BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, November 16, 2009

Memahami Fase Negatif Anak

Oleh TY

Selain banyak membaca buku tentang keluarga dan anak, selebihnya saya banyak belajar dari perilaku kedua anak saya dalam kehidupan hari-harinya di rumah.
Anak pertama laki-laki berusia hampir sembilan tahun dan anak kedua perempuan berumur hampir tujuh tahun. Keduanya menunjukkan sifat yang cenderung berbeda. Si sulung lebih mandiri dan agak malas, sedangkan si bungsu manja dan cenderung melawan alias mengatur.

Namun yang ingin saya bagikan dengan pengalaman saya mengamati perkembangan kedua anak itu, bahwa setiap anak akan mengalami fase negativisme yang ditunjukkan dengan perilaku penolakan dan pembangkangan.
Sebagai orangtua kita perlu memahami fase negativisme itu agar tidak berlanjut hingga dewasa kelak.
Ingat, semakin anak dilarang, perilaku negatifnya akan semakin menjadi-jadi. Nah, agar hal tersebut tidak terjadi, berikut beberapa hal yang perlu perhatikan orangtua:
Hindari terlalu banyak menggunakan kata ”tidak” atau ”jangan”. Untuk melarang anak sebaiknya pilih kata positif. Misalnya, "Sayang, kita main air di kamar mandi yuk sekalian mandi sore", ketimbang, "Mama kan sudah bilang, jangan main air kran. Basah semua deh."
Beri kesempatan pada anak untuk melakukan apa yang diinginkannya--tentu saja sejauh tidak membahayakan--tapi tetap dengan pendampingan. Misal, anak ingin membantu menyiram tanaman, sediakan gayung kecil, lalu ajari anak bagaimana menyiram tanaman dengan air secukupnya.
Biasakan mengajak anak berdialog sejak kecil, meski perkembangan bahasanya masih terbatas. Umpama, anak menolak permintaan orangtua, tanyakan mengapa ia tidak mau, pancing jawabannya lalu coba arahkan bagaimana seharusnya. Terlebih di usia prasekolah, umumnya penolakan anak disertai dengan alasan. "Aku enggak mau makan. Sayurnya pahit", ”tak enak makanannya”.
Ini karena kemampuan kognitif dan bahasa anak sudah semakin berkembang, demikian juga kemampuan sosialnya. Pada usia ini anak semakin menyadari bahwa mereka dapat bertindak secara mandiri, sesuai keinginannya. Dengan kata lain anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki kekuatan untuk bertindak sesuai kehendaknya.
Berikan pilihan terbatas. Misal, anak tidak mau segera tidur, orangtua bisa menggunakan kata, "Adek mau gosok gigi dulu atau ganti baju dulu baru tidur?" Dengan begitu anak merasa dilibatkan saat pengambilan keputusan.
Dan yang paling penting, hindari kata-kata cancaman atau paksaan. Bila kita sering menggunakan ancaman atau paksaan, justru membuatnya penolakan anak semakin menjadi-jadi. Ingat anak bisa belajar bahwa segala hal bisa diselesaikan dengan ancaman atau paksaan bukan dengan dialog dan saling mendengarkan.

0 komentar: