BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Saturday, December 1, 2007

Memaknai Hari AIDS

Hari ini, tanggal 1 Desember, masyarakat dunia akan memperingati hari AIDS se-dunia.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV), divonis sebagai virus yang mematikan dan hingga kini belum ditemukan obatnya.
Sejauh ini dunia kedokteran baru bisa menemukan obat penjinak—yang artinya hanya bisa memperpanjang umur penderita lewat “penjinakan” virusnya saja. Ancaman penyebaran HIV-AIDS tidak main-main. Ia ada di sekitar kita. Ia tidak kelihatan, tapi penyebarannya seperti gunung es yang meleleh kemana-mana.
HIV-AIDS kedengarannya memang seram. Apalagi kalau kita melihat mereka yang terserang virus ini, kehidupannya lalu terkucil. Terkucil dari lingkungan masyarakatnya, bahkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Sungguh menyedihkan bagi si penderita. Apalagi stigma tentang HIV-AIDS seakan-akan menjadi penyakit kutukan—yang berlangsung bertahun-tahun.
Parahnya lagi, perawatannya di rumah sakit di tempatkan di ruang isolasi. Secara psikologis baik penderita maupun keluarga betul-betul terpukul dengan kondisi ini. Tapi walau demikian, secara tidak sadar kita kurang mawas diri bahkan tidak mau membentengi diri. Terutama bagi mereka yang dekat dengan dunia hiburan.
Walau tidak semua, tapi dunia hiburan rentan terkena HIV/AIDS. Sebab di dunia hiburan intensitas peredaran obat-obatan terlarang (Narkoba) cukup tinggi. Dan orang-orang berduitlah yang bisa menikmatinya. Lalu yang terhindari dari kalangan ini adalah prilaku seks bebas (free sex). Apalagi pelaku enggan menggunakan kondom karena ketidak nyamanan dalam berhubungan.
Di sisi lain, sosialisasi pemakaian kondom masih “tabu” di kalangan masyarakat kita. Terutama tabu bagi para pelajar. Maka data yang ada pun, pengidap dari kalangan pelajar cukup tinggi.
Sebetulnya kalau kita sadar, menghindari HIV/AIDS itu gampang sekali. Sebab menurut penjelasan dokter yang memang ahli menangani HIV/AIDS penyebaranya juga tidak mudah. Kalau mau aman, hindari narkoba terutama jarum suntik, dan “jajan” di luar rumah alias gonta-ganti pasangan. Kalau setiap orang bisa menjaga itu, kita pasti bisa memutuskan mata rantai penyebaran HIV-AIDS tersebut.
Bahkan sekarang untuk rumah sakit tertentu, pasien pengidap virus HIV/AIDS perawatannya tidak lagi di ruang isolasi. Mengapa? Karena itu tadi, penyebaranya tidak seperti yang ditakut selama ini. Dulu orang takut bersinggungan dengan penderita. Dulu orang takut penyebarannya bisa lewat udara atau kontak fisik dengan cara bersinggungan.
Tapi sekarang tidak lagi. Sebab para ahli sudah bisa memastikan bahwa penyebaran HIV/AIDS hanya lewat jarum suntik, hubungan seks, air liur, darah yang mengenai luka. Lewat media seperti itulah virus ini menular atau menyebar.
Nah, terhadap penderita tidak perlu lagi ditakuti, tidak perlu lagi dikucilkan. Sebab dia sudah menderita secara fisik dan mental. Padahal dia masih punya kesempatan hidup lebih lama, asal bisa menjaga kesehatan dengan melakukan kontrol ke dokter yang mengerti HIV/AIDS.
Yang tak kalah pentingnya adalah memperhatikan kebersihan tubuh dan lingkungannya. Terpenting jaga jangan sampai stress. Bila stress dan badan lemah maka virusnya akan menguat. Makanya perlu perlawanan dengan semangat hidup yang tinggi.
Sebagai peringatan bagi kita bersama, kita mendukung tindakan para mahasiswa maupun para aktivis HIV-AIDS yang menggelar aksi turun ke jalan-jalan dalam rangka memperingati hari HIV/AIDS se-dunia itu.
Hari ini rencananya, Mahasiswa Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak maupun para aktivis akan mengelar aksi solidaritas HIV/AIDS di Bundaran Untan, dan Ayani Megamall.
Kita melihat aksi mereka sebagai peringatan bagi anak-anak muda yang memang rentan dengan penyebaran HIV-AIDS ini. Kita ingin anak-anak yang menjadi harapan para orang tuanya, juga paham dengan bahaya virus tersebut.
Kita ingin mereka sadar, virus tersebut membunuh harapan dan masa depan mereka. Makanya kita dukung aksi para aktivis tersebut.
Secara nasional, penderita HIV/AIDS, angkanya sungguh mengerikan. Dan yang bikin miris, penderita adalah para bayi. "Saat ini bayi-bayi tersebut tetap di asuh orang tua masing-masing tetapi dalam pemantauan Global Fund Kalbar," kata relawan dari Global Fund - AIDS Malaria TBC (GF - ATM) Kalbar, Rizal Ardiansyah di Pontianak, Kamis lalu.
Kondisi itu sungguh mengerikan. Mengerikan karena mereka sudah tidak punya harapan hidup. Kalau mereka bisa bicara, mungkin mereka akan katakan “mengapa aku terlahir dengan kondisi pengidap virus HIV/AIDS?” Mereka adalah orang-orang yang tidak berdosa. Menyesalkan ayah-ibu mereka yang mewariskan penyakit kepada bayinya? Kita masing-masinglah yang bisa menjawabnya dengan membentengi diri dan keluarga.
Sebab bila tidak dimulai dengan kita, maka korban akan semakin bertambah. Karena fenomena gunung es tadi.
Bayangkan, data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, sejak 1993 hingga September 2007, tercatat 1.098 pengidap HIV positif, 658 pengidap AIDS dan 171 kasus meninggal dunia. Kawasan pesisir Kalbar seperti Kota Pontianak tercatat paling banyak pengidap yakni 510 HIV positif dan 285 AIDS, kemudian Kota Singkawang 351 HIV positif dan 277 AIDS, Kabupaten Pontianak 95 HIV positif dan 38 AIDS, Kabupaten Sambas 55 HIV positif dan 9 AIDS. Kasus serupa juga kini ditemukan di Kabupaten Sintang.
Nah dengan adanya hari AIDS ini kita bisa memaknainya sebagai peringatan diri bagi keluarga terkecil—ayah, ibu dan anak, keluarga terbesar, lingkungan tempat tinggal, lingkungan yang lebih besar hingga Negara ini untuk membebaskan diri dari HIV/AIDS tersebut. Semoga.

0 komentar: