BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Wednesday, February 11, 2009

Jadikan Perbatasan Beranda Depan


MANUSIA PERBATASAN
Masyarakat Kecamatan Sajingan Sambas baik berjalan kaki maupun berkendaraan bermotor sudah mantap keluar-masuk untuk aktivitas perdagangan. Mereka mengaku semakin cinta Indonesia karena sudah mendapat perhatian pembangunan. FOTO Nur Iskandar/Borneo Tribune
============
Oleh Tanto Yakobus

Pemerintah Pusat kini tengah fokus memikirkan pembangunan daerah perbatasan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) baik dalam kampanye pilpres 2004 lalu muapun setelah terpilih menjadi Presiden keenam Republik ini, menegaskkan konsepnya untuk menjadikan perbatasan beranda depan negeri ini.

Memang untuk menuju ke arah sana tidaklah mudah. Butuh pemikiran, butuh konsep, butuh waktu, butuh tenaga, dan tentu butuh biaya yang tidak sedikit pula.
Bahkan presiden-presiden pada pemerintah sebelumnya juga mengatakan tekad yang sama untuk membangun kawasan perbatasan. Sebab keberadaan perbatasan amat penting dan strategis terutama bagi masyarakat yang selama ini tinggal di sana.
Konon beberapa orang mengatakan, masyarakat kita disana lebih kenal pejabat Malaysia ketimbang pejabat di negerinya. Mereka lebih kenal Mahatir Muhammad ketimbang Soeharto ketika itu.
Dan fakta lapangan selama ini, kiblat kehidupan, terutama perekonomian mereka di perbatasan lebih condong ke Malaysia. Sebab selain biaya transportasi yang murah, harga barang juga terjangkau, bila dibandingkan mereka harus membeli kebutuhan sehari-hari ke kecamatan terdekat.
Selain jarak tempuh jauh bahkan bisa berhari-hari, harganya jelas dua kali lipat bila mereka berbelanja di Jiran.
Kondisi itulah membuat Pemerintah Pusat menaruh perhatian besar terhadap pembangunan kawasan perbatasan. Bahkan keinginan pemerintah pusat itu bak gayung bersambung dengan keinginan Gubenur Kalbar, Cornelis, soal konsep pembangunan perbatasan.
Bahkan dalam visi misinya, Cornelis membalik paradigma pembangunan yang selama ini dimulai dari kota ke desa. Tapi Pemprov Kalbar di bawah kendali Cornelis menghendaki pembangunan dari desa ke kota, dan salahsatunya pembangunan kawasan perbatasan dan kepulauan.
Khusus perbatasan, kini dipersiapkan pembukaan Pos Lintas Batas (PLB) di Aruk (Sambas) dan Badau (Kapuas Hulu).
Rencananya, dalam waktu dekat Presiden SBY sendiri akan meninjau dua rencana PLB baru tersebut. Hal itu ditandai dengan kunjungan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Departemen Dalam Negeri dan Markas Besar TNI untuk melihat langsung kesiapan pembukaan PLB Indonesia-Malaysia itu.
Hasil peninjauan itu, baru bisa dipastikan kapan PLB bisa dibuka. Namun itu juga mesti melihat kesiapan dari pihak Malaysia juga. Secara teknik, kita lebih siap dari Malaysia.
Peninjauan juga untuk melihat dari segi keamanan yang dilakukan TNI dan Polri di sekitar perbatasan Kalbar-Sarawak, baik dari segi ancaman perdagangan manusia, pembalakan hutan secara liar, penyelundupan dan praktik "illegal" lain yang sangat rawan terjadi.
Nah, dengan dibukanya dua PLB baru tersebut, maka di Kalbar sendiri nantinya ada tiga PLB, yakni Entikong, Aruk dan Badau. Dengan semakin terbukanya perbatasan, maka mau tidak mau pemerintah mesti menjadikan perbatasan sebagai beranda terdepan Republik ini, karena berhubungan langsung dengan pihak luar. Sanggupkah?

0 komentar: