleh dimakan, tetapi
hanya satu pohon saja yang tidak boleh dimakan.


Ttd,
Vincent Liong / Liong Vincent Christian
(Founder of Kompatiologi)
Jakarta, Senin, 16 Juni 2008

Baca Selengkapnya..

Monday, June 16, 2008

Masuk Akpol Jalur Brigadir


Oleh Tanto Yakobus

Anda bercita-cita menjadi perwira polisi, namun tidak punya biaya? Jangan cemas, Kapolri telah menerbitkan peraturan Kapolri No. 26 tahun 2007 tentang Program Telent Scouting Mahasiswa Beasiswa (Brigadir) yang mulai operasi tahun 2008 ini.

Program tersebut untuk menjaring sekaligus mewadahi lulusan SMA/sederajat yang memiliki potensi, bakat dan minat tinggi menjadi perwira polisi, namun tidak memiliki kemampuan ekonomi, sehingga kesempatan untuk menjadi perwira Polri lewat Akpol sirna.
Kepala bidang hubungan masyarakat Polisi Daerah Kalimantan Barat, Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Suhadi, SW, M.Si lewat press releasenya, Senin (16/6) di Pontianak, mengatakan, bahwa penerimaan Akpol tahun 2008 ini hanya menerima lulusan sarjana, maka Brigadir ini memberikan kesempatan kepada lulusan SMA/sederajat yang tidak mampu, untuk diberikan beasiswa mahasiswa yang kemudian dapat digunakan untuk masuk Akpol yang diidam-idamkan.
Persyaratan umum mengikuti Brigadir ini antara lain; WNI yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sehat jasmani dan rohani, tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan, yang dibuktikan dengan keterangan dari Kepolisian setempat, berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela, bersedia diarahkan sesuai dengan jurusan yang diperlakukan oleh Polri.
Sementara persyaratan khusus yang harus dipenuhi adalah lulusan SMA/sederajat dengan nilai tertinggi dari masing-masing sekolah dengan nilai raport setiap semester rata-rata tujuh (7), tinggi badan paling rendah 163 cm untuk pria dan 160 cm untuk wanita. Berusia maksimal 20 tahun dan memperoleh persetujuan orang tua atau wali yang diketahui oleh kepada desa atau lurah.
Belum pernah menikah dan sanggup tidak menikah sampai diangkat menjadi perwira Polri, serta membuat surat keterangan tidak mampu dari kepada desa atau lurah, dengan mencantumkan pekerjaan dan penghasilan perbulan orang tua atau wali.
Mekanisme seleksi program telent scouting mahasiswa beasiswa (Brigadir) adalah sebagai berikut: calon mahasiswa beasiswa Polri (Brigadir) yang telah memenuhi persyaratan dan lulus seleksi selanjutnya menandatangani kontrak calon mahasiswa beasiswa Polri (Brigadir), kemudian mengikuti pendidikan pembentukan Brigadir Polri, setelah lulus mengikuti pendidikan Brigadir Polri selanjutnya diikutsertakan dalam SPMB dengan biaya negara.
Calon mahasiswa yang terpilih mengikuti Brigadir ditetapkan dengan keputusan Kapolri dan setelah lulus mahasiswa akan diwajibkan untuk mengikuti pendidikan Akpol, sedangkan yang tidak lulus atau tidak terpilih dinyatakan putus kontrak dan dapat melanjutkan tugas sebagai Brigadir Polri.
Menurut Suhadi, program Brigadir ini sangat menguntungkan bagi pemuda pemudi yang memiliki niat dan prestasi terbaik, namun tidak memiliki biaya menjadi mahasiswa. Untuk itu sangat penting bagi para kepala sekolah SMA/sederajat mengirimkan daftar nama siswa/siswi terbaik di sekolahnya kepada Kapolda Kalbar Up. Karo Pers Polda Kalbar, telp (0561) 737986 selambat-lambatnya tanggal 14 Juli 2008 dengan format sebagai berikut: Nama, alamat, nilai raport rata-rata kelas 1,2 dan 3. nama ayah, nama ibu dan pekerjaan orang tua. “Untuk lebih jelasnya dipersilakan menghubungi Biro Personel Polda Kalbar, lantai 2 Mapolda Kalbar bagian Dalpers,” jelas Suhadi.□

Baca Selengkapnya..

AKKBB


Beredar tuding pria pembawa pistol ini adalah anggota AKKBB. Setelah ditelisik, ternyata dia anggota polisi yang berpakaian preman.by mediacare.biz.


Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB):
A. RAHMAN TOLLENG . A. Sarjono . A. Suti Rahayu . A. SYAFII MAARIF . AA GN Ari Dwipayana . Aan Anshori . Abdul Moqsith Ghazali . Abdul Munir Mulkhan . Abdul Qodir Agi .l
Abdur Rozaki . Acep Zamzam Nur . Achmad Chodjim . Achmad Munjid . Ade Armando .
Ade Rostina Sitompul . Adi Wicaksono . Adnan Buyung Nasution . Agnes Karyati . Agus Hamonangan . Agustinus Ahmad Fuad Fanani . Ahmad Baso . Ahmad Fuad Fanani .

Ahmad Nurcholish . Ahmad Sahal . Ahmad Suaedi . Ahmad Taufik . Ahmad Tohari . Akmal Nasery Basral . Alamsyah M. Dja'far . Albait Simbolon . Albertus Patty . Amanda Suharnoko .
. Amien Rais . Ana Lucia . Ana Situngkir . Anak Agung Aryawan . Anand Krishna . Andar Nubowo . Andreas Harsono . Andreas Selpa . Anick H Tohari . Antonius Nanang E.P . Ari A. Perdana . Arianto Patunru . Arief Budiman . Arif Zulkifli . Asep Mr . Asfinawati . Asman Aziz . Asmara Nababan . Atika Makarim . Atnike Nova Sigiro . Ayu Utami . Azyumardi Azra . Bachtiar Effendy . Benny Susetyo, SJ . Bivitri Susanti . Bonnie Tryana . BR. Indra Udayana . Budi Purwanto . Christianto Wibisono . Christina Sudadi . Cosmas Heronimus . Daddy H. Gunawan . Daniel Dakhidae . Daniel Hutagalung . Djaposman S . Djohan Effendi . Doni Gahral Adian . Donny Danardono . Donny Gahral Ardian . Eep Saefulloh Fatah . Eko Abadi Prananto . Elga J Sarapung
. . Elizabeth Repelita . Elza Taher . Endo Suanda . Erik Prasetya . Eva Sundari . F. Wartoyo . Fadjroel Rahman . Fajrime A. Goffar . Farid Ari Fandi . Fenta Peturun . Fikri Jufri . Franky Tampubolon . Gabriella Dian Widya . Gadis Arivia . Garin Nugroho . Geovanni C. . Ging Ginanjar . Goenawan Mohamad . Gomar Gultom . Gus TF Sakai . Gustaf Dupe . Gusti Ratu Hemas . Hamid Basyaib . Hamim Enha . Hamim Ilyas . Hamka Haq . Hasif Amini . Hendardi . Hendrik Bolitobi . Herman S. Endro . Heru Hendratmoko . HS Dillon . I Gede Natih . Ichlasul Amal . Ifdal Kasim . Ihsan Ali-Fauzi . Ika Ardina . Ikravany Hilman . Ilma Sovri Yanti . Imam Muhtarom .
Imdadun Rahmad . Indra J. Piliang . Isfahani . J. Eddy Juwono . Jacky Manuputty . Jajang C. Noer . Jajang Pamuntjak . Jajat Burhanudin . Jaman Manik . Jeffri Geovanie . Jerry Sumampow .
. JN. Hariyanto, SJ . Johnson Panjaitan . Jorga Ibrahim . Josef Christofel Nalenan . Joseph Santoso . Judo Purwowidagdo Julia Suryakusuma . Jumarsih . Kartini . Kartono Mohamad .
Kautsar Azhari Noer . Kemala Chandra Kirana . KH. Abdud Tawwab . KH. Abdul A'la . KH. Abdul Muhaimin . KH. Abdurrahman Wahid . KH. Husein Muhammad . KH. Imam Ghazali Said . KH. M. Imanul Haq Faqih . KH. Mustofa Bisri . KH. Nuril Arifin . KH. Nurudin Amin . KH. Rafe'I Ali .
KH. Syarif Usman Yahya . Kristanto Hartadi . L. Ani Widianingtias . Laksmi Pamuntjak . Lasmaida S.P . Leo Hermanto . Lies Marcoes-Natsir . Lily Zakiyah Munir . Lin Che Wei .
Luthfi Assyaukanie . M. Chatib Basri . M. Dawam Rahardjo . M. Guntur Romli . M. Subhan Zamzami . M. Subhi Azhari . M. Syafi'I Anwar . Marco Kusumawijaya . Maria Astridina . Maria Ulfah Anshor . Mariana Amirudin . Marsilam Simanjuntak . Martin L. Sinaga . Martinus Tua Situngkir . Marzuki Rais . Masykurudin Hafidz . MF. Nurhuda Y . Mira Lesmana . Mochtar Pabottingi . Moeslim Abdurrahman . Moh. Monib . Mohammad Imam Aziz . Mohtar Mas'oed .
Monica Tanuhandaru . Muhammad Kodim . Muhammad Mawhiburrahman . Mulyadi Wahyono .
Musdah Mulia . Nathanael Gratias . Neng Dara Affiah . Nia Sjarifuddin . Nirwan Dewanto . Noldy Manueke . Nong Darol Mahmada . Nono Anwar Makarim . Noorhalis Majid . Novriantoni . Nugroho Dewanto . Nukila Amal . Nur Iman Subono . Pangeran Djatikusumah . Panji Wibowo .
Patra M. Zein . Pius M. Sumaktoyo . Putu Wijaya . Qasim Mathar . R. Muhammad Mihradi .
R. Purba . Rachland Nashidik . Radityo Djadjoeri . Rafendi Djamin . Raja Juli Antoni . Rasdin Marbun . Ratna Sarumpaet . Rayya Makarim . Richard Oh . Rieke Dyah Pitaloka . Rizal Mallarangeng . Robby Kurniawan . Robertus Robet . Rocky Gerung . Rosensi . Roslin Marbun . Rumadi . Saiful Mujani . Saleh Hasan Syueb . Sandra Hamid . Santi Nuri Dharmawan . Santoso .
Saor Siagian . Sapardi Djoko Damono . Sapariah Saturi Harsono . Saparinah Sadli . Saras Dewi .
Save Dagun . Shinta Nuriyah Wahid . Sitok Srengenge . Slamet Gundono . Sondang . Sri Malela Mahegarsari . St. Sunardi . Stanley Adi Prasetyo . Stanley R. Rambitan . Sudarto . Suryadi Radjab . Susanto Pudjomartono . Syafiq Hasyim . Syamsurizal Panggabean. Sylvana Ranti-Apituley . Sylvia Tiwon . Tan Lioe Le . Taufik Abdullah . Taufik Adnan Amal . TGH Imran Anwar . TGH Subki Sasaki . Tjiu Hwa Jioe . Tjutje Mansuela H. . Todung Mulya Lubis . Tommy Singh . Toriq Hadad . Tri Agus S. Siswowiharjo . Trisno S. Sutanto . Uli Parulian Sihombing . Ulil Abshar-Abdalla . Usman Hamid . Utomo Dananjaya . Victor Siagian . Vincentius Tony V.V.Z .
Wahyu Andre Maryono . Wahyu Effendi . Wahyu Kurnia I . Wardah Hafiz . Wiwin Siti Aminah Rohmawati . WS Rendra . Wuri Handayani . Yanti Muchtar . Yayah Nurmaliah . Yenni Rosa Damayanti . Yenny Zannuba Wahid . Yohanes Sulaiman . Yosef Adventus Febri P. . Yosef Krismantoyo . Yudi Latif . Yuyun Rindiastuti . Zacky Khairul Umam . Zaim Rofiqi . Zainun Kamal . Zakky Mubarok . Zuhairi Misrawi . Zulkifli Lubis . Zuly Qodir


Hadiri Apel Akbar

1 Juni 2008
Pukul 13.00-16.00 WIB
di Lapangan MONAS - JAKARTA

Baca Selengkapnya..

Wartawan, Antara Buruh dan Profesional


Pertanyaan yang dilemparkan saudara Tengku Iqbal di milis Pantau, juga menjadi pertanyaanku ketika aku dipecat dari Harian Equator (Jawa Pos Grup) di Pontianak pada 27 Oktober 2006 lalu. Aku bingung penyelesaian sengketa aku dengan kantor dibawa ke persoalan buruh. Padahal aku seorang wartawan yang katanya punya skill yang tidak dimiliki semua orang atau bahasa kerennya, profesi?

Nah, waktu itu aku tidak mau banyak persoalan, maka lewat kuasa hukum segala urusan menyangkut pesangon dan lain-lain diselesaikan merujuk ke persoalan buruh. Ya posisiku lemah sekali, tak ada bedanya wartawan dengan buruh. Dan aku pun bertanya dalam hati, apakah wartawan itu adalah buruh?
Sama dengan Iqbal yang mempertanyakan wartawan, atau jurnalis, adalah buruh. Dan itu sudah lama sekali, bahkan setiap ada persoalan yang menimpa wartawan penyelesaiannya tak jauh-jauh dari seputar buruh.
Tapi disela-selanya, kerap terdengar bahwa wartawan adalah seorang profesional. Wartawan punya sekian mekanisme dalam menjalankan pekerjaannya. Selain skill, dia punya organisasi profesi, macam PWI, AJI, PWI Reformasi, dll. Dia juga punya kode etik. Mirip dengan kaum profesional seperti psikolog, dokter, advokat, dll.
Tapi tapi sekali lagi, walau sudah 10 tahun mengeluti dunia jurnalistik, aku tetap belum bisa memahami kondisi ini, bahkan kadang ragu dengan profesi itu? Sebab, dia disebut profesional, namun wajahnya sama dengan buruh. Padahal untuk menjadi wartawan juga tidak mudah, butuh pendidikan yang memadai.
Lain halnya dengan buru, tak perlu pendidikan memadai, tak sekolah juga bisa, bahkan banyak perusahaan lebih senang mempekerjakan orang yang tidak perbendidikan atau pendidikan tidak memadai, itu terkait dengan gaji.
Sedangkan wartawan, identik dengan pendidikan. Lihatlah dokter, pengacara, dll. Siapa yang ingin menjadi dokter, pasti telah melewati jenjang pendidikan tertentu. Begitu juga pengacara, psikolog, dll. Kemudian, lihatlah kekuatan organisasi profesi yang bisa mencabut sertifikat pekerjaan seseorang, seperti kasus Todung Mulya Lubis (terlepas dari kontroversinya) .
Lantas, jurnalis? Siapapun bisa menjadi jurnalis. Dan apakah organisasi profesi, atau pun dewan pers, punya kekuatan konkret terhadap jurnalis? Jika pun ada pelanggaran yang membuat organisasi profesi tersebut melakukan tindakan pemecatan, apakah si jurnalis tidak bisa melakukan reportase lagi? Atau tugas-tugas kewartawanan? Bukankah pemecatan hanya dari organisasi profesi yang bersangkutan, dan bukan pemecatan dari praktek jurnalistik? Atau sebeliknya bila si wartawan dipecat dari perusahaan penerbitan atau surat kabar, apakah dia juga lantas tidak boleh melakukan tugas-tugas jurnalis?
Teman aku, Asriyadi Aleksander Mering mengatakan, menjadi wartawan adalah pekerjaan yang tidak takut dipecat. Perusahaan boleh saja memecat wartawannya, tapi si wartawan tak lantas kehilangkan pekerjaan. Berbekal profesi yang dimilikinya, maka ia bisa menjadi freelancer di media lain atau di media mana pun yang bisa memuat hasil karyanya. Dan bila ia profesional, harga karyanya jauh lebih tinggi dari perusahaan tempatnya bekerja.
Sementara seorang dokter, ia tak bisa lagi melakukan praktik manakala IDI yang menjadi organisasinya mencabut ijin praktiknya. Dan hal-hal yang demikian cukup mengganggu aku dalam menjalankan tugas sebagai wartawan ini. Aku juga sering bertanya, apa korelasi kode etik jurnalis dengan profesi jurnalis itu? sama dengan dokter atau pengacara, psikolog, wartawan juga ada kode etik. Tapi itu tadi, penerapannya kok beda banget.
Jika wartawan atau jurnalis itu buruh, kenapa ia harus bekerja dan tunduk kepada kode etik jurnalis? Dan aku sendiri belum pernah mendengar kode etik buruh?
Sebetulnya secara logika, antara buruh dan wartawan sudah beda. Terutama dalam hal kode etik. Demikian juga antara profesi dan buruh, juga beda dalam hal kode etik. Tapi bagaimana dengan profesi wartawan versus profesi lain, macam dokter, pengacara dll itu? nah itu semua perlu menjadi kajian semua pihak, terutama dewan pers dan para pemilik media. Semoga bisa memberi pencerahan kepada kita semua.

Baca Selengkapnya..

Sunday, June 15, 2008

Air Mata Itu...


Oleh Tanto Yakobus

Air mata itu mengucur deras dari mata seorang siswi SMKN I Pontianak Kota. Ia tak dapat menahan pilu menyusul pengumuman kelulusan dari sekolah yang ditempuhnya selama tiga tahun. Siswi yang tak beruntung itu sebut saja, Dhita, ia salah satu dari 9.679 siswa SMA/sederajat yang tidak lulus ujian nasional di Kalimantan Barat, Sabtu (14/6).

Bila dibandingkan tahun ajaran 2006-2007, yang hanya 5,00, maka standar nilai kelulusan untuk ujian nasional (UN) tahun 2007-2008 ini cukup tinggi. Yakni minimal 5,25. Khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran kompetensi keahlian kejuruan minimum 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN.
Data Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat, sebanyak 9.679 siswa SMA/sederajat di daerah ini dari total 34.145 siswa peserta UN 2008 dinyatakan tidak lulus.
Rinciannya sebagai berikut, untuk SMA total pesertanya 22.078 siswa, tidak lulus 5.397 siswa dan lulus 16.681 siswa.
Sesuai jurusan, untuk IPA peserta 5.490 siswa, tidak lulus 1.223 siswa dan lulus 4.267 siswa. Jurusan IPS, peserta 16.408 siswa, tidak lulus 4.151 siswa, lulus 12.257 siswa. Sedangkan jurusan Bahasa, pesertanya 180 siswa, tidak lulus 23 siswa dan lulus 157 siswa.
Madrasah Aliyah, jumlah peserta sebanyak 3.172 siswa. Angka tidak lulus 1.212 siswa, lulus 1.960 atau 61,79 persen. Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dari peserta 8.895 siswa, yang tidak lulus 3.070 siswa, lulus 5.825 siswa atau 65,48 persen.
Tingkat kelulusan itu lebih rendah dibanding tahun 2007. Yakni untuk SMA, peserta sebanyak 23.593 siswa dengan angka tidak lulus 22,32 persen atau 5.266 siswa. Secara rinci, jurusan IPA 13,02 persen; IPS 25,55 persen dan Bahasa 8,66 persen.
Sedangkan untuk SMK, siswa yang tidak lulus 2.359 orang atau 23,59 persen dari jumlah peserta 9.556 orang. Sementara MA, jumlah peserta 3.396 siswa dengan tingkat kelulusan 65,93 persen atau 2.239 siswa.
Tahun ini, Pemerintah menetapkan standar nilai kelulusan UN rata-rata minimal 5,25 dengan tidak ada nilai di bawah 4,25 atau memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dan nilai mata pelajaran lainnya minimal 6,00.□Foto Lukas B Wijanarko/Borneo Tribune.

Baca Selengkapnya..

Siswa Lulus Ugal-ugalan


Oleh Tanto Yakobus

POLISI Kota Besar (Poltabes) Pontianak dibuat kalang kabut oleh aksi konvoi kendaraan ugal-ugalan ratusan siswa SMA/SMK usai terima amplop kelulusan di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Sabtu (14/6) akhir pekan kemarin.

Luapan kegembiraan siswa-siswa yang dinyatakan lulus tersebut, jelas membahayakan keselamatan pengguna jalan umum maupun mereka sendiri. Polisi pun bertindak cepat. Ratusan siswa-siswi digiring ke halaman Gedung Juang, untuk diberi pengarahan dan pengertian risiko kebut-kebutan di jalanan ketika merayakan kelulusan.
"Konvoi di jalanan bisa membahayakan keselamatan mereka sendiri muapun keselamatan orang lain," kata Kepala Satuan Lalu-lintas Poltabes Pontianak, Komisaris Polisi, Iskandar.
Iskandar tampak geram dengan ulah anak-anak yang bertindak tidak sopan dengan mengendarai sepeda motor tanpa helm, jingkrak-jingkrak di atas kendaraan dengan kecepatan tinggi.
“Coba kelulusan itu dirayakan dengan syukuran kecil-kecilan di rumah masing-masing dengan mengundang teman-teman, itu lebih bermanfaat,” arah Iskandar.
Setelah diberikan pengarahan dibawah terik matahari, ratusan siswa-siswi SMA/sederajat dari berbagai sekolahan diperbolehkan pulang dengan pengawalan ketat anggota Poltabes Pontianak.
Sementara bagi mereka yang kedapatan tidak membawa kelengkapan surat kendaraan bermotor maupun Surat Izin Mengemudi (SIM) diproses sesuai ketentuan yang ada.
Tengah hari kemarin, warga Kota Pontianak sungguh terganggu dengan ulah para siswa-siswi tersebut. Dengan mengendarai sepeda motor dan mengenakan baju seragam penuh coretan pilok dan disobek-sobek melakukan konvoi di jalan-jalan protokol, diantaranya Jalan Ahmad Yani, Jalan Johar, Pancasila, dan Jalan Sultan Syarif Abdurrachman, Jalan Sutoyo, Jalan Imam Bonjol, Jalan Pahlawan hingga Gajah Mada.
Padahal sebelumnya, Walikota Pontianak, Buchary Abdurrachman, telah mengeluarkan himbauan agar para siswa-siswi SMA/SMK sederajat tidak melakukan aksi coret-coret dan konvoi di jalan ketika menerima kelulusan.
“Lebih baik pakaian seragam yang masih layak pakai itu disumbangkan kepada mereka yang masih membutuhkannya, sebab bulan depan mulai tahun pelajaran baru. Itu lebih bermanfaat,” kata Buchary dua hari sebelumnya.□Foto Jessica Waysang/Borneo Tribune

Baca Selengkapnya..

Saturday, June 14, 2008

SURAT DARI IBLIS: Sssttt…, Rahasia...


Aku melihatmu kemarin, saat engkau bangun pagi dan memulai aktifitas harianmu. Kau bangun tanpa sembah sujud kepada-NYA. Bahkan kemudian, kau juga tidak mengucapkan "Puji syukur" sebelum memulai santapanmu, juga tidak sempat mengerjakan Doa Malam sebelum berangkat ke tempat tidurmu. Kau benar-benar orang yang bersyukur, aku menyukainya.

Aku tak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku melihatmu tidak merubah cara hidupmu. Hai Bodoh, Kamu millikku. Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun bersama, dan aku masih belum bisa benar2 mencintaimu . Malah aku masih membencimu, karena aku benci Allah. Aku hanya menggunakanmu untuk membalas dendamku kepada Allah.

Dia sudah mencampakkan aku dari surga, dan aku akan tetap memanfaatkanmu sepanjang masa untuk membalaskannya Kau lihat, ALLAH MENYAYANGIMU dan DIA masih memiliki rencana-rencana mulia untukmu di hari depan. Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku,
dan aku akan membuat kehidupanmu seperti neraka. Sehingga kita bisa bersama dua kali dan ini akan menyakiti hati ALLAH. Aku benar-benar berterimakasih padamu, karena aku sudah menunjukkan kepadaNYA siapa yang menjadi pengatur dalam hidupmu dalam masa2
yang kita jalani.

Kita nonton film porno bersama, memaki orang,berlaku tidak adil, mencuri, berbohong, munafik, makan sekenyang-kenyangya, guyon2an jorok, bergosip, menghakimi orang, menghujam orang dari belakang, tidak hormat pada orang tua, dsb. Tidak takut & Tidak menghargai ALLAH, berperilaku buruk. TENTUNYA kau tak ingin meninggalkan ini begitu saja.

Ayolah, Hai Bodoh, kita terbakar bersama,selamanya. Aku masih memiliki rencana2 hangat untuk kita. Ini hanya merupakan surat penghargaanku untuk mu. Aku ingin mengucapkan 'Terima Kasih' karena sudah mengizinkanku memanfaatkan hampir semua masa hidupmu. Kamu memang sangat mudah dibodohi, aku menertawakanmu.

Saat kau tergoda berbuat dosa kamu menghadiahkan tawa. Dosa sudah mulai mewarnai hidupmu. Kamu sudah 20 tahun lebih tua, dan sekarang aku perlu darah muda. Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan orang-orang muda bagaimana berbuat dosa.Yang perlu kau lakukan adalah terus melakukan dosa-dosamu, apapun itu...merokok, mabuk-mabukan, menonton film porno, berbohong,berjudi, bergosip, dan hiduplah se-egois mungkin.

Lakukan semua ini didepan anak-anak dan mereka akan menirunya. Begitulah anak-anak. Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk menggodamu lagi. Jika kau cukup cerdas, kau akan lari sembunyi, dan bertaubat atas dosa-dosamu. Dan hidup untuk Allah dengan sisa umurmu yang tinggal sedikit. Memperingati orang bukan tabiatku, tapi diusiamu sekarang dan tetap melakukan dosa, sepertinya memang agak aneh. Jangan salah sangka, aku masih tetap membencimu. Hanya saja kau harus menjadi orang tolol yang lebih baik dimata ALLAH.

Catatan : Jika kau benar2 menyayangiku, kau tidak akan membagi surat ini pada siapapun..

□posting by Yahones Supriyadi. http://yohanessupriyadi.blogspot.com

Baca Selengkapnya..

Friday, June 13, 2008

Nilai Perdagangan Lintas Batas Telah Usang


NILAI perdagangan lintas batas antara Indonesia dan Malaysia telah usang, bila dibanding dengan kondisi ekonomi setakat ini, namun kedua negara belum mencapai kesepakatan dalam merevisi BTA 1970 itu.

Kedua negara yang diwakili empat provinsi di perbatasan dan Pemerintah Pusat belum sekata dalam revisi nilai transaksi perdagangan lintas batas Indonesia - Malaysia dalam Border Trade Agreement (BTA) 1970 yang sebelumnya 600 Ringgit Malaysia (RM) untuk setiap pemegang Pas Lintas Batas (PLB) per bulan.

Dalam Rapat Koordinasi Revisi BTA 1970 di Pontianak, Kamis (12/6), Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau dan Riau meminta nilai transaksi tersebut dinaikkan menjadi 1.500 dolar AS untuk setiap pemegang PLB per bulan baik melalui perbatasan darat maupun laut.

Rapat koordinasi itu dihadiri utusan Departemen Perdagangan, Pemprov Kalbar, Kaltim, Riau dan Kepulauan Riau, Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Bea Cukai dan Imigrasi.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalbar, Fathan A Rasyid selaku pimpinan rapat mengatakan, setiap nilai transaksi yang melebihi kuota tersebut akan dikenakan pajak impor sesuai ketentuan yang berlaku.

"Semuanya itu berlaku khusus untuk pos yang resmi seperti Pos Lintas Batas atau Pos Pemeriksaan Lintas Batas tanpa dibatasi kategori daerah termasuk kawasan "line" 1 atau 2," kata Fathan.

Selain itu, jenis barang yang diperdagangkan tidak dibatasi untuk kebutuhan sehari-hari maupun komersil. "Pusat diminta segera membuat keputusan untuk menjadi acuan bagi daerah," tegas Fathan.

Sementara hasil survei yang dilakukan Departemen Perdagangan ke sejumlah daerah lintas batas yang menjadi jalur perdagangan kedua negara yakni di Nunukan (Kaltim), Sebatik (Kaltim), Bengkalis (Riau), Bengkayang (Kalbar) dan Entikong (Kalbar) menunjukkan bahwa nilai perdagangan perlu dinaikkan karena 600 RM sudah tidak layak.

Rekomendasi dari survei yang dilakukan April - Mei 2008 itu menyatakan agar nilai transaksi melalui darat sebesar 1.000 dolar AS per pemegang PLB per bulan dan setiap transaksi tidak boleh melebihi 200 dolar AS.

Sedangkan kalau melalui laut, besarannya 1.500 dolar AS per pemegang PLB per bulan, setiap transaksi tidak boleh melebihi 300 dolar AS untuk sekali perjalanan menggunakan kapal laut dan setiap kapal tidak melebihi 200 dolar AS tiap pelayaran.

BTA 1970 Indonesia - Malaysia mengelompokkan komoditi yang diperdagangkan di perbatasan. Untuk Indonesia, berupa hasil-hasil pertanian dan hasil-hasil lainnya dari daerah lintas batas Indonesia, tidak termasuk minyak mineral dan biji-biji tambang.

Sedangkan dari Malaysia adalah barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari termasuk alat perkakas atau perlengkapan yang dibutuhkan penduduk perbatasan.

Keinginan untuk merevisi BTA 1970 telah disepakati dalam Border Crossing Agreement (BCA) yang ditandatangani Pemerintah Indonesia dan Malaysia di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, tahun 2006. Hal itu untuk menindaklanjuti pertemuan Tingkat Pejabat Senior di Kuala Lumpur tahun 1992 dan Jakarta tahun 1994.

Draf awal revisi BTA yang diusulkan Indonesia, nilai transaksi perdagangan darat sebesar 1.500 dolar AS untuk setiap pemegang PLB per bulan dengan catatan setiap transaksi tidak melebihi 300 dolar AS per perjalanan. Pihak Malaysia juga mengusulkan nilai transaksi yang sama dan ketentuan ikutan.

Namun dalam rapat khusus Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Departemen Keuangan, belum menyepakati peningkatan nilai transaksi perdagangan lintas batas yang dibebaskan dari Bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor dari 600 RM menjadi 1.500 dolar AS dan meminta dilakukan kunjungan langsung ke lapangan.

"Rekomendasi dari Departemen Perdagangan akan tetap disampaikan ke BKF selaku pengambil kebijakan akhir," kata Deputi Direktur untuk Urusan Asia Tenggara Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan, Sundari Pudjiastuti.

Djaka Kusmatarta dari BKF Departemen Keuangan mengatakan, meski sepakat untuk dinaikkan, namun besarannya harus seimbang supaya negara maupun masyarakat tidak dirugikan.

BKF memberikan perspektif agar daerah juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap Indonesia kalau keran perdagangan itu dibuka terlalu lebar karena dapat melemahkan daya kreatif usaha kecil menengah untuk meraih pangsa pasar di negara jiran tersebut.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kalbar, Ida Kartini mengatakan, kalau dibatasi hanya untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat perbatasan nilai transaksi jauh di bawah angka 1.500 dolar AS per bulan.

"Di Kalbar, yang terjadi selama ini kuota tersebut juga digunakan untuk perdagangan seperti gula, makanan dan minuman," kata Ida Kartini.

Ia berharap ada pengawasan yang ketat dan aturan yang jelas komoditi yang dibolehkan untuk menghindari kemungkinan konflik di lapangan.

Sementara Arif, dari Direktorat Jenderal Bea Cukai mengakui, untuk kuota 600 RM masih banyak ditemui penyimpangan-penyimpangan. "Apalagi kalau ditambah," kata dia.

Kalbar berencana membangun lima PPLB di sepanjang perbatasan dengan Sarawak. Yakni di Entikong (Sanggau), Aruk-Sajingan (Sambas), Jagoi Babang (Bengkayang), Puring Kencana - Jasa (Sintang), dan Nanga Badau (Kapuas Hulu). Dari lima rencana pembangunan itu, hanya PPLB Entikong yang sudah terwujud.□Tanto Yakobus/Antara Pontianak. Foto By AA Mering. Versi cetak muat di Harian Borneo Tribune Edisi 13 Juni 2008

Baca Selengkapnya..

Badak Borneo


By Google.com

24 April lalu, sebuah dokumentasi mengejutkan datang dari kameraman WWF Malaysia, Stephen Hogg yang berhasil menangkap gambar Badak Borneo yang sangat langka, bahkan dilaporkan punah.

Badak Borneo adalah varian spesies dari Badak Sumatra yang juga tengah berada di kondisi kritis atas menyusutnya populasi binatang bercula tersebut dalam angka yang ekstrim. Selama beberapa lama, Badak Borneo diyakini telah punah akibat berkurangnya hutan secara masif di Kalimantan.
WWF tengah menyelidiki populasi binatang eksotis ini yang tersisa di wilayah konservasi "Heart of Borneo" yang meliputi 3 negara, Brunei, Malaysia dan negara kita Indonesia.
Sayang sekali, dengan wilayah "Heart of Borneo" yang sebagian besar berada di wilayah yuridiksi Indonesia, kemunculan Badak Borneo justru diklaim oleh Sabah yang berada di wilayah Malaysia. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah jika Badak Borneo di Indonesia telah benar-benar punah. Jika demikian, maka Indonesia bisa dicatat sebagai salah satu negara yang banyak memunahkan spesies-spesies langka.
Sebut saja misalnya Harimau Jawa yang punah justru setelah Indonesia merdeka. Agresi ke lahan-lahan hutan sangat ekspansif, dengan langkah pemerintah menguras habis sumber daya alam dan membukanya untuk lahan pertanian maupun permukiman. Tidak heran jika Badak Borneo mungkin terlebih dahulu bermigrasi ke kawasan Malaysia karena perilaku agresif para penebang hutan di negara kita.
Padahal spesies yang berada di Indonesia mempunyai nilai unik. Keberadaan geografis Indonesia yang terisolasi dari kontinen besar Asia menyebabkan diversifikasi khusus pada tiap spesies. Indonesia beruntung memiliki 2 macam sub-spesies dari Badak yang hanya tersisa sebanyak 5 sub-spesies di seluruh dunia. Semuanya terancam punah! Badak Hitam dan Badak Putih berada di Afrika dalam jumlah yang terus menyusut akibat perburuan liar atas cula mereka yang luarbiasa besar.
Kemudian Badak India yang terkenal dengan "baju berlapis"-nya juga menjelang punah. Badak Jawa yang merupakan descendant langsung Badak India sekaligus spesies paling kecil dari keluarga Badak juga tengah terancam. Demikian juga dengan Badak Sumatera (termasuk Badak Borneo) yang berada di ambang kepunahan.□

Baca Selengkapnya..

Thursday, June 12, 2008

Aku Merasa Enjoy…


SETELAH menyingkir selama dua malam sekaligus wiken di pinggir kota, aku betul-betul merasakan fresh alias enjoy secara fisik maupun mental. Untuk sejenak aku melepas penat dan stres akibat pekerjaan yang bejibun.

Maklum hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun aku bergulat dengan rutinitas kantorku. Kesempatan outbond di akhir pekan sungguh mengasyikan. Walau sebetulnya aku dan teman-teman sepakat memanfaatkan waktu sedikit itu untuk menyelesaikan pembahasan program kerja kami yang masih tersisa. Tapi itu bukanlah halangan untuk berenjoyria.
Bagiku yang hobi mancing, kesempatan itu betul-betul aku maksimalkan untuk memancing. Maklum, setelah terjun ke dunia kerja, apalagi kerja sebagai wartawan yang butuh mobilitas tinggi dan totalitas kerja yang tidak bisa ditawar-tawar, suatu ketika aku juga merasa kejenuhan pada diriku.
Wartawan itu tidak mengenal libur. Ya dapat dikatakan, kalau pegawai lain kerjanya 7-8 jam, maka wartawan kerjanya kalau ada jam yang ke 26, mungkin kerjanya 26 jam itu. Waktu 24 jam masih kurang bagi wartawan yang ingin menyuguhkan informasi atau berita terbaru dan terlengkap kepada masyarakat pembacanya.
Orang sudah ngorok tidur pulas, wartawan masih berkutat dengan tut komputer. Orang fresh ketika bangun pagi, maka wartawan dengan perasaan yang masih oleng harus siap-siap mengejar informasi sesuai pesan dari HP maupun HT polisi.
Pekerjaan itu sebetulnya sudah tidak aku jalankan, maklum sudah di posisi editor. Aku mengerjakan pekerjaan seperti itu, tiga atau empat tahun lalu. Tapi yang namanya kerja di industri pers, yang penuh dengan rutinitas dan mobilitas yang tinggi, rasa jenuh pasti ada.
Nah, ketika perasaan ku enjoy kembali, maka aku pun bisa membuat tulisan yang berkualitas untuk koranku. Aku bisa membuat laporan panjang. Memakai istilah pak Budiman S Hartoyo—redakturku di majalah GAMMA dulu, maka laporanku bisa basah dan berdaging. Artinya, laporan yang aku buat sangatlah lengkap. Aku bisa membawa bayang-bayang pembaca ke dalam peristiwa yang aku tuliskan. Bila aku dilanda stes, so sudah pasti aku tidak bisa mengerjakan laporan seperti itu.
Lokasi yang kami tuju sangat cocok untuk memulihkan keletihan dan stres. Sebuah villa yang terletak di tengah hutan, jelas jauh dari kebisingan kota. Apalagi suara hingar bingar tetangga. Yang ada hanyalah suara burung dan kodok-kodok hutan yang sahut-menyahut dari persembunyiannya.
Villa itu berada di komplek Rumah Letret yang dikelola oleh Pastoran Katolik di daerah Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. (Dulu masuk wilayah Kabupaten Pontianak). Di villa itu, aku dan 11 temanku sepakat untuk mematikan HP. Itu dilakukan agar kami tidak berhubungan dengan dunia luar, termasuk keluarga.
Sebelum berangkat aku pun sudah berpesan dengan keluarga, bahwa disana tidak ada signal HP, walau sebetulnya komunikasi di sana sangat lancar. Kami ingin susana lain, yakni kesunyian yang jauh dari gangguan, baik lingkungan maupun komunikasi. Pokoknya kami ingin menyepilah.
Suasana demikian mengingatkanku akan kampung halamanku di masa kecil. Ketika menginjakan kaki disana, aku terasa terlahir di kampung kembali. Kebiasaanku yang belakangan menjadi hobiku aku lakukan kembali di sungai besar belakang villa. Kebetulan di belakang villa itu mengalir Sungai Ambawang, anak Sungai Landak yang bermuara ke Sungai Kapuas. Aku dan teman-teman mancing sepuas-puasnya di sungai itu.
Untuk menyemangati kami memancing, bang Kristianus memasang taruhan dengan kami. “Ayo….siapa yang duluan dapat aku bayar Rp 20 ribu, tak peduli besar kecil, yang penting ikan,” ujar Kris kepada kami.
Kami pun dengan semangat memancing, entah karena tabu atau apa, yang jelas menurut kebiasaan orang kampung, mancing itu banyak pantangnya. Terutama umpan tidak boleh diperolokan. Sementara aku dan teman-teman sebelum mancing sudah menakutkan teman dengan umpan dari kecoa itu.
Kurang lebih 3 jam kami memancing, tak satu pun ikan didapat. “Wah payah, tak ada yang dapat ini, bagaimana bang taruhannya,” kata Hentakun mengomentari tantangan bang Kris.
“Kalau gitu, kalian yang pemain itu yang kalah, sini-sini Rp 5 ribu, nanti uangnya untuk kita beli bir,” kata Kris.
Kami pun sepakat mengumpulkan uang untuk membeli bir dan melanjutkan diskusi pada malam harinya. Walau tak dapat ikan, tapi hati sungguh senang, beben hidup yang menjadi pikiran hilang seketika.
Kami kembali ke villa. Rekan Hentakun dan Gery membeli bir. Tapi anehnya, mereka membeli 9 botol bir bintang, sampai di villa, hanya 8 botol lagi. Raib satu batol. Hentakun ngomel-ngomel birnya kurang satu botol. “Tak apalah, relakan jak,” kataku kepada Hentakun.
Setelah semua program rampung, kami pun bikin suasana enjoy dengan berbagai diskusi ringan sambil minum bir yang dibeli beberapa jam lalu. Mulai dari cerita ngelantur sampai yang agak serius. Kami 12 orang duduk melantai di raung tamu villa itu. Tak terasa jam pun menunjukan pukul 00.00 WIB, dan kami pun beranjak tidur ke kamar masing-masing.
Eh ternyata diantara teman-teman ada yang penakut juga. Terutama bang Kris, dia harus ditemani tidur malam itu. Ke kamar kecil di belakang saja dia minta ditemani.
Aku maklum, villa itu memang terletak di tengah hutan. Kalau malam suasananya seram sekali. Rumahnya terasa angker.
Walau di tengah hutan, fasilitas villa itu tidak kalah dengan hotel di tengah kota. Semua kebutuhan baik untuk keluarga, organisasi atau perusahaan tersedia di villa itu. Demikian juga dengan urusan perut. Kita tinggal terima bersih, sebab sudah ada yang mengurusnya.
Aku juga senang dengan pelayanan yang dilakukan pegawai villa itu. Mereka sepertinya sangat memahami setiap orang yang memakai villa tersebut. Sebagai tamu, kita dibuat seperti di rumah sendiri. Dalam hati aku menguman, kapan-kapan aku akan berlibur ke situ lagi.
Setelah makan siang, kami pun bersiap-siap membereskan barang-barang kami untuk kembali ke Kota Pontianak. Sementara rekan Nuris, Mering dan Dwi mengurus pembayaran villa.
Pelan tapi pasti dengan mendarai kendaraan masing-masing kami konvoi menuju Kota Pontianak. Waw…fresh sekali. Aku sungguh merasa enjoy sekarang…..□Foto by HenTakun

Baca Selengkapnya..

Wednesday, June 11, 2008

Helipad, Strategi Perang Malaysia?


Oleh Tanto Yakobus

APALAGI yang hendak dibuat Malaysia terhadap kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)? Pembangunan helipad—tempat pendaratan helikopter militer Malaysia di Desa Tanjung Lokang Kalimantan Barat yang hanya berjarak tujuh meter dari titik batas negara, patut diwaspadai.

Pembangunan pangkalan helikopter itu bukan sekadar pelanggaran terhadap beberapa kesepakatan sebelumnya, dalam satu dekade terakhir, kita selalu dirugikan oleh ulah Malaysia, mulai dari cara mereka memperlakukan TKI/TKW kita yang katanya ilegal, dengan tidak manusiawi, hingga masalah illegal logging.
Rupanya negara kerajaan yang juga tetangga dekat Indonesia itu tidak puas mendapatkan Pulau Legitan dan Sipadan, kini mereka membangun helipad militer di kawasan perbatasan kedua negara, yakni di dekat Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) di Kabupaten Kapuas Hulu. Beberapa tahun lalu kita juga pernah bersitegang terkait pelanggaran di perairan Ambalat, Kalimantan Timur.
Helipad yang dibangun sekitar enam bulan lalu itu diduga kuat milik angkatan bersenjata atau militer Malaysia. Jaraknya dari patok batas kedua negara hanya tujuh meter saja. Artinya, dia hanya berjarak tujuh meter dari kawasan TNBK di Indonesia yang memang berada di kawasan perbatasan.
Helipad yang dibangun mirip pangkalan militer tersebut berada tepat di ujung Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Kedamin, Kabupaten Kapuas Hulu.
Dari Putussibau—ibukota Kabupaten Kapuas Hulu, untuk menjangkau kawasan itu hanya bisa ditempuh lewat jalur sungai menggunakan speed boat. Bangsa kita yang hendak memasuki usia 64 tahun ini, kawasan itu baru bisa ditempuh menggunakan jalur sungai. Jalur darat yang diimpikan masyarakat untuk membuka isolasi daerah masih jauh dari harapan. Mungkin masih mimpi.
Negeri kita ini terlalu luas, maka daerah vital yang berbatasan langsung dengan Malaysia sungguh tidak tersentuh pembangunan. Perbatasan yang harusnya menjadi garda terdepan justru jadi beranda belakang republik ini. Malaysia betul-betul menjadi surga dunia bagi ekonomi masyarakat perbatasan. Barang murah, mencari kerja juga mudah. Sementara mereka menjarah kayu Indonesia di hutan kawasan perbatasan.
Bayangkan untuk mencapai Desa Tanjung Lokang di perbatasan itu, dari Kota Putussibau harus menempuh perjalanan selama tiga hari menggunakan speed boat lewat jalur Sungai Kapuas. Apalagi kalau dihitung dari ibukota provinsi, Kota Pontianak, maka jarak tempuhnya bisa satu minggu. Jarak tempuh Pontianak-Putussibau kurang lebih 600 kilometer. Kondisi jalan jelek seperti sekarang, perjalanan butuh waktu dua hari baru tiba di Putussibau, selanjutnya disambung dengan speed boat selama tiga hari baru sampai Tanjung Lokang.
Wajar kalau selama ini percurian kayu dengan menggunakan alat berat oleh warga Malaysia berjalan mulus, karena memang luput dari pantauan, baik aparat maupun masyarakat kita.
Pembangunan helipad itu sudah melanggar kesepakatan Indonesia-Malaysia yang tertuang dalam General Border Communittee (GBC) pada tahun 1971.
GBC Indonesia-Malaysia itu merupakan forum kerjasama perbatasan antara pemerintahan kedua negara. Di Indonesia, perwakilan di forum itu diketuai oleh panglima TNI. Kini jabatan ketua dipegang oleh Menteri Pertahanan RI, Juwono Sudarsono.
Forum ini sangat strategis, karena membahas isu dan permasalahan kedua negara yang meliputi masalah sosial, ekonomi dan pertahanan keamanan.
Sejak awal ada kesepakatan dalam forum itu menyangkut aktivitas sipil dan militer dalam radius dua kilometer dari titik batas harus ada pemberitahuan kepada negara tetangga. “Sementara helipad di perhuluan Tanjung Lokang itu jaraknya hanya tujuh meter, itu sudah pelanggaran,” tegas Sekretaris Komisi A DPRD Provinsi Kalimantan Barat, Zainuddin Isman di Pontianak, Selasa (10/6) lalu.
Malaysia sudah melanggar kesepakatan GBC, karenanya, pemerintah Indonesia harus minta penjelasan kepada Malaysia terkait pembangunan helipad tersebut. Apalagi itu sudah masuk radius atau zona aman dua kilometer bagi kedua negara.

Mencuri atau Perang
Aktivitas pencurian kayu secara besar-besaran di kawasan perbatasan terutama di wilayah dua taman nasional di Kapuas Hulu yakni Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) dan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) berjalan mulus, karena selain didukung alat berat milik Malaysia, juga ada patroli udara yang dilakukan para cukong.
Makanya keberadaan helipad itu sangat strategis dalam hal mendukung operasional pencurian kayu yang melibatkan sekaligus memanfaatkan masyarakat Indonesia di perbatasan sebagai pekerjanya.
Patroli udara dengan helikopter tersebut untuk mencari kayu-kayu yang masih lebat. Patroli juga dilakukan untuk memonitor keberadaan pasukan Indonesia baik TNI Angkatan Darat muapun Kepolisian dan Dinas Kehutanan yang tergabung dalam operasi illegal logging.
Besar kemungkinan setiap pratroli yang dilakukan aparat keamanan Indonesia hasilnya selalu nihil, karena mereka mempunya alat yang lebih canggih untuk mengetahui kapan pratroli itu dilakukan. Kemungkiann patroli sudah bocor juga ada.
Selain helipad, kini ada temuan pembangunan jalan ilegal sepanjang 33,5 kilometer di sektor barat TNBK. “Helipad itu sengaja dibangun oleh sendikat pembalakan liar yang dibiayai cukong kayu Malaysia,” dugaan Zainuddin.
Dengan dibangunnya jalan selanjutnya ada helipad, jelas untuk mendukung upaya pencurian kayu di Indonesia yang sudah berlangsung lama. “Kalau tidak untuk mendukung kegiatan illegal logging, maka besar kemungkinan Malaysia sudah siap bila sewaktu-waktu perang dengan Indonesia. Mereka sudah siap dengan pertahanan di perbatasan,” kata politisi asal Kapuas Hulu itu.
Dan itu erat kaitannya dengan Askar Wataniah yang sempat menegangkan hubungan Indonesia-Malaysia beberapa waktu lalu. Soal Askar Wataniah atau angkatan yang mensenjatai rakyat sebagai pasukan bela negara itu bukan isapan jempol belaka. Itu benar adanya.
Bahkan saat heboh-hebohnya pemberitaan seputar Askar Wataniah, ada pengakuan salah seorang warga di Kabupaten Sintang, bahwa dirinya pernah tiga tahun menjadi Askar di Malaysia yang ditugaskan di kawasan perkebunan kepala sawit di perbatasan.
Malaysia selama empat bulan terakhir tercatat telah tiga kali melakukan pelanggaran wilayah udara di Kalbar yang berbatasan dengan Sarawak.
Panglima Kodam VI/Tanjungpura, Mayjend TNI Tono Suratman dalam Forum Komunikasi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) di Rektorat Universitas Tanjungpura di Pontianak, Sabtu (17/5) bulan lalu mengatakan, pelanggaran tersebut terjadi bulan Maret 2008 dalam tiga hari berturut-turut.
Pelanggaran pertama tanggal 6 Maret 2008 sekitar pukul 15.00 WIB. Anggota Pos Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Gun Tembawang Batalyon Infanteri (Yonif) 641/Bru di Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau melihat sebuah helikopter jenis Bolco warna putih dan biru dengan senapan mesin (RPD) yang diperkirakan milik Polis Diraja Malaysia (PDRM) dengan penumpang empat orang melintas dari arah Barat ke Timur. Jarak terbang sekitar 150 meter dari Pos Pamtas Gun Tembawang.
Kemudian, pelanggaran kedua terjadi tanggal 7 Maret sekitar pukul 15.00 WIB. Helikopter yang sama melintas dari Selatan ke Utara tepat di atas Pos Pamtas Gun Tembawang dan mendarat di Kampung Gun Sapit, Padawan, Sarawak.
Pelanggaran ketiga terjadi tanggal 8 Maret 2008 sekitar pukul 10.55 WIB. Diduga helikopter yang sama melintas kembali dari Barat Daya ke Utara memutar dua kali.
Panjang perbatasan darat antara Indonesia - Malaysia mencapai 2.004 kilometer, terdiri dari Kalbar 857 kilometer dan Kaltim 1.147 kilometer.
Terdapat 5.784 patok batas di sepanjang perbatasan darat Kalbar - Malaysia. Namun, yang sudah dipatroli baru sebanyak 3.087 patok. "Sisanya belum," kata Tono Suratman.
Sebanyak 349 patok dinyatakan hilang, 53 rusak, empat patok patah dan dua patok tertimbun. Penyebabnya terutama faktor manusia seperti pencurian kayu menggunakan alat berat dan pengaruh alam akibat tanah longsor

Heart of Borneo
Pembangunan helipad hasil temuan patroli Polisi Kehutanan (Polhut) di kawasan TNBK, April lalu itu merupakan pukulan telak bagi pertahanan keamanan NKRI. Selain melanggar forum GBC, juga melanggar kesepakatan perjanjian sosial ekonomi Malaysia Indonesia (Sosek Malindo) tahun 1967.
Perjanjian Sosek Malindo itu sudah jelas tidak diperkenankan melakukan kegiatan sejauh dua kilometer dari patok batas kedua wilayah negara.
“Selain melanggar dua perjanjian itu, kita juta patut pertanyakan komitmen Malaysia terhadap kesepakatan Heart of Borneo (HoB) beberapa waktu lalu,” kata Kepala Badan Persiapan Pengelolaan Kawasan Khusus Perbatasan (BP2KKP) Kalimantan Barat, Nyoman Sudana.
HoB adalah forum yang beranggotakan Indonesia, Malayia dan Brunai Darussalam. Forum ini bersepakat menjaga kelestarian hutan di Kalimantan (Borneo).
Pertemuan yang digelar di Pontianak pada April lalu itu, untuk menindaklanjuti kesepakatan tentang sebuah kawasan konservasi seluas 22 juta hektar di tiga negara di Pulau Borneo. Penandatanganan kesepakatan dilakukan 12 Pebruari 2007 oleh Menteri Perindustrian dan Sumberdaya Utama Brunei Darussalam, Menteri Kehutanan RI dan Menteri Sumberdaya Alam dan Lingkungan Malaysia.
Letak HoB di kawasan pegunungan di "pusat" Borneo serta fungsinya yang amat penting mengidentikannya sebagai jantungnya Borneo. Terdapat 20 daerah aliran sungai (DAS) yang menjadi sumber kehidupan di Borneo, dan 14 diantaranya berada di kawasan HoB.
"HoB menjadi sumber mata air bagi 14 DAS. Dapat dibayangkan kalau kawasan itu rusak," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalimantan Barat, Fathan A Rasyid.
Bila HoB rusak, maka ada sekitar 20 juta penduduk di Pulau Borneo ini akan terganggu. Sebab HoB tidak lagi mampu menjadi sumber air. Hal ini bakal terjadi jika laju kerusakan hutan di Borneo semakin tinggi, terutama di wilayah Indonesia.
Sebagian besar wilayah yang ditetapkan sebagai HoB memang berada di Indonesia, negara yang sempat diusulkan tercatat dalam rekor dunia karena laju kerusakan hutan begitu cepat.
Di Kalimantan Barat, terdapat empat juta hektar lahan yang masuk kesepakatan HoB. Terletak di tiga kabupaten, yakni Kapuas Hulu, Melawi dan Sintang. Ketiganya terletak di hulu Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia serta menjadi urat nadi kehidupan dan perekonomian masyarakat Kalimantan Barat.
Kata Fathan, siklus hidrologi saat ini sudah semakin singkat karena perubahan lingkungan. Sungai Kapuas salah satu contohnya. Lima tahun silam, intrusi air asin hanya mampu "menembus" beberapa kilometer setelah melewati Kota Pontianak. "Tetapi sekarang, intrusi air asin itu sudah mencapai Desa Korek, Kecamatan Ambawang, yang jaraknya belasan kilometer melalui Sungai Ambawang, pecahan Sungai Landak yang menginduk ke Sungai Kapuas," jelasnya.
Semakin berkurangnya hutan di hulu juga menyebabkan sedimentasi cepat terjadi di alur sungai. Dana pengerukan pun terus meningkat setiap tahunnya.
Kalau memang benar Malaysia membangun helipad untuk kepentingan mencuri kayu di perbatasan lewat tangan-tangan warga Negara Indonesia yang selama ini memang mengantungkan hidupnya dari kayu, maka perjanjian HoB itu hanya akal-akalan Malaysia untuk selalu menjatuhkan pamor Indonesia di dunia internasional. Harapan kita, semoga saja itu tidak terjadi dan kesepakatan tentang HoB benar-benar dilaksanakan. Yang enak, jelas masyarakat di negara kawasan maupun dunia internasional.□Foto by Jessica Waysang/Borneo Tribune.

Baca Selengkapnya..