BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, December 10, 2007

Adrianus Asia Sidot Pimpin ISKA Korda Kalbar


Tanto Yakobus
Borneo Tribune, Pontianak

Musyawarah Daerah Ikatan Sarjana Katolik Koordinator Daerah (ISKA Korda) Provinsi Kalimtanan Barat yang berlangsung selama dua hari di biara Kapusin komplek Tirtaria Pontianak, berhasil memilih Drs. Adrianus Asia Sidot, M.Si sebagai ketua baru ISKA Korda Provinsi Kalbar periode 2008-2011, Minggu (9/12) kemarin.

Ada beberapa rangkaian acara yang dikemas dalam Musda yang diikuti ISKA Basis (sebutan untuk kabupaten/kota, red) se-Kalbar dan peserta peninjau itu, diantaranya, misa kudus, ramah tamah dan materi jurnalistik dan politik. Kedua acara terakhir dilaksanakan Minggu kemarin. Panitia ingin memberikan hal baru kepada peserta dengan pemahaman jurnalistik yang menyuguhkan materi jendela jurnalistik yang disampaikan saya dan Alexander Mering dari Borneo Tribune—surat kabar harian lokal di Pontianak.
Selanjutnya dirangkai dengan perkembangan politik nasional dan lokal yang disampaikan oleh Anggota Komisi II DPR-RI, Drs. Agustinus Clarus, M.Si dan Wakil Bupati Landak, Drs. Adrianus Asia, M.Si, lalu diperkuat oleh mantan bupati Kabupaten Pontianak, Drs. Cornelius Kimha, M.Si.
Terkait materi yang disiapkan panitia, mendapat apresiasi yang baik dari Adrianus Asia Sidot yang sebentar lagi dilantik sebagai Bupati Kabupaten Landak—menggantikan Cornelis yang terpilih sebagai gubernur Kalbar.
Menurutnya, baik materi jurnalistik maupun perkembangan politik nasional dan lokal sama-sama menarik. Jurnalistik, karena peserta adalah kalangan interlektual, sedangkan produk jurnalistik adalah produk intelektual. Jadi antara ISKA dan jurnalistik sama-sama mengedepankan ilmu dan intelektualitas. Demikian juga dengan politik, dimana Kalbar baru saja merampungkan pesta demokrasi yang cukup sukses mengatarkan Drs. Cornelis, MH dan Drs. Christiandy Sanjaya, MM sebagai gubernur dan wakil gubernur Kalbar periode 2008-2013, pada 15 November lalu.
Suasana diskusi bergitu hidup, tak jarang disela-sela ulasan dan pertanyaan peserta, muncul ungkapan-ungkapan yang mengelitik sehingga peserta liannya pun tepuk tangan dan tertawa riuh. Saking asyiknya diskusi, tak terasa jam makan siang sampai telat hingga 1,5 jam, dari jam 12.00 WIB yang ditetapkan panitia.

“Orang Majus”
Usai terpilih sebagai ketua ISKA Korda Provinsi Kalbar, Adrianus yang didaulat memberikan kata sambutan sekaligus menutup acara, mengungkapkan rencana kerjanya, pertama akan melakukan konsolidasi organisasi.
“Kita akan menata kembali ISKA Basis, dimana selama ini ISKA Basis agak kurang aktif, maka kedepan agar lebih aktif dan proaktif terhadap kegiatan-kegiatan ISKA”.
“Dan perlu dipikirkan juga soal registrasi anggota, karena sebelumnya seluruh sarjana katolik otomatis anggota ISKA, maka kedepan kartu anggota biar jelas,” ungkap kandidat doktor dari Universitas Indonesia itu.
Lebih lanjut dikatakan Adrianus, ia akan berupaya bagaimana supaya ISKA punya sekretariat sendiri. Membuat web site sendiri dengan memanfaatkan keahlian teman-teman di media (Borneo Tribune, re), mendorong anggota untuk giat membuat buku-buku ilmiah dengan bekerjasama dengan media lokal.
“Selain itu kita juga akan membuat program advokasi, yakni membantu mereka yang lebih dan tak berdaya yang tersangkut masalah hukum. Dan itu perlu kita pikirkan bersama,” katanya.
Bagi pengurus baru, Adrianus meminta supaya meneladani tiga sarjana dari timur yang juga di sebut sebagai “Orang Majus”. Mereka tanpa pamrih dan diperintah, mendatangi kanak-kanak Yesus di Palungan.
Sebagai kaum terpelajar, Orang Majus itu bisa membaca bintang, bahwa telah lahir sang juru selamat dunia. Dengan petunjuk bintang itu mereka bisa menemukan bayi Yesus dan ibunya, Maria.
“Merakalah yang pertama kali mengetahui kelahiran Yesus dan menemuinya—lalu mempersembahkan emas, mur dan kemenyan, selanjutnya menyebarluarkan kabar gembira itu ke seluruh dunia. Ibarat jurnalis tadi, merekalah yang mempublikasikan kelahiran Yesus itu kepada semua orang ketika itu,” ulas Adrianus.
Demikian juga dengan kita di ISKA, kita harus meneladani Orang Majus itu yang pandai membaca dan menganalisis tanda dan memberi petunjuk baik kepada masyarakat maupun kepada pemimpin kita. “ISKA lah yang harus tampil memberikan masukan-masukan untuk perkembangan baik daerah maupun ilmu pengetahuan, sehingga ISKA tidak kalah dengan organisasi cendikia lainnya di Indonesia,” pinta Adrianus.
Sementara itu, pengurus inti ISKA Korda Provinsi Kalbar priode 2008-2011 adalah, Ketua, Drs. Adrianus Asis Sidot, M.Si, Wakil Ketua I, Drs. A Totok Priyadi, M.Pd, Wakil Ketua II, Eusabinus Bunau, S.Pd, M.Si, Sekretaris, Drs. Agustinus Clarus, M.Si, Wakil Sekrataris I, Drs. Clary Sada, M.Pd, Wakil Sekretaris II Dra. Sisilya Saman, M.Pd dan Bendahara Dra. Yanti Sudono.□

Baca Selengkapnya..

Monday, December 3, 2007

Siapa yang Berkepentingan dengan Perubahan Iklim?


Tanto Yakobus
Borneo Tribune, Pontianak

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencanangkan bulan Desember sebagai bulan menanam. Dan itu dimulai dari penanaman 79 juta pohon secara simbolis pada tanggal 29 November 2007 lalu di Bogor, Jawa Barat. Kegiatan serupa dilakukan di Kalimantan Barat. Setiap daerah berlomba-lomba melakukan aksi tanam pohon. Mulai dari ibukota provinsi, Pontianak hingga ke kabupaten/ kota. Pelakunya beragam pula. Ada pemerintah, TNI/ Polri, Ormas hingga kaum perempuan dan NGO.

Aksi menanam pohon ini adalah bagian dari gerakan menanam pohon nasional menyongsong Konferensi Perubahan Iklim (Conference of Parties of the United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) pada 3-14 Desember 2007. Tepatnya di Pulau Dewata Bali, negara-negara dari belahan Utara dan Selatan akan berkumpul dalam UNFCCC tersebut.
Di Kalbar sendiri ada ribuan pohon yang ditanam. Pohon-pohon tersebut di sebarkan di 13 kabupaten/ kota. Bibit yang disiapkan dari jenis pohon keras dan buah-buahan seperti mahoni, angsana, tanjung dan filicium. Ada juga jenis meranti, tengkawang, durian dan berbagai jenis buah lainnya.
Umat manusia bisa merasakan bahwa bumi kini makin tua dan panas akibat polusi yang menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Es kutub Selatan kian menyusut dan suhu bumi bertambah sekitar 5 derajat Celcius dalam seabad terakhir.
Pemanasan global berdampak langsung pada kehidupan manusia mulai dari perubahan iklim yang menyebabkan penurunan produktivitas pangan dan penyebaran penyakit.
Karena itu, sudah bukan cerita baru bahwa Pemerintah Indonesia akan menggunakan konvensi di Bali untuk memacu keikutsertaan negara-negara maju dalam menekan laju perubahan iklim tersebut.
Negara-negara penyumbang polusi di dunia, khususnya Amerika Serikat, adalah sasaran utama agar mau membayar lebih demi kelestarian hutan dengan meratifikasi Protokol Kyoto.
Posisi tawar Indonesia jelas. Bila Indonesia harus mempertahankan hutan yang berfungsi sebagai penyerap CO2 atau paru-paru dunia, maka negara-negara maju penyumbang polusi dunia wajib menyokong dana pemeliharaan `zamrud hijau` di Khatulistiwa ini.
Kendati demikian, tidak ada salahnya bila `kita` mengeritisi maksud rencana aksi nasional ini. Menanam pohon adalah cara yang mudah untuk dilakukan, tapi yang paling sulit adalah kesadaran untuk merawatnya.
Jika kita mau kritis, mungkin saja aksi nasional ini hanya satu upaya untuk manarik perhatian negara lain tentang keseriusan Indonesia menjelang UNFCC. Namun selanjutnya, mungkinkah bakal jauh panggang dari api?
Kalbar bisa dikatakan sebagai daerah yang amat strategis untuk nilai tawar pemerintah dengan Negara-negara Eropa dan Amerika yang berkepentingan dengan hijaunya hutan.
Sebab Kalbar memiliki sejumlah taman nasional dan kawasan hutan perawan yang masih luas. Misalnya, Taman Nasional Danau Sentaraum (TNDS) dan Taman Nasional Betung Kerimun (TNBK), punya daya pikat tersendiri bagi dunia luar.
TNDS adalah hutan tropis basah yang memiliki biota terlengkap di dunia. Berbagai speciel ikan yang tidak ditemukan di belahan dunia lain.
Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan, ribuan jenis yang hidup di hutan tersebut. Jadi posisi kita jelas. Tinggal apa kontribusi Negara-negara yang punya kepentingan itu dengan kita.
Apalagi kelakangan, Pemkab Kapuas Hulu menetapkan beberapa kawasan di kabupaten paling ujung Kalbar itu sebagai kawasan konservasi. Nah, yang perlu ditunggu, sejauhmana perkembangan dan nilai manfaat dari konservasi alam itu baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat setempat. Itu yang belum jelas.
Namun, dari luas hutan yang ada, jumlah lahan yang rusak atau kritis juga tidak sedikit. Bahkan perusak yang nyata adalah praktik illegal logging dan perambahan hutan oleh oknum tertentu yang mengatasnamakan ijin perusahaan sawit.
“Ini yang celaka, ijin perkebunan sawit, tapi sebelum sawit ditanam, perusahaan membabat kayu di dalam maupun sekitarnya,” kata Ditektur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar, Saban Setiawan.
Dan motif itu hampir terjadi di setiap daerah yang masuk perkebunan kelapa sawit. Seperti yang baru-baru ini terjadi di Kabupaten Sintang, ada perusahaan yang membabat kayu dengan dali ijin perkebunan sawit. “Sebelum tanam sawit, mereka sudah untung dari menebang kayu. Setelah habis kayu mereka cabut, dan itu mesti diwaspadai,” ungkapnya.
Bahkan Walhi berasumsi bahwa lahan kritis Kalbar lebih banyak lagi, yang disebabkan oleh pertambangan emas tanpa ijin (PETI) maupun kritis akibat tanaman homogen semisal sawit.
Sebab, sawit bukanlah jenis pohon yang dapat meresap air, bahkan sawit rakus air. Pengembangan lahan perkebunan sawit dapat mengurangi daya tahan tanah dan musuh terbesar bagi konservasi alam.
“Ada kecenderungan pembangunan pada era otonomi daerah seperti tidak terkontrol dan cenderung kurang ramah lingkungan,” ujarnya.
Karenanya, langkah Presiden SBY melakukan aksi tanam 79 juta pohon perlu didukung. Itu juga salahsatu upaya menekan laju “kebijakan pembangunan yang salah” di daerah.
Gerakan ini tidak hanya akan berhenti ketika selesai menanam, tapi diharapkan juga keberlanjutan dari kesadaran masyarakat untuk merawat pohon yang sudah mereka tanam tersebut.
Itu bisa jalan, apabila pengawasan dilakukan oleh dinas terkait yang hasilnya dilaporkan ke Departemen Kehutanan dan Kementrian Lingkungan Hidup lalu ke Presiden RI. Dengan demikian, maka dampak global yang seram kedengarannya itu tidak akan terbukti. Karena kita sudah mengantisipasinya dengan gerakan menanam pohon tersebut.□

