BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, November 16, 2009

Jujur dan Sumpah

Oleh TY

Hari-hari terakhir ini kita saksikan berita di televisi maupun koran atau majalah, fokus utamanya adalah pemberitaan seputar perseteruan Kepolisian dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Secara kasat mata kita masyarakat melihat ada yang aneh dan janggal dari perseteruan dua lembaga penegak hukum itu. Dan secara kasat mata pula pertanyaan masyarakat seakan sengaja tidak dijawab.
Padahal kalau mau jujur, jawabannya sudah jelas terang benderang. Masyarakat kini hanya menunggu jawaban resmi saja.
Dan saya yakin masyarakat sudah bisa menyimpulkan sendiri dari benang kusut yang sudah lebih sepekan ini di pertontonkan ke publik itu.
Satu kalimat klasik layak dikedepannya. Yakni jujur. Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan masyarakat. Akan tetapi bisa jadi kata tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah di sekitar kita, yaitu menyangkut moral maupun akhlak seseorang.
Dan jujur itu erat kaitnya dengan jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan termasuk menjernihkan persoalan KPK-Polri tersebut.
Hemat saya, jujur merupakan sifat yang terpuji. Sebab jujur itu tidak mesti dengan sesama manusia saja, tapi juga kepada Tuhan.
Bila saja ada kejujuran diantara Kepolisian, Kejaksaan dan KPK sendjri, maka akan ada keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Sebab tidak mungkin seorang yang munafik bisa dikatakan sebagai seorang yang jujur walau dia menampakkan dirinya sebagai ’orang baik’. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
Nah, pertanyaan kita sebagai masyarakat apakah kejujuran itu bisa hilang diantara dusta yang ada? Apakah harus bersumpah agar kejujuran itu bisa muncul ke permukaan?
Dalam perseteruan Polri-KPK ini, kita juga menyaksikan sumpah. Sumpah yang dilakukan petinggi Polri, KPK maupun mereka-mereka yang terlibat di dalamnya.
Apakah dengan sumpah semuanya bisa tuntas? Belum tentu! Sebab sekali lagi kunci dari semuanya itu adalah kejujuran. Ya jujur itu panglimanya.

0 komentar: