BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, October 27, 2009

Setia pada Profesi

Oleh TY

Kita sering mendengar orang mengucapkan kata setia pada pasangan, setia pada pekerjaan, dan setia pada janji yang pernah diikrarkan.
Namun pada kesempatan ini saya ingin mengulas sedikit tentang pekerjaan yang kadang membosankan, namun tak jarang mengasyikkan karena penuh tantangan.
Yakni pekerjaan sebagai jurnalis. Ya pekerjaan jurnalis adalah pekerjaan profesi (walau kadang masuk kelompok buruh). Maka tak jarang teman yang kebetulan jurnalis ketika ditanya apa aktivitas atau pekerjaan sekarang? jawabannya; masih setia pada profesi.

Bila saya yang tanya, tentu langsung paham, pastilah itu jurnalis. Tapi bagi orang awam, taksirannya bisa macam-macam. Sebab profesi juga berlaku bagi dokter, pengacara, notaris, apoteker, psikolog, akuntan, desainer, arsitektur, dll.
Menurut Wikipedia, profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir.
Contohnya, pemain sepakbola profesional menerima bayaran mengguirkan dari klubnya, sementara sepakbola sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.
Berapa banyak pekerja yang menjalani profesi tak sesuai dengan ilmu yang didapat di kuliahan. Memangnya kalau lulusan fakultas hukum harus jadi jaksa, hakim, pengacara, notaris atau kerja di bagian legal perusahaan? Tentu juga tidak. Termasuk para jurnalis, adalah profesi yang tidak sejalan dengan apa yang didapat di bangku kuliah. Walau ada juga jurnalis yang lulus dari fakultas komunikasi jurusan jurnalistik.
Tapi kebanyakan jurnalis yang ada, justru bukan jebolan sekolahnya. Tapi karena kecintaan mereka pada profesinya. Dan kecitaan itu pula yang membentuk karakternya sehingga menjadi idealisme.
Jurnalis idealisme itulah yang dapat melahirkan karya-karya baik. Tulisannya bisa membuka cakrawala berpikir orang. Tidak asal kutif, tapi betul-betul analitis dan mendidik.
Kecintaan pada profesi itulah yang kadang-kadang membuat dirinya rela berkorban apa saja. Pasang badan untuk setiap kasus yang ditulisnya. Termasuk tindak tanduknya di masyarakat. Tak jarang ia cenderung melawan arus.
Kita sadar perbuatan melawan arus itu benar setelah beberapa tahun kedepan. Mereka umumnya tidak mementingkan kekayaan, tapi kepuasan karena karyanya bisa mengubah dunia. Karyanya bisa membentuk karakter seseorang. Tulisannya bisa mempengaruhi pikiran dan tindakan orang yang membacanya. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh profesional. Itulah jurnalis, yang karya-karyanya bisa menghebohkan.
Mudah-mudahan kita semua, tidak hanya setia pada pasangan, tetapi juga pada profesi? Saya sendiri masih belajar apakah bisa setia pada profesi? Kalau pasangan sudah pasti harga mati.

0 komentar: