BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Saturday, April 20, 2013

Menjadi Guru Profesional

PUSAT DAMAI—Sebanyak seratusan orang guru mengikuti retret guru profesional yang digelar oleh Forum Guru Katolik di Kabupaten Sanggau, yang acaranya digelar di Wisma Tabor, Pusat Damai, Sabtu 20 April 2013. Retret tersebut menghadirkan narasumber yang sangat kredibel di bidang pendidikan, yakni Dr. Edy Tangdililing, M.Pd dan Dr. Piet Herman Abik. Kedua pratisi pendidikan tersebut menawarkan solusi baru dalam hal menuju guru profesional. Banyak kiat jitu yang disampaikan bagaimana seorang guru bisa menjadikan seorang guru walau pun yang bertugas nun jauh di pedalaman, tetap menjadi guru profesional. Peserta yang rata-rata dari kalangan pendidik mulai dari pendidikan dasar hingga guru SMA itu mengikuti dengan serius setiap sesi yang disampaikan oleh kedua narasumber tersebut. Yang paling menarik adalah sesi bagaimana cara mendapatkan “titel” sertifikasi yang menjadi impian semua guru saat ini. Guru sertifikasi telah menjadi semangat dan roh baru bagi dunia pendidikan. Dengan sertifikasi itu, maka cerita “Oemar Bakri” selamat tinggal sekarang ini. Karena dengan sertifikasi, kesejahteraan guru yang dulunya morak marik dalam rumah tangga, sekarang sudah sejajar dengan pegawai lain.

Baca Selengkapnya..

Monday, February 25, 2013

Meng--Update--kan Blog Kembali

Setelah sekian lama ribet dengan hiruk pikul dan seabrek aktivitas di lapangan, maka hari-hari kedepan mudah-mudahan banyak waktu untuk meng-aktif-kan kembali blog yang sudah cukup lama aku tinggalkan ini. Semoga informasi, terutama yang berkaitan dengan rekam jejak dan langkah ku di pedalaman Kalbar bisa tersajikan dengan baik di blog ini. Foto Bersama Pastor Donatus Daud, CP dan paman Apunt di Sekadau

Baca Selengkapnya..

Wednesday, October 31, 2012

Lagi Gemar Melebar Jalan

Hampir semua ruas jalan di Kota Pontianak mengalami pelebaran. Proyek pencitraan atau kebutuhan sebagai kota berkembang dan maju? Yang jelas parit semakin sempit. Bila Anda berjalan mengitari kawasan Kota Pontianak, Anda akan disuguhkan dengan pemandangan lain bila dibandingkan kondisi tiga atau empat tahun lalu. Dimana, hampir setiap ruang jalan yang ada di Kota Pontianak mengalami pelebaran. Banyak memang masyarakat yang melihat upaya pelebaran jalan sebagai suatu kemajuan. Setidaknya dari segi kemacetan yang mulai menghampiri kehidupan masyarakat Kota Pontianak, sedikit demi sedikit bisa diatasi dengan pelebaran jalan yang dulunya sekitar 6 hingga 12 meter, sekarang menjadi 16 hingga 20 meter. Lihat saja luas jalan protokol di sepanjang A Yani I. Mungkin total lebar jalan dua jalur tersebut bisa mencapai 40 meter. Itu belum termasuk kawasan tertentu yang dibuat perlakuan khusus dengan pelebaran ekstra. Lalu jajan-jalan utama di Kota Pontianak seperti Kom Yos Sudarso, Purnama, Prof. Dr. M Yamin, Danau Sentarum, P. Natakusuma, Jendral Urif dan banyak lagi ruas jalan yang mengalami pelebaran. Kita berharap upaya pelebaran jalan ini betul-betul kebutuhan masyarakat, karena beban manusia dan kendaraan yang cenderung bertambah setiap harinya. Belum lagi mobilitas kebutuhan masyarakat yang terus meningkat seiring dengan kemajuan daerah ini. Yang kita tidak inginkan, jangan sampai semangat melebarkan jalan itu justru buat pencitraan pemimpin daerah yang erat kaitnya dengan pencalonannya kembali sebagai pemimpin 5 tahun mendatang. Kalau motivasi itu yang melatarbelakangi upaya pelebaran jalan, itu tidak ubahnya seperti proyek pencitraan semata. Proyek pencitraan seperti itu tidak tahan lama, biasanya setelah lima tahun program macet dan jalan pun jelek lagi. Itu belum termasuk bahaya banjir yang memang rentan terjadi di Kota Pontianak, yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Apalagi sekarang sudah memasuki musim penghujan, dan daerah-daerah tertentu siap-siap saja "karam" karena banjir di musim hujan. Yah, besar harapan kita upaya pelebaran jalan itu seiring dengan upaya memperbaiki drainase juga sehingga solusi empati datang dari masyarakat luas di Kota Pontianak tercinta ini.

Baca Selengkapnya..

Wednesday, June 22, 2011

Andai Itu Bukan Mimpi

Oleh Tanto Yakobus

Sebagai warga Kalimantan Barat yang tinggal di kota Pontianak, saya melihat perkembangan kota Pontianak tidak ideal.

Lihat saja jalan-jalan protokol di kota Pontianak sangat kecil. Bila dilebarkan, harus mengorbankan parit. Akibat parit yang semakin sempit itu, bila hujan sebentar saja pastilah banjir menggenangi jalan-jalan di kota Pontianak.
Itu belum lagi soal bangunan rumah penduduknya, maupun ruko yang tidak lagi memakai aturan. Yang harusnya jarak bangunan dari jalan 15 hingga 20 meter, faktanya teras rumah orang rata-rata menyentuh bibir jalan.
Itu fakta yang terjadi sekarang ini. Bagaimana perkembangan 10 atau 20 tahun kedepan? Di bayangan saya, Pontianak bila tidak membuat penataan yang lebih elegan, pastilah menjadi kota kumuh. Tanda-tanda itu tadi, terlihat dari penataan jalan, rumah dan kawasan yang tidak mengedepankan estetika sebagai calon kota modern.
Bila ingin berbuat, sebetulnya kita belum terlamat. Masih ada waktu untuk merealiasi mimpi-mimpi itu. Masih bisa menjadikan semua kitu bukan mimpi. Asal ada kemauan dan dukungan masyarakat saja. Itu tugas semua stakeholder yang memegang kebijakan.
Kalau perlu pemimpin daerah ini harus berani bikin kebijakan yang keluar dari mainstream kebijakan secara umum. Misal soal penataan kawasan dan perencana pembangunan kedepan.
Saya berandai-andai pusat kota dipindah ke jalan Trans Kalimantan. Bila anda pernah melintasi jalan Trans Kalimantan dari Tayan ke Pontianak atau sebaliknya. Di sepanjang jalan masih terhampar luas tanah kosong.
Dengan kondisi seperti itu, saya membayangkan alangkah indahnya kalau di jalan Trans Kalimantan khususnya jalur Ambawang-Tayan dibangun bandar udara (Bandara) Internasional. Dengan Bandara Internasional di Tayan/ Ambawang maka semua daerah kabupaten mempunyai akses ke situ. Misal dari Sambas-Singkawang bila hendak ke bandara itu, bangun saja jalan tembus dari Sungai Pinyuh ke jalan Trans Kalimantan. Begitu juga dari Bengkayang-Landak bila hendak mencapai Bandara Internasional itu, tinggal bikin jalan tembus juga.
Butuh biaya memang. Tapi kalau direncanakan dengan matang, maka 10-20 tahun kedepan, orang akan menikmatinya. Dengan kawasan yang masih terbuka seperti itu, maka akses jalan dan pemukiman dibangun standar. Jangan bikin sempit seperti di kota Pontianak.
Begitu juga dengan kebijakan di bidang pemerintahan. Kalau perlu kantor Gubernur juga dipindahkan ke kawasan tersebut. Dengan demikian, maka isolasi daerah semakin terbuka. Dengan Bandara Internasional dan pusat pemerintahan di Ambawang-Tayan, maka rasanya masyarakat bagian timur Kalbar tidak perlu lagi membuat Provinsi Kapuas Raya. Karena letak ibukota provinsi sudah di tengah-tengah.
Lalu bagaimana dengan Bandara Supadio? Cukup belajar dari pengembangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dimana Bandara Halim Perdanakusuma diserahkan ke militer. Bila Bandara Internasional di trans Kalimantan itu jadi, maka Supadio diserahkan untuk pangkalan militer saja. Pemanfaatannya bisa saja sama dengan Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta itu. Sedangkan komersial semua dipusatkan di trans Kalimantan. Soal nama bandaranya terserah saja. Boleh Bandara Oevaang Oeray atau Bandara Cornelis! Tapi itu sekedar inspirasi yang hanya sebatas mimpi saja.

Baca Selengkapnya..

Demokrasi Warung Kopi

Oleh Tanto Yakobus

Dua hari ini saya ada kesempatan kongkow-kongkow di warung kopi. Beberapa tahun silam saya sudah nongkrong di warung kopi, namun karena kesibukan, kebiasaan itu terhenti. Tapi kemarin saya kembali menjumpai ’teman-teman’ lama warung kopi di kawasan Nusa Indah, Merapi hingga Hijas.

Karena teman-teman warung kopi itu berasal dari beragam latar belakang, mulai dari politik, bisnis, pedagang hingga tukang jual oborolan, maka topik bicara pun loncat sana loncat sini. Itu biasalah di warung kopi.
Tidak ada bahasan pasti. Semua mengalir begitu saja sesuai tema yang terjadi pagi itu. Tema yang dibicarakan pastilah bersumber dari koran yang dijual beberapa pengasong di warung kopi tersebut. Kebetulan pagi itu, topiknya pemilukada Landak, dimana Adrianus keluar sebagai pemenangnya. So pasti tema obrolan pun pemilukada Landak dan Adrianus.
Namanya juga warung kopi. Siapa pun di situ bebas bicara. Semua bebas membuat analisa. Ada yang memuji, ada yang mengkritik. Kadang juga mencela. Tapi tidak ada yang tersinggung, apalagi marah dengan oboral yang intonasinya tinggi rendah itu.
Bak pengamat politik sungguhan, mereka pintar bicara, pintar menganalisa. Kemenangan Adrianus yang diusung PDIP tak lain, karena itu kandangnya banteng. Analisa mereka terus berkembang hingga tak terasa hari beranjak siang.
Saya jadi terbayang, andai saja demokrasi ala warung kopi itu dipraktikkan dalam kehidupan perpolitikan sesungguhnya (di parlemen misalnya). Sebab mereka bebas bicara bahkan mencela, tapi tidak ada yang tersinggung. Mereka bebas mengekspresikan ketidaksukaan terhadap seseorang, kadang saking kerasnya bicara sehingga mengundang perhatian orang sekitar. Tapi itu tadi, tidak ada yang harus marah.
Ini barangkali sudah menjadi tatakerama tersendiri di warung kopi. Bicara bebas tentang apa saja, habis kopi semua sepi. Habis kopi semua kembali ke tempat masing-masing. Lain halnya bagi pebisnis, habis kopi lanjut bicara bisnis di kantor.
Memang warung kopi di kota Pontianak sudah multi fungsi. Tapi azas demokrasi warung kopi benar-benar terpuji. Saya salut dengan orang-orang yang bicara blak-blakan, tapi habis di warung kopi.
Padahal mereka berasal dari berbagai latar belakang, tapi satu di warung kopi. Nah, itulah indahnya demokrasi warung kopi. Tidak seperti demokrasi di parlemen, bisa-bisa kena lempar kursi. Bila Anda ingin mempraktikan demokrasi sesungguhnya, ya ke warung kopi saja, pasti lebih seru dan aman tentunya. Sekali lagi, itulah uniknya demokrasi warung kopi. Selamat mencoba!

Baca Selengkapnya..

Thursday, July 8, 2010

Hari Berkabung Daerah Kalbar

Oleh TY

Hari ini, tanggal 28 Juni 2010, masyarakat Kalimantan Barat dihimbau memasang bendera setengah tiang.
Pemasangan bendera setengah tiang itu sebagai tanda berkabung atas peristiwa pembantian tokoh-tokoh pergerakan dan ribuan masyarakat Kalimantan Barat yang tewas di bantai tentara Jepang di Desa Kopyang Kecamantan Mandor Kabupaten Landak, yang terjadi pada tanggal 28 Juni 1944 silam.

66 tahun silam, satu generasi anak bangsa yang tewas di Mandor, yang kini dijadikan sebagai tempat Makam Juang Mandor. Dan setiap tahun, pada tanggal 28 Juni diperingati sebagai Hari Berkabung Daerah yang diperkuat dengan Peraturan Daerah nomor 5 Tahun 2007 tentang Hari Berkabung Daerah (HBD).
Para korban yang dibunuh pada rentang waktu Tahun 1942-1945 jumlahnya diperkirakan mencapai 21.037 orang.
Mereka dimakamkan tersebar di beberapa lokasi. Biasanya, setelah upacara, dilanjutkan dengan ziarah ke kompleks Makam Mandor.
Sebelum peristiwa pembantaian itu, masyarakat Kalbar sebetulnya menyambut baik kehadiran facisme Jepang di bumi Borneo Barat ini. Terlebih karena Jepang berhasil menyingkirkan Hindia Belanda yang sudah tiga setengah abad menjajah Indonesia, termasuk Kalbar.
Namun setelah pasukan Rikugun (Angkatan Darat) ditarik mundur dan digantikan pasukan Angkatan Laut (Kaigun) dalam jumlah yang lebih besar maka janji-janji Jepang yang akan membantu rakyat mulai diragukan.
Kesan saudara tua dan pemimpin Asia yang bermaksud membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan Barat tidak tanpak dalam tindak tanduk tentara Jepang.
Mulai terjadi penculikan dan pembantaian dimana-mana. Dan puncaknya, pembantaian ribuan orang di dareah Desa Kopyang Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak.
Untuk mengenang para korban pembantaian itu, maka Pemerintah Provinsi Kalbar pada tahun 2007 lalu menetapkan tanggal 28 Juni sebagai hari berkabung daerah. Sebab pembantian yang dilakukan secara besar-besaran dilakukan tentara Jepang pada tanggal 28 Juni itu.
Para korban sebelum dibantai, mereka mengalami penyiksaan. Bahkan saat dilakukan eksekusi, kepala mereka disungkup (ditutup) dengan kain, setelah itu baru ditembak hingga mati.
Setiap tahun Pemprov Kalbar menghimbau masyarakat untuk memasang bendera setengah tiang sebagai tanda untuk memperingati Hari Berkabung Daerah. Dan hari ini, Senin (28/6) tepat 66 tahun lalu kita kembali diingatkan pada peristiwa keji ala Angkatan Laut Jepang itu.
Semoga dengan peristiwa ini bukan menjadikan kita untuk balas dendam, tapi bagaimana semangat kejuangan para tokoh dan masyarakat Kalbar itu menyemangati nilai persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga kebersamaan kita bisa terwujud dalam membangun Kalbar yang juah lebih baik lagi.

Baca Selengkapnya..

Blunder Tifatul

Oleh TY

Ditengah upaya penyelesaian kasus video mesum mirip artis Ariel, Luna Maya dan Cut Tari, Menkominfo Tifatul Sembiring justru buat blunder.
Ucapannya dengan menganalogikan pandangan Islam dan Kristen tentang peristiwa penyalibkan Nabi Isa terkait kebenaran kasus Ariel ’mesum’ menuai kecaman banyak pihak.

Kontan saja, ucapan dari seorang Tifatul Sembiring yang tak lain pejabat negara dan publik figur itu menyulut kontroversial baru. Ucapannya jelas melukai perasaan umat Kristiani dan umat lainnya di Indonesia.
Sebagai pejabat negara, hasusnya Tifatul bijak bila harus menganalogikan sesuatu, sebab banyak contoh lain yang justru lebih mengena.
Menyikapi itu pula, Senin (28/6) kemarin, ratusan massa dari puluhan ormas keagamaan baik Katolik maupun PW Ansor Kalbar menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyoni mencopot Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring dari jabatannya. Ratusan massa melakukan long march menuju Gedung DPRD sambil membawa poster yang berisi kecaman atas pernyataan Tifatul. Pengunjuk rasa menganggap pernyataan Tifatul Sembiring pada 18 Juni lalu melecehkan dan menodai ajaran agama.
Para pengunjuk rasa juga menilai Tifatul telah dengan seenaknya membuat analogi yang tidak etis dan melukai hati umat Kristiani dengan peristiwa penyaliban Nabi Isa tersebut.
Pencopotan seperti disuarakan oleh Ketua PMKRI Kalbar, Lidya Natalia Sartono. Hal sama disampaikan Deputi Administratur Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (Sekberkesda) Kalbar, Yosef Odillo Oendoen menegaskan.
Bahkan pria juga seniman itu akan menyampaikan langsung tuntutan pencopotan Tifatul ke Presiden SBY bersama DPRD Kalbar.
Romawi Martin Ketua PW Ansor Kalbar dalam dialog dengan DPRD menyayangkan sikap ceroboh dari Tifatul, mantan Presiden PKS itu, karena sudah mencederai nilai kebangsaan dan keberagaman dan kebehinekaan.
Tifatul telah mengusik ketentraman umat yang selama ini sudah terjalin baik. Harusnya, nilai itu dapat disimpan dalam hati masing-masing, sehingga kedamaian abadi tetaplah abadi selama ini, tanpa harus diusik dengan ucapan yang tidak pada tempatnya.
Kita berharap kasus Tifatul ini menjadi pengalaman dan cermin bagi para pejabat publik di negeri ini. Kita juga mencatat, beberapa waktu lalu Walikota Singkawang, Hasan Karman membuat makalah yang kalimatnya juga menyinggung puak Melayu di Kalbar, tapi bisa diselesaikan secara elegan oleh Hasan Karman sendiri. Bagaimana dengan Tifatul? Entahlah!

Baca Selengkapnya..

Kodam XII Tanjungpura


Oleh TY

Panglima Komando Daerah Militer XII Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Moeldoko dijadwalkan datang ke Kalbar guna mempersiapkan peresmian Markas Kodam di kawasan Jalan Trans Kalimantan Kabupaten Kubu Raya.

Dengan demikian, maka resmilah kehadiran kembali Kodam di Kalbar. Kehadiran Kodam tersebut untuk merespon kebutuhan daerah ini yang semakin komplek. Baik dari ancaman dari luar maupun internal sendiri.
Kita berharap kehadiran kembali Kodam di Kalbar bukan justru menghadirkan masalah baru, tapi bisa membantu memajukan daerah ini dari segala ketertinggalannya, terutama soal pembangunan.
Sebab kita ketahui, pandangan TNI sudah beda dengan yang dulu-dulu. Tentu pendekatannya beda, bila dulu mengedepankan pendekatan militeristis, namun sekarang lebih mengutamakan kekeluargaan, tentu dalam bingkai demokrasi.
Kepastian kedatangan Pangdam XII Tanjungpura itu dibenarkan Kepala Penerangan Korem 121/Alambhana Wanawai Kapten (Kav) Hendry Napitupulu di Pontianak, Selasa (29/6) sore.
Kehadiran Pangdam lebih awal untuk mempersiapkan peresmian Makodam XII/TPR yang rencananya akan dilakukan Jumat (2/7) mendatang. Rencananya peresmian itu akan dihadiri Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta.
Moeldoko sebelumnya menjabat sebagai Panglima Divisi I Infantri Kostrad. Lulusan terbaik Akademi Militer 1981 itu, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Jaya/Jayakarta tahun 2008.
Sebelumnya pernah bertugas di beberapa satuan dengan jabatan yang cukup strategis seperti Wadan Yonif 202/Tajimalela, Danyonif 201/Jaya Yudha, Dandim 0501 BS/Jakarta Pusat, Sespri Wakasad, Pabandya-3 Ops PB-IV/Sopsad.
Komandan Brigif-1 Pengamanan Ibu Kota, Asisten Operasi Kepala Staf Kodam VI/TPR, Dirbindiklat Pussenif, Danrindam VI/TPR, Danrem 141/TP Dam VII/WRB, Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi dan Dirdok Kodiklat TNI AD.
Moeldoko dilahirkan di Kediri, 8 Juli 1957 dengan pendidikan umum Strata 3 (S-3). Sedangkan pendidikan militer dimulai dari Akabri, Susarcab, Suslapa Inf, Seskoad, Sesko TNI, Susdanrem, Susstrat Perang Semesta dan Lemhanas RI, mempunyai seorang istri bernama Koesni Harningsih dan telah dikaruniai dua anak.
Sementara itu, Markas Korem 121/ABW akan dialihkan ke Sintang. Sebelumnya di Kalimantan terdapat empat Kodam yang kemudian dilebur menjadi Kodam VI Tanjungpura pada Desember 1984.
Kodam XII/Tanjungpura yang bermarkas di Pontianak akan mencakup dua provinsi yakni Kalbar dan Kalteng. Sedangkan Kodam VI/Mulawarman untuk wilayah Kalsel dan Kaltim.

Baca Selengkapnya..

Menjadi Kreatif

Oleh TY

Dalam bidang apa pun, tak terkecuali dunia kerja, sikap kreatif erat kaitannya dengan antusiasme dan gairah kerja demi mencapai kesuksesan.
Setiap orang mesti punya kemampuan untuk meningkatkan kreativitasnya masing-masing. Artinya, kita jangan sampai hanya takjub dengan ide-ide orang lain saja, tapi bagaimana ide kita bisa lebih kreatif dan cemerlang.

Dan sebuah ide kreatif itu tidak mesti dikemukakan ke orang lain, tapi sikap kita, kinerja kita dalam menjalankan ide itu lebih penting, karena hasil kerja kita langsung kelihatan. Darisitulah orang menilai bahwa kita punya ide yang harus didukung. Dan ide itu tidak perlu bicara, karenanya, kita harus kreatif.
Mengapa harus kreatif? Sebab banyak orang di sekitar kita justru sering terlihat santai dan mengabaikan kreaitivitasnya. Kita tidak tahu sebab musababnya, apakah karena malas? Tidak fokus? Atau memang tidak menyadari manfaat dari kreaivitas itu? Entahlah karena setiap orang punya kreatif juga untuk bersikap.
Menurut saya, menjadi kreatif itu penting. Terlebih dalam dunia kerja. Untuk meningkatkan kinerja dan mencapai hasil maksimal, maka butuh kreativitas tinggi. Sebab dalam hidup, kita pasti selalu berhadapan dengan masalah. karena itu, maka kita perlu ide-ide untuk mengatasi masalah tersebut. Kita harus kreatif mencari ide-ide untuk memecahkan masalah yang kita hadapi. Sebab masalah bisa datang dari mana pun, dan kapan pun. Dia tidak mengenal ruang dan waktu, bila kita tidak kreatif, maka ujung-ujungnya jadi stress sendiri.
Dalam pekerjaan, persaingan tidak pernah berhenti. Kita akan menghadapi produk yang sama dengan orang lain. Makanya kita harus kreatif menghasilkan ide-ide untuk membuat atau memperbaiki produk kita agar tetap unggul.
Kreativitas ditentukan sejauh mana kita menginginkan hal-hal baru. Motivasi ini dilandasi sejauh mana kita menginginkan perbaikan dalam hidup kita atau sejauh mana kita sedang mengalami kesulitan. Maka itulah yang mendorong sikap kreatif kita.
Dalam perusahaan, yang membedakan kita dengan karyawan lain adalah soal kreativitas kita dalam mencari solusi, menghasil ide-ide dan terobosan, serta dalam menjalankan tugas sendiri. Kadang kita lalai dan tidak disiplin. Orang kreatif tidak menyerah, karena selalu memiliki solusi alternatif. Itulah fakta mengapa kita harus menjadi orang kreatif...? mari kita renungkan....

Baca Selengkapnya..

PLN dan Byarpet

Oleh TY

Jumat (2/7) kemarin, Gubernue Kalimantan Barat, Cornelis meresmikan mesin baru milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Kalimantan Barat.
Mesin baru tersebut berkekuatan 30 Mega Watt. Artinya, kini ada penambahnan daya sebesar 30 MW. Selama ini PLN Kalbar selalu mengeluhkan kekurangan daya. Dan kekuarangan daya itu pulalah yang menjadi penyebab salah satu mengapa PLN sering melakukan byarpet.

Akibat byarpet yang selalu sering dari PLN itu, bahkan sampai tidak terjadwal lagi, sehingga masyarakat konsumen banyak dirugikan. Baik dari segi materi maupun peluang usaha lainnya.
Dari segi material, jelas akibat seringnya byarpet itu peralatan elektronik rusak, apesnya lagi kasus kebakaran sudah tidak terhitung. Parahnya, walau polisi sudah menduga kebakaran akibat arus pendek atau byarpet sekalipun, tidak pernah di proses.
Aneh memang. Tapi itulah fakta di negeri ini, masyarakat selalu pada posisi yang tidak berdaya. Terlebih masyarakat konsumen PLN yang selama ini memang mengandalkan PLN sebagai satu-satunya alat penerangan.
Kita tentu berharap, dengan diresmikannya mesin baru berkekuatan 30 MW itu, cukup untuk melayani konsumen yang tersebar dari area Pontianak, Mempawah dan Singkawang.
Terlebih lagi untuk menghadapi masa puasa dan lebaran nanti. PLN harus bisa menjamin tidak ada lagi pemadaman. Kasihan masyarakat terutama yang menunaikan ibadah puasa, akan kerepotan bila harus menyediakan santapan sahur bila listrik yang disuplai PLN tidak menyala alias byarpet.
Kita tidak ingin, justru di bulan puasa masyarakat tidak tenang menjalankannya. Yang ada justru protes dan demo dengan PLN.
Mudah-mudahan dengan ditambahkannya daya mampu dari sistem Khatulistiwa ini, maka daya 175 MW yang selama ini kita pakai meningkat menjadi 205 MW.
Selain itu, untuk mendukung agar tidak terjadi lagi byarpet lagi, pihak PLN juga berencana akan menyewa mesin pembangkit berkapasitas 50 MW untuk memperkuat pelayanan di Sistem Khatulistiwa itu. Dan mesin dengan kapasitas 30 MW itu adalah tahan pertama yang sudah terealisasi.
Artinya, selanjutnya nanti tinggal 20 MW yang sedang dalam pengerjaan dan rencananya masuk ke Sistem Khatulistiwa pada Agustus atau September mendatang.
Dengan penambahan kapasitas tersebut maka dapat memenuhi kriteria N-1 pembangkitan. "Artinya, akan tersedia cadangan daya sebesar satu unit pembangkit terbesar pada masing-masing sistem.
Saat ini mesin pembangkit terbesar di Sistem Khatulistiwa yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berkapasitas 30 MW.
Selain itu, kita masih punya potensi sumber energi listrik lainnya seperti air, angin dan matahari yang belum dimanfaatkan secara optimal. Adalah tugas kita bersama terutama stakeholder yang punya wewenang, saatnyalah mengarahkan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya listrik yang belum tergarap tersebut.

Baca Selengkapnya..