BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Wednesday, June 22, 2011

Demokrasi Warung Kopi

Oleh Tanto Yakobus

Dua hari ini saya ada kesempatan kongkow-kongkow di warung kopi. Beberapa tahun silam saya sudah nongkrong di warung kopi, namun karena kesibukan, kebiasaan itu terhenti. Tapi kemarin saya kembali menjumpai ’teman-teman’ lama warung kopi di kawasan Nusa Indah, Merapi hingga Hijas.

Karena teman-teman warung kopi itu berasal dari beragam latar belakang, mulai dari politik, bisnis, pedagang hingga tukang jual oborolan, maka topik bicara pun loncat sana loncat sini. Itu biasalah di warung kopi.
Tidak ada bahasan pasti. Semua mengalir begitu saja sesuai tema yang terjadi pagi itu. Tema yang dibicarakan pastilah bersumber dari koran yang dijual beberapa pengasong di warung kopi tersebut. Kebetulan pagi itu, topiknya pemilukada Landak, dimana Adrianus keluar sebagai pemenangnya. So pasti tema obrolan pun pemilukada Landak dan Adrianus.
Namanya juga warung kopi. Siapa pun di situ bebas bicara. Semua bebas membuat analisa. Ada yang memuji, ada yang mengkritik. Kadang juga mencela. Tapi tidak ada yang tersinggung, apalagi marah dengan oboral yang intonasinya tinggi rendah itu.
Bak pengamat politik sungguhan, mereka pintar bicara, pintar menganalisa. Kemenangan Adrianus yang diusung PDIP tak lain, karena itu kandangnya banteng. Analisa mereka terus berkembang hingga tak terasa hari beranjak siang.
Saya jadi terbayang, andai saja demokrasi ala warung kopi itu dipraktikkan dalam kehidupan perpolitikan sesungguhnya (di parlemen misalnya). Sebab mereka bebas bicara bahkan mencela, tapi tidak ada yang tersinggung. Mereka bebas mengekspresikan ketidaksukaan terhadap seseorang, kadang saking kerasnya bicara sehingga mengundang perhatian orang sekitar. Tapi itu tadi, tidak ada yang harus marah.
Ini barangkali sudah menjadi tatakerama tersendiri di warung kopi. Bicara bebas tentang apa saja, habis kopi semua sepi. Habis kopi semua kembali ke tempat masing-masing. Lain halnya bagi pebisnis, habis kopi lanjut bicara bisnis di kantor.
Memang warung kopi di kota Pontianak sudah multi fungsi. Tapi azas demokrasi warung kopi benar-benar terpuji. Saya salut dengan orang-orang yang bicara blak-blakan, tapi habis di warung kopi.
Padahal mereka berasal dari berbagai latar belakang, tapi satu di warung kopi. Nah, itulah indahnya demokrasi warung kopi. Tidak seperti demokrasi di parlemen, bisa-bisa kena lempar kursi. Bila Anda ingin mempraktikan demokrasi sesungguhnya, ya ke warung kopi saja, pasti lebih seru dan aman tentunya. Sekali lagi, itulah uniknya demokrasi warung kopi. Selamat mencoba!

0 komentar: