BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, October 27, 2009

Nuklir dari Kalan

Oleh TY

Dua pertanyaan besar kini menggelantung di benak saya: akan kaya raya atau malah tertimpa malapetaka?
Pertanyaan itu mengemuka dan menghantui saya menyusul kabar akan dieksplorasinya tambang uranium di Desa Karangankora, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi.
Kita semua tahu, bahwa uranium adalah bahan baku nuklir dan merupakan asset strategis dan sumber energi masa depan. Tapi, kalau ceroboh, maut siap mengintai. Misal, terkena radiasi atau malah diembargo negara maju?

Kekhawatiran terkena radiasi itu karena, kegiatan pengeboran yang sudah melampaui tahap eksplorasi itu berlangsung sangat tertutup, bahkan bagi masyarakat sekitar Karangankora, di daerah sungai Kalan.
Dari catatan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), penggalian deposit sudah dimulai sejak Tahun 1963.
Namun aktivitas itu praktis tidak terendus oleh instansi terkait baik di tingkat provinsi maupun di Melawi sekalipun. Maklum, lokasinya agak terpencil dan terisolir. Bahkan, ada radius terlarang yang kabarnya dijaga pasukan Kopassus.
Tahun 2002, aktivitasnya sempat terungkap ke publik ketika Advokasi Tambang Adat (ATA) melakukan investigasi bersama Jaringan Advokasi Tambang (Jatam). Mereka melansir tambang di atas lahan seluas 20 kilometer persegi itu sangat potensial.
Setelah enam tahun melakukan penggalian rintisan, Batan menindaklanjuti dengan melakukan kontrak kerja sama dengan French Atomic Energy (CEA), Prancis, pada 3 Agustus 1969.
Kolaborasi CEA-Batan akhirnya menemukan cebakan uranium di Karangankora tadi. Kerja sama berakhir pada 1979, dan Batan meneruskan pengalian dengan ongkos dari pemerintah.
Penggalian dimulai dengan membangun terowongan tembus dan silang sepanjang 760 meter. Dengan tingkat ketelitian terukur, dilakukan pengeboran hingga kedalaman 24.800 meter. Setelah dilakukan penelitian komprehensif hasilnya, di daerah tersebut ditemukan cadangan uranium ditaksir mencapai lebih 10.000 ton.
Ketertutupan aktivitas eksplorasi itulah yang membuat kecurigaan kita. Dari pengalaman Iran atau Korea Utara misalnya, pertambangan uranium sangat rentan menyebarkan radiasi, yang setiap saat mengintai keselamatan warga sekitar. Karena itu, bila benar dilakukan eksploitasi, maka harus ada sosialisasi mendalam sejauhmana jangkauan radiasi dimaksud.
Tentu sebagai warga, kita tidak ingin kasus tambang emas di Timika dan Freeport terulang di Kalbar.
Apalagi bila melihat referensi tentang uranium, di dunia ini hanya dikenal dua jenis uranium, yakni 235 dan 238. Uranium 235 usianya lebih tua dan kandungannya murni, sehingga bisa digunakan membuat bom atom dahsyat, seperti yang dipakai untuk mengebom kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada Perang Dunia II. Sedangkan uranium 238 usianya lebih muda dan kadar pakainya sekitar 99%.
Uranium ini bisa digunakan sebagai reaktor pembangkit listrik. Dan hemat saya, itu bisa mengatasi krisis listrik yang sudah lama terjadi. Bila diseriusi, maka uranium itulah jawaban atas krisis listrik sekarang ini. Bagaimana pemerintah?

0 komentar: