BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, October 27, 2009

Daerah Endemik DBD

Oleh TY

Kalimantan Barat umumnya lebih khusus Kota Pontianak, adalah daerah yang dikategorikan endemik demam berdarah dengue (DBD).
Harusnya, sudah tahu sebagai daerah endemik DBD, semua pihak utamanya Dinas Kesehatan sudah mengantisipasi penyakit yang memang endemik tersebut.
Bila tidak ada antisipasi dan pencegahkan dini, dikhawatirkan endemik akan berubah menjadi kasus luar biasa (KLB) DBD.

Antipasi dini itu tidak cukup dengan fogging (pengasapan) semata, tapi bagaimana upaya pencegahan dengan melibatkan semua komponen, kalau perlu ada petugas khusus atau penyuluh lapangan yang setiap saat keliling mengingatkan masyarakat agar melakukan pencegahan.
Dia tidak hanya mengingatkan menutup tong air, atau mengubur barang-barang yang bisa menampung air, tapi juga memberi pemahaman bagaimana upaya pencegahan itu bisa dilakukan setiap orang.
Kalau dari data yang disajikan Dinas Kesehatan Kota Pontianak, sejak Januari hingga Oktober 2009 sebanyak 51 orang meninggal karena DBD. Sedangkan kasus DBD sendiri yang ditangani Puskesmas hingga rumah sakit baik Soedarso maupun Antonius mencapai 1.500 kasus.
Itu khusus pasien yang dari Kota Pontianak saja, belum termasuk pasien dari luar kota termasuk kiriman dari daerah kabupaten.
Sebetulnya seperti diungkapkan Kadis Kesehatan Kota Pontianak, Multi Junto, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya pencegahan.
Seperti menanggung biaya pengobatan bagi pasien dari keluarga miskin hingga fogging massal.
Tetapi kasus DBD selalu ada, karena memang Kalbar dikenal sebagai daerah endemik DBD.
Namun demikian, upaya penanggulangan DBD ini harus didukung masyarakat. Termasuk mempersilakan petugas melakukan fogging di rumah maupun lingkungannya.
Melihat jumlah korban tewas akibat DBD itu, maka mau tidak mau masyarakat harus punya kesadaran tinggi, bahwa membiarkan tempat penampungan air bersihnya terbuka sama saja membiarkan nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan bersarang di situ.
Memang disatu sisi, kita sulit mengubur tempat penampungan air, karena umumnya masyarakat Kota Pontianak menggunakan air hujan sebagai air bersih. Namun celakanya, nyamuk Aedes Aegypti justru senang bertelur di air yang jernih dan teduh itu.
Agar tidak terjadi korban yang lebih banyak, kepada kita semua mau tidak mau dan suka tidak suka, kita harus membiasakan diri untuk selalu menutup tempat penampungan air bersih. Kita selalu mengubur tempat atau kaleng-kaleng yang bisa menampung air hujan di sekitar kita, di lingkungan kita.
Bila itu bisa kita lakukan, sedikit banyak kita sudah membantu mengurangi penyebaran nyamuk Aedes Aegypti itu. Atau kalau perlu kita menghilangkan merk daerah endemik DBD. Semoga saja.

0 komentar: