BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, September 25, 2007

Katak Kaki Empat

KATAK. Gambar handout dari Universitas Colorado menunjukkan katak tutul dengan dua kaki belakang yang tidak normal akibat terinfeksi oleh sejenis cacing parasit. Penggunaan nitrogen dan fosfor pada pertanian dan pertenakan meresap ke air danau dan telaga, memicu kejadian beruntun yang menyebabkan ketidaknormalan mengerikan pada katak di Amerika Utara, menurut sejumlah peneliti, Senin (24/9).

Penelitian resmi mereka untuk Akademi Sains Nasional menemukan bahwa kedua kandungan tersebut, yang timbul dari pupuk dan kotoran hewan, menciptakan perubahan dramatis di ekosistem akuatik dan menyebabkan timbulnya sejenis cacing parasit yang menyebabkan kejanggalan tersebut pada katak. FOTO ANTARA-REUTERS/Pieter Johnson/University of Colorado, Boulder/Handout/ox/07.

Baca Selengkapnya..

Monday, September 24, 2007

Dukung Bryan ke New York

SEKOLAH SURATI SBY



Tanto Yakobus
Borneo Tribune, Pontianak

Dengan senyum mengembang di wajahnya ibu Rosa De Lima, Kepala Sekolah SD Suster menyambut ramah di kantornya Kompleks Persekolahan Suster Jalan RA Kartini, Pontianak Kota.
“Ada yang bisa saya bantu pak,” tegurnya menyapa.
“Ya saya ingin bertemu Bryan, murid ibu yang telah mengukir prestasi dunia itu.”


“Anak itu memang cerdas, murah senyum dalam kondisi apapun,” kata bu Rosa soal “anak jenius” itu.

“Kami mendapat kabar dari ibunya Bryan, sekitar awal September lalu bahwa Bryan dinyatakan sebagai pemenang lomba design prangko se-dunia. Sebagai lembaga tempat Bryan belajar, tentu kami senang”.

“Ini prestasi yang kesekian yang sudah diraih anak-anak didik kami. Belum lagi di bidang olahraga, banyak prestasi yang diukir cuma tidak terekspose saja,” kata bu Rosa dengan wajah berseri-seri.

Masih kata Rosa, setelah dinyatakan sebagai pemenang, anak itu harus menghadiri acara penganugrahan atau penyerahkan pemenang di Markas Besar PBB di New York, tapi yang menjadi beban pemikiran kita bagaimana supaya anak ini bisa berangkat.

“Atas nama sekolah, pada tanggal 20 September 2007, saya mengirim surat pemberitahuan kepada bapak Walikota Pontianak H Buchary A Rahman, bapak Gubernur Kalbar H Usman Ja’far, Mendiknas Bambang Sudibyo dan bapak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Maksud saya mengirim surat atasnama SD Suster tidak ada tujuan lain, tapi apakah ada perhatian mereka untuk prestasi Bryan. Soalnya sayang kalau tidak sampai menghadiri penganugrahan pemenang itu, sebab dia sudah menyingkirkan ribuan anak dari berbagai negara di dunia ini,” kata Rosa.

Jadi sayang, apalagi itu menyangkut hak cipta. Ke depan setiap perangko ini dicetak ulang, maka lisensinya ada pada Bryan dan dia berhak menerimanya.

Bryan (7) tumbuh sebagai anak cerdas. Sehari-hari dia tak beda dengan anak lain di sekolahnya. Sebelum masuk SD Suster, Bryan sekolah di TK Karya Yosef. Kelas 1 dia pindah ke SD Suster. □

Versi cetak dimuat di Borneo Tribune, tanggal 24 Septermber 2007

Baca Selengkapnya..

Pelajar Pontianak Harumkan Nama Indonesia di PBB

17 Oktober Terima Penghargaan di New York



Borneo Tribune, Pontianak
Usianya masih sangat muda. Baru tujuh tahun. Tapi prestasinya sudah mendunia. Ia mengalahkan ribuan peserta internasional lainnya.
Dialah Bryan Jevoncia pelajar kelas 2 SD Suster Pontianak. Ia meraih juara 1 lomba desain perangko Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tema "We Can End Poverty" untuk peringatan dekade pertama hari internasional "Education for Poverty".


Dengan keberhasilannya menyisihkan ribuan peserta di tingkat "International Children Art Competition" usia 6-15 tahun dari seluruh dunia itu, Bryan diundang PBB ke Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat bertepatan saat peringatan hari internasional "Education for Poverty" pada 17 Oktober mendatang.

"Desain perangko Bryan akan dicetak menjadi Perangko PBB 2008," kata Rosina, 43, ibunda Bryan saat ditemui di SD Suster Pontianak, Jumat.

Bryan mengirim desain perangkonya pada Februari lalu. Informasi adanya lomba desain tersebut diketahui melalui internet yang disebarkan ke seluruh anggota Khatulistiwa Children Fun Art Pontianak, tempat Bryan mengembangkan bakat lukisnya sejak balita.

Kabar bahwa Bryan meraih gelar internasional diterima Rosina sewaktu menerima telepon dari seorang staf dari Kedutaan Besar RI di New York awal Agustus lalu. Kepastian itu diperoleh setelah pihak Departemen Luar Negeri RI menghubunginya.

Bryan mengangkat kisah ibunya yang pernah menjadi penjahit baju untuk dituangkan dalam selembar kertas ukuran A4. Dalam desain tersebut, digambarkan seorang ibu yang tengah menjahit dibantu sejumlah anaknya baik laki-laki maupun perempuan.

Sisa kain hasil jahitan yang tidak digunakan dibuat beragam kerajinan menarik seperti bunga maupun boneka. Menurut Rosina, gambar tersebut memperlihatkan anak-anak sepulang sekolah bisa membantu orang tua untuk mendapat biaya tambahan.

Bryan mengaku menghabiskan waktu sekitar satu minggu untuk menyelesaikan gambar tersebut. "Capek juga sih," kata Bryan, yang mengaku kaget sewaktu mengetahui dirinya meraih peringkat 1 lomba internasional.

Kepala Sekolah SD Suster Pontianak, Rosa de Lima mengatakan, prestasi Bryan memberikan keharuman bagi Indonesia karena hasil desain perangkonya akan disebar ke seluruh dunia.

"Bryan memberi kontribusi untuk mengenalkan Indonesia dan Pontianak khususnya ke seluruh dunia bahwa pelajar Indonesia juga mampu bersaing dengan bangsa lain," katanya.

Di sekolah Bryan dikenal sebagai siswa yang murah senyum dan cerdas sehingga tidak heran ia masuk tiga besar saat kenaikan kelas pertengahan tahun ini. Antara □

versi cetak dimuat Borneo Tribune tanggal 22 September 2007

Baca Selengkapnya..

Sunday, September 23, 2007

Dari Hillary Clinton hingga Ani Yudhoyono

Tanto Yakobus
Borneo Tribune, Pontianak

Zaman sudah berubah. Zaman purba orang menggunakan teknologi batu sebagai alat--mulai dari meracik api hingga alat pertanian. Zaman peradaban orang mulai mengenal dunia baca tulis. Dan di zaman modern sekarang ini orang sudah jauh mengenal berbagai kecanggihan teknologi, terlebih teknologi informasi dan komunikasi.
Yang lagi ngetrend sekarang ini adalah teknologi komunikasi dunia maya. Banyak modal, mulai dari email, chatting hingga web blog.

Dewasa ini web blog sudah sangat familiar dengan para pejabat, isteri pejabat, pengusaha maupun para pelajar.
Untuk para pejabat web blog bukan saja berfungsi sebagai tempat menyimpan data atau pengalaman mereka, tapi juga sebagai alat propaganda—mendongkrak popularitas mereka.
Sebab permenit saja ada jutaan orang di dunia ini yang mengakses web blog mereka. Dengan banyaknya jumlah pengunjung tersebut, maka makin terkenal pulalah sang pemilik blog yang juga di sebut blogger itu.
Tak jarang popularitas suami yang kebetulan menjabat sebagai orang penting makin meningkat lantaran ditunjang aktivitas isterinya yang diketahui khalayak ramai.
Seperti Bill Clinton saat menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Dia sangat terbantu oleh aktivitas isterinya yang diketahui publik lewat web blog pribadinya. Ny Hillary Rodham Clinton yang kebetulan anggota senat Amerika memasuki semua aktivitasnya ke blog. Mulai dari catatan hariannya sebagai ibu rumah tangga dan isteri presiden hingga aktivitasnya di parlemen dan tentunya partai Demokrat.
Hillary hampir tiap hari memposting catatannya dalam blognya itu. Mulai dari cerita senang hingga kadang-kadang mengalami massa sulit mendampingi Bill Clinton sebagai kepala Negara. Semua tersaji apik dalam blognya.
Bahkan saking rajinnya Hillary mempublikasikan aktivitasnya sampai-sampai popularitasnya melampau popularitas suaminya. Itu terbukti dengan munculnya calon presiden perempuan dari partai Demokrat. Hillary dicalonkan sebagai salah satu kandidat presiden dari partai Demokrat disamping calon lainnya.
Web blog Hillary yang beralamat http://clinton.senate.gov gampang diakses. Permenit ada jutaan pengunjung dari seluruh dunia menakses web blog Hillary.
Blog yang tampilan depannya bertuliskan “Senator Hillary Rodham Clinton New York” juga ditampilkan gedung putih dan gambar dirinya itu tanpak cantik.
Anda bila berkunjung ke blog itu tinggal pilih mau akses informasi yang mana. Apakah aktivitas hari-harinya, info multi media atau foto-foto aktivitasnya.
Semua aktivitasnya terekam dalam blog itu. Tak jarang urusan pribadi juga tak dia simpan di blognya.
Kebiasaan mantan ibu Negara Adikuasi itu gambaran kecil dari sekian banyak perempuan Amerika yang pintar memanfaatkan kecanggihan teknologi, terutama teknologi komunikasi. Kalau soal blog, hampir semua warga Negara Paman Sam itu memilikinya. Tak terbatas pada para pelajar dan mahasiswa saja, tapi juga para wanita karier hingga ibu rumah tangga sudah sangat familiar.
Bila kita masuk ke komunitas blog di Amerika, para blogger di sana lebih banyak di dominasi para wanita. Sejauh ini belum ada riset mengapa wanita Amerika lebih suka berkomunikasi di media maya ketimbang laki-laki. Terutama di media seperti blogsot atau web blog.
Sekarang ini, pemanfaatkan web blog bukan hanya masyarakat Negara maju saja, tapi Negara berkembang seperti Indonesia—juga tak ketinggalan. Mulai dari kalangan profesional, para artis hingga pejabat. Pun demikian dengan pelajar—mulai dari murad SD hingga perguruan tinggi.
Di kalangan anggota parlemen ada nama Angelina Sondakh yang blognya beralamat http://angelinasondakh.blogs.com. Kemudian kalangan artis ada nama Agnes Monica, Dian Sastro, Tiara Lestari dan lain-lain.
Belum lagi kalangan jurnalis. Waktu saya belajar mendalami Narativ Reporting di Jakarta Januari lalu, hampir semua wartawan di Jakarta punya blog. Banyak sisi lain berita yang tak dapat di publikasikan mereka masukan ke blog pribadinya.
Demikian pula dengan para penulis novel maupun para peneliti macam CSIS, mereka punya blog masing-masing. Bagi para peneliti bila menyimpan arsip bisa saja kececer atau habis dimakan rayap. Tapi bila di simpan di blog, dijamin aman dari kehilangan. Bila perlu tinggal klik untuk mengakses dan mengambilnya.
Memang secara kerahasiaan, tidak bisa dihindari. Sebab blog dengan gampang diakses oleh siapa pun. Kecuali dibuat paswod secara khusus dan hanya pemilik yang bisa mengaksesnya.

Membangun citra
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) paham betul bagaimana cara membangun citanya di masyarakat. Maka tak heran beliau sangat dekat dengan pers termasuk membuat komunitas pers istana yang dikomandoi Andi Malaranggeng dan Anung. Kemudian di luar istana, Presiden SBY juga memberikan kebebasan yang luar biasa kepada pers untuk berkembang.
Tak hanya itu, agar masyarakat dapat berhubungan langsung dengan beliau, dibuat jalur SMS. Lalu kotak pos. Belum puas juga, beliau menginvestasikan uang pribadinya dengan merekrut orang-orang profesional lalu mendirikan Koran yang dikenal dengan Jurnal Nasional.
Itu pun belum cukup untuk memoles citranya maupun kebijakan dari para menteri yang di pimpinnya yang tergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Maka presiden pun membuat web pribadinya yang beralamat http://www.presidensby.info. Siapa pun bebas mengaksesnya. Di sana banyak terbentang informasi mulai dari kebijakan pembangunan hingga persoalan yang melilit masyarakat.
Link dari RI 1 tersebut mulai dari Wapres Jusuf Kalla, Lembaga-lembaga Negara, Komisi-komisi Negara, Departeman, Kementerian dan lembaga setingkat menteri. TNI-Polri, Lembaga-lembaga pemerintahan non departemen, hingga pemerintahan-pemerintahan provinsi di seluruh Indonesia.
Semuanya tersaji di web blog beliau. Jadi malulah lembaga atau provinsi yang tidak mempunyai web atau situs internet.
Ibu Negara Republik Indonesia Hj Ani Bambang Yudhoyono juga tak mau ketinggalan. Ia juga ingin aktivitasnya di ketahui publik. Mulai dari mengurus suami hingga mendampingi suami mengerjakan tugas-tugas kenegaraan.
Web blog ibu Negara tersebut beralamat http://www.presidensby.info/ibunegara/index.html dan gambang diakses. sama halnya dengan Hillary Clinton, Ani Yudhoyono juga membuat web yang merekam perjalanannya selaku ibu Negara maupun ibu rumah tangga.
Pun demikian dengan aktivitasnya di partai Demokrat, semua terekam dalam blog itu.
Web blog Ani Yudhoyono ini berlakarkan Istana Negara dengan lambing Negara burung garuda selanjutnya gambang Ani Yudhoyono tersenyum di bannernya.
Kehadiran web blog ibu Negara ini sangat berguna dalam menunjang tugas-tugas kenegaraan Presiden SBY. Bahkan kehadirannya cukup memberi informasi kepada masyarakat yang mengaksesnya. Sebab di web tersebut tersaji puluhan bahkan ratusan artikel dan foto yang mendukung kinerja presiden maupun aktivitas ibu Ani sendiri.
Nah tulisan ini tidak bermaksud memuji ibu Ani yang pintar memanfaatkan kecanggihan teknologi demi popularitas diri, tapi ingin melihat sisi lain bagaimana seorang ibu Negara yang jeli melihat pemanfaatkan teknologi komunikasi yang berupa web blog.
Jadi beda dengan pendahulu-pendahulunya yang orang mengenal aktivitas apabila ada publikasi di media massa saja. Selebihnya orang tidak tau apa yang diperbuatnya.
Sementara ibu Ani, sama halnya dengan Hillary Clinton tanpa publikasi media, orang bisa mengetahui aktivitasnya di web blognya. Itulah ciri orang yang menghargai dan tahu manfaat teknologi. Jadi jangan sampai dunia sudah serba canggih, semerntara kita tetap berkutat dengan keterbelakangan dan ketertinggalan saja.□

Baca Selengkapnya..

Sunday, September 16, 2007

Menulis, Menulis dan Menulis Lagi

By Tanto Yakobus


Untuk menjadi penulis yang handal, tidak ada jalan lain selain menulis. Ya menulis dan menulis adalah cara terbaik untuk melatih kemampuan seseorang untuk menjadi penulis. Tentu keterampilan menulis mesti dibarengi juga dengan pemahaman jurnalistik yang memadai.

Di masyarakat kita, masih ada anggapan bahwa menulis adalah kerjaan wartawan saja. Menurut saya, anggapan itu sudah usang, sekarang siapa pun bisa menulis apakah dia wartawan, pejabat, dosen, guru, peneliti, aktivitas, pelajar, mahasiswa dan lain-lain. Asal ada kemuan dan punya sedikit keterampilan menulis.

Apalagi sekarang sudah zaman canggih. Kalau dulu orang menulis mengandalkan pulpen, lalu mesin tik. Tapi sekarang masyarakat sudah sangat familiar dengan komputer. Bahkan beberapa instansi baik pemerintah maupun swasta sudah menerapkan sistem kerja standar komputerisasi. Bagi saya itu sangat membantu dunia tulis menulis.

Memang banyak ragam dan bentuk tulisan yang lazim digunakan para penulis. Dan model itu tergantung dia menulis untuk siapa, apakah untuk dokumen, penelitian atau untuk kebutuhan berita (media elektronik maupun cetak). Dan yang kita temukan sehari-hari memang untuk keperluan berita tersebut.

Dari banyak ragam bentuk tulisan itu, saya ingin mengkrucutkan pemahaman kita pada bentuk penulisan feature. Penulisan dalam bentuk feature bisa digunakan di media apa pun, baik koran, majalah maupun jurnal atau laporan penelitian, termasuk elektronik sekalipun.

Sebab fiature adalah bentuk tulisan yang dalam dan enak untuk disimak. Kisahnya deskriptif, memaparkan peristiwa secara objektif, sehingga bisa membangkitkan bayangan-bayangan kejadian yang sesungguhnya kepada pembaca.

Redaktur senior majalah Gatra, Yudhistira ANM Massardi, dalam beberapa karyanya mengatakan, feature bukan karya fiksi, tapi karya jusnalistik. Karenanya, featur harus memiliki satu makna, satu arti, tidak seperti karya sastra yang banyak arti tergantung si pembacanya.

Tapi menurut saya, agar feature itu punya makna, juga tergantung si penulisanya. Kadang-kadang feature juga bisa fiksi. Sebab tak jarang menggunakan sumber anonim—sumber yang tidak disebutkan jelas identitas pelakunya. Bila itu terjadi, maka laporannya juga bisa dikategorikan fiksi.

Oleh karena itu, si penulis feature harus benar-benar membuat laporan yang basah. Tulisian yang narative. Sebab feature juga lazim disebut karya “sastra jurnalistik” karena sangat bertumpu pada kekuatan diskripsi yang mampu mengambarkan situasi dan suasana secara rinci, hidup, berkeringat (basah), beraroma, membuka pintu akal, membetot perhatian, meremas perasaan, sehingga imijinasi pembaca terbawa ke tempat peristiwa.

Dengan demikian, untuk melulis feature yang baik, maka penulis harus fokus pada peristiwa atau kejadian, gunakan bahasa yang lugas dan tidak bertele-tele. Seperti membuat judul yang menggoda, lalu kalimat pembuka (lead atau kepala) yang menggigit, kemudian hiasi tubuh berita atau cerita dengan ungkapan dan kutipan yang mengelitik, selanjutnya buat akhir cerita dengan sentakan yang memabukkan.

Menurut Williamson, ada lima unsur dalam penulisan feature, yakni: Pertaman, keativitas (creativity). Laporan feature harus mengkreasikan sudut pandang penulis berdasarkan riset terhadap fakta-fakta yang telah ditelusuri. Kedua, subjektivitas (subjectivity). Sangat mungkin menggunakan sudut pandang orang pertama, atau “saya” dengan emosi campur nalar, sebagai cara mendapatkan fakta-fakta.

Ketiga, informatif (informativeness). Materi laporan tentang hal yang ringan, namun berguna bagi masyarakat. Seperti situasi saat peristiwa terjadi dan tidak diliput media lain. Keempat, menghibur (entertainment). Laporan harus berwarna-warni terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, selingkuh, bencana alam dan lain-lain, sehingga pembaca larut dalam kesedihan atau malah tertawa terbahak-bahak.

Dan yang kelima, tidak bibatasi waktu (unperishable). Bahwa feature tidak lapuk dimakan deadline atau waktu, karena topiknya dibahas secara mendalam. Jadi tulisan yang berbentuk feature walau sudah ditulisan beberapa lama bahkan tahunan bila dibaca terasa kejadiannya baru kemaren.

Struktur tulisan feature cukup panjang. Penyajiannya terbagi dalam tiga bagian yakni: Awal (beginnings), tengah (middles), dan akhir (ends). Ketiga bagian ini mesti menyatu dalam keutuhan yang padu. Jadi laporannya tidak bisa dipotong-potong begitu saja. Editing feature harus hati-hati, bila ceroboh akan merusak seluruh isi tulisan.

Disamping itu, feature juga harus orisinal karena muatan isinya mengandung nilai human interest. Human interest disini berarti segala apa yang menjadi minat, perhatian, atau kepentingan masyarakat.

Karenanya, dalam menulis feature justru mementingkan deskripsi. Sebab deskripsi membangkitkan bayang-bayang kejadian sesungguhnya di benak pembaca. Itulah yang membuat feature punya daya greget. Greget kerana orisinalitas dari laporan dan pendeskripsiannya. Namun penulis juga harus patuh pada standar jurnalistik, yakni verifikasi informasi atau fakta atau peristiwa.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana cantiknya sebuah buku bila ditulis dalam bentuk feature. Nah siapa pun boleh mencoba. Siapa pun bisa menjadi penulis, asal ada kemauan untuk menulis. Ilmunya tak ada lain selain menulis dan menulis lagi.□

Baca Selengkapnya..

Thursday, September 13, 2007

Buku Sejarah Kompas

Dari Belakang ke Depan



SEBUAH buku telah lahir. Buku sejarah. Sejarah pers, khususnya Kompas, sebuah harian yang terbit untuk pertama kalinya 28 Juni 1965. Pendirinya adalah dwitunggal, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. Ojong telah meninggal 27 tahun lalu, sedangkan Jakob masih sehat wal afiat. Semoga beliau panjang usia.


Buku ini diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK). Orang menyebutnya penerbit "Kebo", merujuk pada logo perusahaan penerbitan yang berlambang seekor kerbau dimana di atasnya bertengger seorang "bocah angon" (penggembala) yang sedang meniup seruling. Kantor PBK berada di samping kiri Gedung Kompas Gramedia lama, berbaur dengan rumah-rumah penduduk.

Ada beberapa rekan yang memelesetkan PBK menjadi Penerbit Buku Kliping. Ada benarnya, sebab beberapa buku merupakan dokumentasi dari ribuan artikel yang pernah dimuat di Harian Kompas, khususnya yang memberi inspirasi dan memompa semangat dan gairah berkiprah.

Tetapi tidak semua dari kliping. Ada buku-buku yang murni ditulis memang untuk menjadi buku. Ditulis secara serius, bukan hasil kliping. Salah satunya adalah buku "Kompas, dari Belakang ke Depan: menulis dari dalam". Diterbitkan baru seminggu lalu dan mungkin baru beberapa hari lewat saja menghias rak-rak toko buku.

Inilah buku sejarah Kompas terkomplit yang pernah terbit. Selain bercerita mengenai kelahirannya, buku ini juga menceritakan jatuh-bangun, kisah sukses, sampai strategi bertahannya yang unik. Frans M. Parera, salah seorang penyumbang tulisan tidak harus malu mengatakan "jurnalisme kepiting" untuk strategi bertahan Kompas yang menjadikan harian ini tetap eksis bertahan.

Saat beberapa harian diberangus penguasa Orde Baru, yakni Soeharto dan antek-anteknya yang menciptakan mesin antidemokrasi di tahun 1978, Kompas termasuk salah satu korban pemberangusan itu. Dua minggu kemudian, Jakob diminta menandatangani surat pernyataan agar Kompas tidak galak lagi terhadap pemerintah Soeharto.

August Parengkuan, seorang sesepuh Kompas dalam buku itu mengatakan, "Bagi Pak Jakob, Kompas harus terbit kembali. bukan saja agar para karyawan bisa terus bekerja tetapi yang penting tetap mempunyai medium untuk menyampaikan gagasan, pemikiran, dan ide-ide baik kepada pemerintah maupun ke masyarakat. Jadi tidak perlu gagah-gagahan seakan-akan menjuadi pahlawan karena berseberangan dengan pemerintah, tulis August, "tetapi satu minggu sesudahnya semua orang lupa pernah ada koran bernama Kompas" (hal. 298).

Sejumlah penulis memberi konstribusi dalam penulisan buku ini, antara lain St Sularto, Mamak Sutamat, Ninok Leksono, Suryopratomo, Agung Adiprasetyo, dan Arbain Rambey. Jakob memberi sambutan dalam buku ini. Buku dihiasi foto-foto lawas dari dokumentasi foto yang tidak atau belum pernah dipublikasikan. Unsur mengejutkan dan mencengangkan sudah pasti ada saat melihat foto-foto yang disunnting Arbain ini. Buku memuat pula kartun GM Sudarta yang dikenal sangat "menyentil dan mengena" itu, juga ada ilustrasi dua halaman penuh sosok PK Ojong dan Jakob Oetama karya Jitet (lihat foto di atas).

Buku ini tentu saja memberi inspirasi bagi siapapun, dari orang pers, mahasiswa, atau masyarakat umum yang ingin lebih kenal dekat Kompas. Dari buku ini kita bisa belajar bagaimana cara mempertahankan diri, penanaman karakter baik, integritas dan loyalitas, juga bisa tahu bahwa membangun sebuah kerajaan bisnis seperti yang bisa dilihat sekarang ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Perlu waktu 42 tahun untuk membangunnya. Sedangkan orang yang ingin menjatuhkan sekaligus menghancurkan Kompas, tidak perlu menunggu selama itu. Bila perlu cukup satu hari saja!

Buku ini tidak hanya wajib dibaca oleh 246 wartawan Kompas atau seluruh karyawannya yang berjumlah 953 orang (data 2007) dan kerabat serta keluarganya, juga oleh sekitar 5.000an karyawan yang bernaung di bawah bendera KKG, tetapi oleh mereka yang ingin mendalami nilai-nilai sebuah kejuangan dan semangat survive sebuah harian bernama Kompas. Tentu saja kiprah orang-orang di dalamnya; dari pendiri, pemegang saham, petinggi sampai office boy.

Dikutip dari: Inside Kompas

Baca Selengkapnya..

Hanya Kalimantan yang Bebas Gempa


by okezone

Gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter (SR) kembali mengguncang Sumatera dan terasa hingga Pulau Jawa, Singapura, serta Malaysia, Gempa yang terjadi pukul 18.10 WIB kemarin memunculkan peringatan tsunami di sepanjang Pantai Barat Sumatera, meski beberapa jam kemudian dicabut, karena gelombang tinggi itu tidak terbukti. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), pusat gempa berada di Samudera Hindia, 159 km arah barat daya Bengkulu dengan kedalaman 10 km di bawah permukaan laut.


Gempa susulan dengan kekuatan besar juga terus terjadi hingga siang tadi. Sekitar pukul 06.49 WIB, gempa berkekuatan 7,7 pada SR terjadi di 140 km barat daya Sungai Penuh di Jambi. Selanjutnya, pukul 08.26 gempa dengan kekuatan sama juga terjadi dengan potensi terjadi gelombang pasang laut (tsunami). Pusat gempa terdeteksi di 1.98 LS. 99.8 BT atau 130 km Painan, Sumatera Barat.

Dari hasil analisis kami, potensi gempa susulan ini akan terus terjadi khususnya di segmen Mentawai. Di Indonesia tak ada daerah yang aman dari bencana (gempa) kecuali Kalimantan. Umumnya, daerah rawan bencana gempa dan tsunami terjadi di daerah yang tingkat populasinya padat dan hanya menunggu waktu sesuai siklus tahunan yang pernah terjadi. Yang bisa dilakukan hanya sedia payung sebelum hujan, tapi tidak bisa menghentikan.26 gempa dengan kekuatan sama juga terjadi dengan potensi terjadi gelombang pasang laut (tsunami). Pusat gempa terdeteksi di 1.98 LS. 99.8 BT atau 130 km Painan, Sumatera Barat.

Dari hasil analisis kami, potensi gempa susulan ini akan terus terjadi khususnya di segmen Mentawai. Di Indonesia tak ada daerah yang aman dari bencana (gempa) kecuali Kalimantan. Umumnya, daerah rawan bencana gempa dan tsunami terjadi di daerah yang tingkat populasinya padat dan hanya menunggu waktu sesuai siklus tahunan yang pernah terjadi. Yang bisa dilakukan hanya sedia payung sebelum hujan, tapi tidak bisa menghentikanakan alam tersebut.

Peramalan gempa bumi dan tsunami dari segi ilmu pengetahuan adalah yang paling sulit dilakukan dibandingkan dengan gunung meletur, longsoran tanah, dan banjir. Namun , dengan kajian geologi, bencana-bencana itu bukanlah hal yang tidak dapat diramalkan, walaupun waktu ketidaktentuan terjadinya bencana tersebut mempunyai derajat ketidakpastian cukup tinggi.

Penyebab utama terjadinya gempa adalah letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik serta berada diposisi ringoffire. Saat lempeng-lempeng ini bergerak, maka guncangan akan terjadi. Biasanya guncangan utama secara otomatis akan diikuti gempa-gempa susulan.

Dalam mengatasi gempa bumi ini, pemerintah harus menyiapkan inftrastruktur manajemen dan pendidikan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan lebih siap menghadapi bencana alam, khususnya gempa. Selain itu, pemerintah dan masyarakat harus proaktif melakukan mitigasi, pemantauan, dan pembangunan sistem peringatan dini bencana.

Catatan sejarah gempa di Mentawai menyebutkan, kepulauan ini pada tahun 1833 pernah diguncang gempa berkekuatan 9 SR. Periode pengulangan gempa di wailayah ini menurut penelitian yang dilakukan selama hampir 10 tahun lalu memiliki periode pengulangan sekitar 200 tahun.

Bila wilayah tersebut sampai terguncang gempa besar lagi, maka daerah yang akan terkena dampaknya bukan hanya Padang dan Bengkulu, tapi juga Singapura dan Jakarta, yang masing-masing berjarak lebih kurang 300 km dan 600 km dari sumber gempa itu. Dua kota besar ini daratannya terdiri atas tanah aluvial, hasil sedimentasi, dan reklamasi. Adanya gelombang besar yang merambat sampai di lapisan tanah ini dapat menjadi besar atau teramplifikasi, memberi dampak yang parah.

Bahaya tsunami juga mengancam Padang dan Bengkulu. Gempa yang berpusat di sekitar Mentawai akan menimbulkan tsunami yang bakal menerjang ibu kota Sumatera Barat itu dalam waktu 10 menit setelah gempa terjadi. Ancam,an gempa beser dan tsunami di pantai barat Sumatera ini, menurutnya, bukan hanya datang dari Pulau-pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan, tapi juga pulau lain di gugusan Kepulauan Mentawai, yaitu Pulau Sipora yang terguncang gempa tahun 1600-an dan Siberut tahun 1797.

Sejak itu, keduanya tertidur panjang meng-himpun kekuatan. Saat ini kondisi”matang” untuk sewaktu-waktu mengadakan serangan kembali. Artinya, proses pengumpulan energi di dua pulau itu sudah cukup besar yang mampu di tahan oleh struktur geologi di bawahnya. Kondisi ini di ibaratkan secara mendatar dari satu sisi. Bila dia tidak kuat lagi menekan pegas akan meregang kembali ke posisi semula.

Ketika terjadi gempa berkekuatan 7,6 pada SR di Pulau Simeleu tahun 2002, kami sebenarnya sudah mencemaskan guncangan itu akan memicu sistem kegempaan di pulau-pulau yang berada di sebelah selatannya seperti Pulau Nias yang pernah dilanda guncangan berkekuatan 8,5 SR pada tahun 1861. Hal itu disebabkan gempa Simeleu merupakan pra gempa yang akan menaikkan tekanan blok di sebelahnya. Pulau-pulau itu bekerja sama dan berbicara satu sama lain. Ketika satu blok terkena gempa ada daerah antara blok sebelahnya yang tegang atau mengalami shadow stress.

Gempa yang terjadi di Sumatera Barat kemarin itu sumbernya dekat dengan segmen Sianok. Gempa yang terjadi di patahan Sumatera tersebut sangat berpotensi terjadi tsunami. Berdasarkana catatan, di segmen tersebut pernah terjadi dua kali gempa berturut-turut pada 1926. Jarak waktunya hanya berbeda 30 menit dengan kekuatan yang jauh lebih besar, mencapai skala magnitudo 7 MW atau lebih.

Waktu itu gempa pertamanya memecahkan segmen Sumani. Namun, setengah jam kemudian gempa kedua memecahkan segmen Sianok, dari Danau Singkarak sampai Bukittinggi hingga Padang Panjang.

Dr Ir Danny Hilman Natawidjaja, Pakar Gempa Geoteknologi LIPI

Baca Selengkapnya..

Tuesday, September 11, 2007

Rumah Suku Dayak, Tidak Sekedar Hunian


Teks: Kondisi rumah betang suku Dayak di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Foto by Alexander Mering/Borneo Tribune.

by Miskudin Taufik

Ekspedisi Muller dan Sachwanerm bersama satu batalyon tentara kolonial di belantara Kalimantan, awal abad ke-18 lalu, menyimpulkan rumah bagi Suku Dayak tidak lain adalah benteng pertahanan kelompok.
Kedua bersaudara asal Jerman yang dikontrak pemerintah Belanda itu tidak hanya memaknai rumah tinggal Suku Dayak sebagai tempat tinggal dan tempat beranak pinak saja, tapi memiliki dimensi politis.


Analisis Muller dan Sachwaner itu, boleh jadi merupakan refleksi dari hasil temuan seorang militer yang kala itu sedang dalam kancah peperangan, walaupun keduanya merupakan pakar kedokteran dan botani.
Berbentuk rumah panjang yang mirip dengan asrama tentara, bertiang tinggi, memiliki jendela pengintai serta memiliki pintu ganda untuk evakuasi, merupakan alasan yang pernah dikemukakan prajurit sewaaan itu, seperti yang diungkap dalam disertasi "Menyingkap Misteri Rumah Suku Dayak", karya Dr Idwar Saleh, antropolog asal Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
"Kesimpulan pendapat dari kedua penjelajah hutan Belantara itu, bukan sekedar hasil temuan ilmiah semata tetapi mengandung `pesan khusus` bagi kepentingan politik Belanda," kata Saleh.
Pemerintah Kolonial selama berabad-abad memang memandang rumah tinggal suku Dayak tidak lain sebagai sarang musuh yang harus dihapuskan.
Karena itu oleh kaki tangan kaum penjajah, suku-suku Dayak sengaja diprovokasi untuk saling berseteru.
Ini berbeda dengan rumah penilaian para peneliti terhadap rumah tinggal suku terasing di belantara Papua. Oleh para peneliti Belanda, rumah suku-suku di Papua disimpulkan "hanya" sebagai simbol kebudayaan.
Pandangan yang tidak ekstrim ini, ternyata didasari rendahnya kadar ancaman suku-suku Papua terhadap pemerintahan kolonial.
Logika yang dikemukakan Dr Idwar Saleh, boleh jadi terkait dengan kepentingan Belanda yang satu sama lain memandang berbeda antara pulau-pulau koloninya.
"Belanda saat itu memang sangat khawatir terhadap ancaman keamanan di Kalimantan, yang saat itu sedang dieksploitasi tambang minyaknya, terutama di Tarakan, Sanga-Sanga, Handil, Balikpapan, Pasir dan Murung Pudak."
Sebaliknya, hingga menjelang Perang Dunia ke-II, Belanda hanya memosisikan Papua, sekedar sebagai lokasi pertahanan dari ancaman serangan di Pasifik, sekaligus sebagai ajang kegiatan kalangan misionaris untuk menandingi makin maraknya kegiatan dakwah di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Suku-suku di Papua, umumnya juga tersebar saling berjauhan satu sama lain.
Suku Butubonu misalnya, membangun rumah panggung sebagai instrumen kesatuan komunal. Sebuah rumah suku Butubonu umumnya dihuni 10 hingga 15 keluarga atau sekitar 50 jiwa, sehingga bagi Belanda dinilai tidak cukup potensial untuk mengancam kekuasaan mereka.
Berbeda dengan rumah panjang suku Dayak yang bisa menampung 800 jiwa atau hampir mendekatan kekuatan satu batalyon kompeni.

Selalu menghadap sungai.
Walaupun antar komunitas suku Dayak yang tinggal di wilayah Selatan, Tengah, Barat dan Timur pulau, awalnya tidak pernah terjadi persinggungan budaya, namun arsitektur dan posisi rumah mereka selalu menghadap ke sungai atau sumber mata air.
Kalau di Tana Toraja, rumah panggung dikenal dengan nama Tongkonan dan di Minangkabau bernama Rumah Gadang, suku Dayak memberi nama berbeda-beda sesuai letak geografis masing-masing.
Suku Dayak yang tinggal di Selatan sering menyebut "balai", di bagian Barat dan Tengah menyebutnya dengan "betang" dan di bagian timur "lamin". Apapun sebutannya namun secara fisik memiliki persamaan yaitu berupa bangunan besar ukuran panjang antara 30 sampai 150 meter dan lebar 10 hingga 30 meter dan bertiang tinggi antara 3 sampai 4 meter.
Sama dengan letak yang selalu dekat sungai, hingga kini belum terpecahkan, mengapa tipologi rumah Suku Dayak harus dibuat besar mirip barak militer tanpa mempertimbangkan faktor privasi antar keluarga.
Tetapi dari alasan teknis dibuat tinggi dari permukaan tanah tidak lain adalah untuk pertimbangan menjaga serangan binatang buas atau serangan musuh, selain pemanfaatan lahan yang biasanya untuk tempat bermain anak, gudang, menumbuk padi, menyimpan perahu atau sesekali untuk upacara adat.
Bangunan rumah selalu mempergunakan material kayu yang tahan panas dan tahan hujan. Biasanya dipergunakan kayu Ulin ("eusideroxylon zwagery") yang satu sama lain dirangkai tanpa mengunakan paku atau baut tetapi lazimnya menggunakan pasak dari jenis kayu yang sama. Sedangkan atapnya menggunakan sirap.
Rancang bangun Balai, Betang atau Lamin, biasanya terdiri dari bagian-bagian penting seperti tangga, pelataran, anjungan, ruang utama, ruang keluarga, ruang tidur, dapur dan gudang logistik.
Sedangkan untuk buang hajat atau mencuci dan mandi biasanya terpisah dari bangunan rumah.
Khusus untuk ruang tidur, biasanya memiliki fungsi ganda sebagai tempat privasi sekaligus untuk menyimpan perhiasan atau peralatan perang seperti mandau, tombak, sumpit atau racun yang sering digunakan untuk berburu binatang atau peperangan.
Rata-rata tinggi dinding dibuat paling sedikit 4 meter guna menjaga sirkulasi udara, sedangkan daun pintu biasanya mengikuti tinggi dinding yang kadang-kadang sampai 3 meter sementara daun jendela 2 meter.
Walaupun pintu rumah Suku Dayak biasa selalu terbuka, namun untuk menjaga keamanan dibuat kunci pengaman dari kayu ulin yang lazim disebut dengan "sesunduk lawang", batangan kayu mirip alu yang diletakan diatas dudukan sebagai penyangga daun pintu.
Antara satu suku dengan suku Dayak lainnya memiliki ciri khas dalam membuat ornamen rumah, termasuk ukiran-ukiran pada teras depan, tiang pagar teras, tangga maupun bentuk bubungan atap. Namun khusus untuk peletakan gagang pintu maupun jendela memiliki kesamaan, yakni selalu berada pada bagian kiri agar memudahkan tangan kiri untuk memegangnya.
Rancangan ini merupakan bentuk "kesiagaan" suku Dayak yang selalu mempersilahkan tamunya dengan tangan kanan, walaupun sedang memegang senjata mandau atau tombak.
Jika ujung mata mandau atau tombak mengarah ke bawah, maka ini berarti bentuk penghormatan untuk mempersilahkan tamunya masuk. Tetapi jika sebaliknyanya, berarti bentuk penolakan yang tidak bisa ditawar-tawar.Antara□

Versi cetak dimuat di harian Borneo Tribune (11/9)

Baca Selengkapnya..

Thursday, September 6, 2007

Kelayang Naga 30 Meter



By Tanto Yakobus
Sekitar jam 10.00 WIB pagi kemarin, seekor naga meliuk-liuk di udara alun-alun Kapuas. Kehadirannya menarik perhatian orang yang kebetulan melintas di Jalan Rahadi Oesman persis di depan Markas Komando Resort Militer (Makorem) 121 ABW.
Dalam hitungan detik, manusia sudah menyemut menyaksikan naga terbang yang dikendalikan puluhan orang. Puluhan orang itu adalah peserta Festival Budaya Bumi Khatulistiwa (FBBK) yang sedang berlangsung di Pontianak dalam pekan ini.


FBBK itu sendiri menampilkan berbagai aktraksi budaya yang berasal dari berbagai etnis yang ada di Kalbar. Kontingen tersebut membawa nama daearh atau kabupaten/kota masing-masing.
FBBK sendiri diadakan setahun sekali. Tujuannya, selain membina adat istiadat dan budaya lokal, juga untuk meningkatkan pembangunan pariwisata Kalimantan Barat.
Untuk tujuan pariwisata tersebut, FBBK dibuka langsung oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan RI, Jero Wajik, Rabu (5/9) kemarin.
Kembali ke permainan kelayang tadi, selain menampilkan kelayang naga, juga berbagai jenis kreasi kelayang diterbangkan, termasuk kelayang perahu bandung dari Kapuas Hulu.
Perahu atau kapal bandung yang oleh masyarakat Kapuas Hulu disebut nirup adalah alat transportasi jaman dahulu yang hingga kini masih ada dan dipakai masyarakat.
Dulu sebelum ada transportasi darat (jalan darat) jarak tempuh dari Pontianak menuju Kapuas Hulu menggunakan nirup selama 6 hari atau selama sepekan.
Nah, kedua benda ‘aneh’ ini tampil dalam perlombaan permainan rakyat yang menampilkan kelayang hias di ajang FBBK.

Foto By Lukas B Wijanarko/Borneo Tribune

Baca Selengkapnya..