Baca Selengkapnya..

Saturday, December 1, 2007

Memaknai Hari AIDS

Hari ini, tanggal 1 Desember, masyarakat dunia akan memperingati hari AIDS se-dunia.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV), divonis sebagai virus yang mematikan dan hingga kini belum ditemukan obatnya.
Sejauh ini dunia kedokteran baru bisa menemukan obat penjinak—yang artinya hanya bisa memperpanjang umur penderita lewat “penjinakan” virusnya saja. Ancaman penyebaran HIV-AIDS tidak main-main. Ia ada di sekitar kita. Ia tidak kelihatan, tapi penyebarannya seperti gunung es yang meleleh kemana-mana.
HIV-AIDS kedengarannya memang seram. Apalagi kalau kita melihat mereka yang terserang virus ini, kehidupannya lalu terkucil. Terkucil dari lingkungan masyarakatnya, bahkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Sungguh menyedihkan bagi si penderita. Apalagi stigma tentang HIV-AIDS seakan-akan menjadi penyakit kutukan—yang berlangsung bertahun-tahun.
Parahnya lagi, perawatannya di rumah sakit di tempatkan di ruang isolasi. Secara psikologis baik penderita maupun keluarga betul-betul terpukul dengan kondisi ini. Tapi walau demikian, secara tidak sadar kita kurang mawas diri bahkan tidak mau membentengi diri. Terutama bagi mereka yang dekat dengan dunia hiburan.
Walau tidak semua, tapi dunia hiburan rentan terkena HIV/AIDS. Sebab di dunia hiburan intensitas peredaran obat-obatan terlarang (Narkoba) cukup tinggi. Dan orang-orang berduitlah yang bisa menikmatinya. Lalu yang terhindari dari kalangan ini adalah prilaku seks bebas (free sex). Apalagi pelaku enggan menggunakan kondom karena ketidak nyamanan dalam berhubungan.
Di sisi lain, sosialisasi pemakaian kondom masih “tabu” di kalangan masyarakat kita. Terutama tabu bagi para pelajar. Maka data yang ada pun, pengidap dari kalangan pelajar cukup tinggi.
Sebetulnya kalau kita sadar, menghindari HIV/AIDS itu gampang sekali. Sebab menurut penjelasan dokter yang memang ahli menangani HIV/AIDS penyebaranya juga tidak mudah. Kalau mau aman, hindari narkoba terutama jarum suntik, dan “jajan” di luar rumah alias gonta-ganti pasangan. Kalau setiap orang bisa menjaga itu, kita pasti bisa memutuskan mata rantai penyebaran HIV-AIDS tersebut.
Bahkan sekarang untuk rumah sakit tertentu, pasien pengidap virus HIV/AIDS perawatannya tidak lagi di ruang isolasi. Mengapa? Karena itu tadi, penyebaranya tidak seperti yang ditakut selama ini. Dulu orang takut bersinggungan dengan penderita. Dulu orang takut penyebarannya bisa lewat udara atau kontak fisik dengan cara bersinggungan.
Tapi sekarang tidak lagi. Sebab para ahli sudah bisa memastikan bahwa penyebaran HIV/AIDS hanya lewat jarum suntik, hubungan seks, air liur, darah yang mengenai luka. Lewat media seperti itulah virus ini menular atau menyebar.
Nah, terhadap penderita tidak perlu lagi ditakuti, tidak perlu lagi dikucilkan. Sebab dia sudah menderita secara fisik dan mental. Padahal dia masih punya kesempatan hidup lebih lama, asal bisa menjaga kesehatan dengan melakukan kontrol ke dokter yang mengerti HIV/AIDS.
Yang tak kalah pentingnya adalah memperhatikan kebersihan tubuh dan lingkungannya. Terpenting jaga jangan sampai stress. Bila stress dan badan lemah maka virusnya akan menguat. Makanya perlu perlawanan dengan semangat hidup yang tinggi.
Sebagai peringatan bagi kita bersama, kita mendukung tindakan para mahasiswa maupun para aktivis HIV-AIDS yang menggelar aksi turun ke jalan-jalan dalam rangka memperingati hari HIV/AIDS se-dunia itu.
Hari ini rencananya, Mahasiswa Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak maupun para aktivis akan mengelar aksi solidaritas HIV/AIDS di Bundaran Untan, dan Ayani Megamall.
Kita melihat aksi mereka sebagai peringatan bagi anak-anak muda yang memang rentan dengan penyebaran HIV-AIDS ini. Kita ingin anak-anak yang menjadi harapan para orang tuanya, juga paham dengan bahaya virus tersebut.
Kita ingin mereka sadar, virus tersebut membunuh harapan dan masa depan mereka. Makanya kita dukung aksi para aktivis tersebut.
Secara nasional, penderita HIV/AIDS, angkanya sungguh mengerikan. Dan yang bikin miris, penderita adalah para bayi. "Saat ini bayi-bayi tersebut tetap di asuh orang tua masing-masing tetapi dalam pemantauan Global Fund Kalbar," kata relawan dari Global Fund - AIDS Malaria TBC (GF - ATM) Kalbar, Rizal Ardiansyah di Pontianak, Kamis lalu.
Kondisi itu sungguh mengerikan. Mengerikan karena mereka sudah tidak punya harapan hidup. Kalau mereka bisa bicara, mungkin mereka akan katakan “mengapa aku terlahir dengan kondisi pengidap virus HIV/AIDS?” Mereka adalah orang-orang yang tidak berdosa. Menyesalkan ayah-ibu mereka yang mewariskan penyakit kepada bayinya? Kita masing-masinglah yang bisa menjawabnya dengan membentengi diri dan keluarga.
Sebab bila tidak dimulai dengan kita, maka korban akan semakin bertambah. Karena fenomena gunung es tadi.
Bayangkan, data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, sejak 1993 hingga September 2007, tercatat 1.098 pengidap HIV positif, 658 pengidap AIDS dan 171 kasus meninggal dunia. Kawasan pesisir Kalbar seperti Kota Pontianak tercatat paling banyak pengidap yakni 510 HIV positif dan 285 AIDS, kemudian Kota Singkawang 351 HIV positif dan 277 AIDS, Kabupaten Pontianak 95 HIV positif dan 38 AIDS, Kabupaten Sambas 55 HIV positif dan 9 AIDS. Kasus serupa juga kini ditemukan di Kabupaten Sintang.
Nah dengan adanya hari AIDS ini kita bisa memaknainya sebagai peringatan diri bagi keluarga terkecil—ayah, ibu dan anak, keluarga terbesar, lingkungan tempat tinggal, lingkungan yang lebih besar hingga Negara ini untuk membebaskan diri dari HIV/AIDS tersebut. Semoga.

Baca Selengkapnya..