BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Friday, August 21, 2009

Bom Air

Oleh TY

Pepatah yang mengatakan; kemarau setahun tidak berbekas dengan hujan sehari, ternyata tidak berlaku dengan hujan yang menyirami sebagian Kota Pontianak, Senin (10/8) sore kemarin.
Padahal hujan cukup deras membasahi sebagian besar wilayah kota. Dan itu ternyata tidak ada apa-apanya, bila dibandingkan dengan serbuan asap yang kian pekat menjelang malam hari kemarin.
Bahkan hingga tadi malam, kepekatan asap tetap tidak berubah. Kondisinya sama seperti hari-hari sebelumnya.

Ketebalan asap dan tidak sehatnya udara Kota Pontianak sampai-sampai Dinas Pendidikan Kota Pontianak akhir pekan kemarin sempat meliburkan anak sekolah.
Sementara tindakan meliburkan anak sekolah itu sangat baik demi alasan kesehatan. Apalagi di pagi hari, jarak pandang semakin dekat, bahkan hanya mencapai 50 hingga 100 meter saja.
Belum lagi asap tebal itu bercampur partikel-partikel dan zat-zat berbahaya lainya yang setiap saat bisa terhisap lewat pernapasan kita.
Maka tak heran, berbagai penyakit pun mengerogoti masyarakat. Lihat saja rumah-rumah sakit baik dr Soedarso maupun Antonius, semua ruangan hingga lorong penuh sesak dengan pasien.
Mulai dari pasien demam berdarah, diare hingga penyakit yang cukup menakutnya, yakni flu babi (H1N1) yang kini mulai dirawat di rumah sakit Soedarso.
Nah, penularan penyakit sangat rentan terjadi dengan masyarakat, karena sebagian besar diakibatkan daya tahan tubuh yang lemah. Lemah karena pernapasan tidak sehat. Akhirnya, badan lelah dan lemas sehingga kondisi ini rentan dengan penyakit menular. Terutama yang bisa dibawa terbang oleh asap berbahaya tersebut.
Sebetulnya, hujan yang turun sekitar 10 hingga 15 menit kemarin cukup menyejukkan dan membersihkan udara yang sudah kotor ini, tapi asap tetap saja pekat.
Walau demikian, kita tetap mohon kepada Tuhan, supaya Pontianak bisa diguyur hujan dengan intensitas tinggi demi mengurangi kabut asap yang semakin pekat akibat pembakaran hutan dan lahan di Kalbar ini.
Bahkan belakangan ini, intensitas pembakaran lahan semakin tinggi. Akibatnya, asap juga semakin tebal. Kondisi ini membuat Gubernur Kalbar, Cornelis, menyatakan kabut asap yang semakin pekat tersebut sudah masuk kategori bencana daerah.
Sebagai kepala daerah, Ia baru saja menandatangani permohonan bantuan bom air dan hujan buatan ke Departemen Kehutanan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta.
Tentu upaya tersebut kita tunggu, sebab bila melihat bencana asap kali ini sangat luar biasa. Di Kota Pontianak dan sekitarnya asap mulai menyelimuti sejak sore hari hingga pagi pukul 08.00 WIB, dengan jarak pandang kurang dari 50-100 meter saja. Apakah bom air itu jawabannya? Entahlah!

0 komentar: