BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Sunday, May 31, 2009

Peri Tiga Masa

Oleh TY

Sabtu (30/5) siang kemarin, sepulangnya dari sekolah, Vivi memutar DVD kumpulan film Cinderella. Walau tidak menonton, saya tetap nguping dialog dalam cerita itu.
Ada pelajaran menarik dari cerita itu. Dimana seorang ibu bercerita kepada anak gadisnya yang mulai mewariskan sifat-sifat buruk, sombong dan cerewat dalam keluarganya.
Nah, si ibu mengatakan dia bermimpi didatangi bibinya yang sudah meninggal dunia. Dalam mimpi itu bibinya menceritakan ada tiga Peri yang mewakili tiga masa waktu. Yakni Peri masa lampau, Peri masa kini dan Peri masa mendatang.

Peri adalah makhluk legendaris yang berasal dari negara-negara Skandinavia dan sering muncul dalam cerita-cerita kuno dari Eropa Utara. Dalam mitologi Nordik, Peri merupakan ras Dewa kesuburan, tinggal di tempat-tempat yang alami dan asri seperti gunung, hutan, telaga, mata air, dan air terjun. Mereka dilukiskan sebagai manusia yang selalu tampak muda dan cerah.
Dengan tongkat saktinya, Peri masa lampau membawa si bibi ke kehidupannya masa lalu, dimana bibi kembali menyaksikan masa kakak-kakaknya. Sejak kecil si bibi diajarkan dengan kata-kata kasar.
Slogan dalam keluarganya, “Di dunia orang egois, hanya yang egois yang bisa hidup senang.”
Tidak ada kata-kata cinta dan kasih sayang yang masuk ke kuping bibi kecil. Semuanya kata-kata kasar dan sombong. Hari-hari dipenuhi dengan sifat egois. Semuanya aku, ingin menang sendiri.
Baik dalam berteman, maupun dalam hal makan. Semua aku yang pertama, sisanya baru yang lain. Demikian juga hingga beranjak dewasa dan punya kekuasaan. Karyawan tidak boleh ada kesenangan. Tidak diperkenankan merayakan hari ulang tahun maupun sekedar melepas penat ngobrol bersama teman-teman maupun keluarga. Hari-hari diisi dengan kerja. Tidak ada libur maupun hari raya.
Begitu pun setelah ia meninggal, dibekali dengan pakaian mahal dan pemakaman mewah. Tapi begitu masuk ke dunia lain, ia justru terpasung dengan rantai di sekujur tubuhnya.
Siang malam dia kedinginan. Bahkan si bibi tidak sanggup menyaksikan rekam hidupnya yang di putar Peri tadi. Sangat bertolak belakang kehidupannya di dunia nyata dan dunia lain.
Berikutnya datang Peri masa sekarang. Bibi diajak menyaksikan kehidupannya setelah hidup mapan. Punya perusahaan besar, dan banyak karyawan. Semua kemewahan ada padanya. Tapi tindak tanduk dan gaya bicaranya sama persis dengan bibinya ketika seumur dia.
Gaya hidup sombong yang dirasakannya ketika masih kecil, seratus persen ditiru bibi ketika dewasa. Caranya berpakaian, gaya bicara maupun tidak tanduknya, mirip sekali. Bibi kecil betul-betul copy paste dari bibinya yang merawat dia ketika masih kecil.
Bibi sampai protes sama Peri mengapa memutarkan gaya hidup bibinya dengan hidupnya sendiri yang tidak ada beda sedikit pun. Tabiatnya yang teriak-teriak, usil, curiga dengan tetangga juga diikutinya.
Karena tidak terima dengan sifat bibinya yang kasar itu, dia pun teriak hingga terbangun dari tidurnya, eh ternyata mimpi.
Karena masih tengah malam, dia pun melanjutnya tidurnya. Kembali Peri ketiga yang datang, yakni Peri masa depan. Beri masa depan membawa bibi ke dunia lain lagi. Mungkin itu dunia pertobatan. Setelah memberikan cuplikan rekaman kehidupan masa lampau dan masa kini, peri ingin menunjukkan masih ada kehidupan yang lebih cerah di depan. Asal bibi mau merubah sikap dan membuang jauh-juah sifat buruk, angkuh, dan iri hati tadi.
Nah, disini Peri menunjukkan bagaimana bibi harus memberikan waktu istirahat kepada karyawannya. Sehingga karyawannya bisa berkumpul dan bersenang-senang dengan keluarganya pada hari minggu muapun hari-hari raya.
Dengan harta yang melimpah, bibi harus menyisihkan sedikit dari hartanya untuk anak-anak yatim piatu. Dengan demikian, maka semakin banyak orang yang memuji bibi dan mendoakan bibi. Kondisi itu memang bertolak belakang dengan sebelumnya, harta melimpah, tapi dimusuhi orang, dikucilkan orang.
Usai film tersebut saya mencoba menceritakan kepada Vivi anak saya, bahwa film ingin mengambarkan sifat seorang anak yang dilahirkan seperti kertas putih. Ia polos. Karenanya, ia akan menerima tulisan berbagai macam warna. Warna yang dominan itulah yang kelak dewasa membentuk kepribadiannya dan mewarnai sifat-sifatnya. Kalau warnanya cerah, maka sifatnya juga cerah, bila warnanya hiam, maka sifatnay juga akan hitam.
Sebab anak peniru ulung. Sebagai orang tua, papa mama akan menyayangi anak-anaknya bukan saja dengan kata-kata yang indah-indah, tapi juga dengan perhatian serta lingkungan yang baik pula untuk perkembangannya. Peri tiga masa tadi menjelaskan sifat manusia sejak dilahirkan, tumbuh dewasa hingga ia meninggal dunia. Kalau kecil hidup dengan kasih sayang, rendah hati, dengan penuh cinta, maka besar ia akan mencintai orang dan lingkungannya. Demikian juga bila ia meninggal, ia akan mendapatkan tempat yang bagus juga di surga. Itulah pelajarannya, Nak.

0 komentar: