Oleh Tanto Yakobus
Di suatu subuh, hari agak gerimis.
Kriing.......kriing......kriing, suara telepon di ruang tengah.
”Ma, angkat teleponnya ma,” kataku kepada istri yang lagi sibuk mempersiapkan sarapan pagi anak-anak di dapur.
”Papa masih bersihkan motor neh, sebentar lagi antar anak-anak ke sekolah. Kalau tak dipanaskan, takut mogok di jalan.”
Halo....selamat pagi....suara istriku.
”Ini dengan Pak Bupati....”
”Bupati?”
”Bupati mana?”
Tanya istriku.
Bupati...adalah.
”Bapaknya ada?”
Tanya sang bupati dari seberang.
”Ada, tunggu ya,” jawab istriku.
Pa.....ini telepon dari bupati.
”Halo..., selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu?”
”Kebetulnya, saya butuh seorang yang punya wawasan luas, terutama mengerti media.
Saya perlu penasehat untuk mengkounter berbagai opini seputar pemerintahan saya,” jelasnya.
Oh, kalau sekedar penasehat untuk membentuk opini atau pencitraan bapak, ya bisalah, jawabku.
Bruk......motorku tumbang di depan, karena standarnya tak benar. Aku pun buru-buru memutuskan omongan dengan bupati. Wah jangan-jangan cacat motorku itu. Aku pun meletakkan telepon.
Tanganku terasa panas, eh ternyata anakku ngompol dan hari sudah pagi.
Ah, ternyata aku mimpi rupanya.
Thursday, November 27, 2008
Penasehat Bupati
Diposting oleh Tanto Yakobus di 5:29 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment