BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, January 27, 2009

Mensyukuri Imlek


Foto Perayaan Imlek
Perayaan Imlek di Pendopo Gubernur Kalbar, Minggu (25/1) FOTO Lukas B Wijanarko/Borneo Tribune
=============
Senin (26/1) atau 2560 Imlek berdasarkan penanggalan China, masyarakat Tionghoa yang menganut agama Katolik berduyun-duyun mendatangi gereja untuk menghadiri misa Imlek.

Sama dengan di tempat lain, setiap tahun baru Imlek, atau tahun baru kalender China, Gereja Katolik di Pontianak selalu menyelenggarakan perayaan misa khusus Tahun Baru Imlek.
Dua gereja yang selalu dipadati saat Imlek tiba, yakni Gereja Gembala Baik di kawasan pelabuhan Shenghie dan Gereja Katedral Santo Yoseph.
Di Gereja Katedral, misa Perayaan Tahun Baru Imlek dipimpin langsung Uskup Agung Pontianak, Mgr. Hieronymus Bumbun, OFM.Cap didampingi Pastor Petrus Rustandy, OFM.Cap.
Dengan hiasan dan pakaian bercorak oriental yang serba merah, termasuk bunga mei hwa, lampion serta pernak pernik bergambar shio kerbau, menghiasi setiap ruang gereja. Lagu puji-pujian pun berirama Mandarin.
Simbol kerbau karena tahun baru ini adalah shio kerbau. Bila shio kerbau, dalam setiap usaha kita mesti keberja lebih keras lagi. Walau kerja keras, tapi peluang keberuntungan tetap ada. Begitu kata tetua-tetua Tionghoa mengomentari tahun kerbau ini.
Usai misa, Pastor Petrus Rustandy membagi-bagikan jeruk keberuntungan yang sudah dikerkati kepada umat.
Setiap umat mendapat dua buah jeruk. Mereka percaya dengan menerima buah jeruk yang sudah diberkati itu akan mendatangkan kebaikan dan keberuntungan.
Ada satu hal yang khas dalam perayaan imlek, yakni bagi-bagi angpao. Imlek dan angpao tidak bisa dipisahkan. Keduanya seperti Yin dan Yang. Saling melengkapi. Bila tahun baru China atau Imlek tiba, anak-anak pasti senang. Sebab mereka pasti dapat angpao dari orang tua, paman, kakak dan orang-orang yang mampu.
Demikian juga di kelenteng-kelenteng atau vihara, malam menyambut tahun baru Imlek selain dipadati umat Konghucu yang akan bersembahyang, juga berjubel kaum duafa yang menantikan pembagian untuk mendapatkan angpao dari orang-orang yang mampu atau berkecukupan.
Memberi angpao adalah berbagi kesenang. Berbag kebahagiaan terutama dengan anak-anak dan orang yang kurang mampu. Sehingga setiap menyambut tahun baru Imlek, di kelenteng-kelentang atau vihara selalu dipadati kaum duafa tersebut.
Tradisi bagi-bagi angpao juga ada di gereja Katolik. Lewat siaran televisi nasional, kita bisa saksikan Uskup Pangkalpinang Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD membagi-bagikan angpao setelah memimpin perayaan misa Tahun Baru Imlek 2560.
Misa khusus untuk warga keturunan Tionghoa di Gereja Katolik Santo Petrus Lubukbaja, Batam itu berlangsung khidmat. Usai misa dilanjutkan dengan pembagin angpao kepada umat yang ikut merayakan misa Imlek.
Syukuran atau doa agar di tahun yang baru kehidupan bisa lebih baik lagi, sebetulnya tidak hanya dilakukan warga Tionghoa yang Katolik saja, tapi semua warga Tionghoa. Tentu bentuknya macam-macam, sesuai agama dan kepercayaannya. Kalau yang Khonghucu mereka bakar hio di kelenteng, Budha bakar hio di vihara-vihara. Demikian juga dengan Tionghoa yang Islam, mereka pasti mensyukuran Imlek itu dengan caranya masing-masing.
Sedangkan kehadiran naga dan barongsai itu adalah untuk tolak bala, mengusir roh-roh jahat agar tidak mengganggu keharmonisan hidup manusia. Gong Xi Fat Cai.

1 komentar:

Anonymous said...

Hallo Tanto, apai berita ?
Lamak mada kalak betomu. Akher-akher tuk banyak aku mantau foto BOSAR dirik mejeng ditepi jalan wilayah sanggau ( Lintas Jln Balai karangan terutama, karna aku dah jadi orang Kembayan). Selamat bah semoga sukses. (Darto)