BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Wednesday, May 6, 2009

Harta, Tahta dan Wanita


Oleh TY

Hari-hari kita sering dengar kata harta, tahta dan wanita. Sudah banyak diskusi, maupun tulisan tentang tiga hal ini.
Topik yang tak pernah basi untuk didiskusikan. Menurut saya itu wajar saja, toh yang memulainya Adam dan Hawa juga.
Tuhan memang menciptakan kita untuk menjadi orang baik. Tapi untuk bisa menuju kesana, Tuhan juga tidak lupa membuat ujian yang mesti kita lalui. Dan ujian itu adalah harta, tahta dan wanita tadi.

Ketiganya berkaitan erat satu sama lain. Ketika sudah memiliki harta maka ada jalan untuk mendapatkan tahta. Begitu pun setelah ada tahta, maka semakin mudah mendapatkan wanita.
Mengapa Tuhan menguji kita dengan tiga hal itu?
Sebagaimana kita pahami, manusia umumnya menjadikan harta sebagai tujuan hidupnya. Sebab apabila ia memiliki harta, maka ia bisa menikmati apa saja yang ada di dunia ini. Dengan harta, ia bisa mendapatkan apa saja, termasuk istri mau berapa pun bisa.
Setalah ada harta, maka ambisi selanjutnya mendapatkan tahta atau kekuasaan. Dengan harta yang melimpah, orang tergoda untuk mendapatkan kekuasaan (tahta). Mau jadi presiden, mentri, gubernur, bupati/walikota, DPR, direktur, komisaris dll. Manusia memang tidak pernah puas.
Berikutnya, setelah tahta didapat maka matanya mulai liar ketika melihat wanita.
Makhluk yang satu ini tak ada habisnya untuk dibahas. Setiap hari kita saksikan di televisi atau surat kabar, ada saja skandal-skandal besar yang melibatkan wanita sebagai pemeran utama.
Mantan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton terperangkap Monica Lewinski. Atau mantan presiden pertama kita, juga jatuh karena wanita. Begitu pun dengan Anggota DPR Dapil Kalbar, Max Moein dengan sekretarisnya Desy Widyawati.
Lalu yang lagi heboh-hebohnya di layar kaca, Ketua KPK non-aktif, Antasari Azhar terperangkap jerat cinta segitiga antara Rani Juliani dan suaminya almarhum Nasarudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran.
Kasus itu dibumbui juga sas sus konspirasi politik dan balas dendam aparat kejaksaan. Antasari sukses merontokkan karier Jaksa Urip Tri Gunawan yang lagi naik, termasuk rekan Urip, Jampidsus, Kemas Yahya Rahman.
Sebagai petinggi KPK, Antasari Azhar bisa saja dijadikan sasaran konspirasi tersebut; setidaknya untuk membungkam dugaan korupsi di BUMN yang dananya diduga menjadi bancakan partai politik tertentu menjelang pilpres.
Munculnya Rani Juliani kemudian mengaburkan kasus ini sebagai bentuk konspirasi. Publik lalu melihat kisah asmara dengan seorang wanita. Konspirasi politik kabur begitu saja.
Lalu di daerah kita sendiri, dua hari lalu aparat Kejari Mempawah mencebloskan Moses Alep dkk ke rumah tahanan.
Andai saja tak ada kasus Antasari Azhar, mungkin belum ada keberanian petugas di Kejaksaan untuk mengeksekusi Moses Alep dkk, padahal putusannya sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Semoga kedepan, aparat hukum kita bisa menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi dan memberi keadilan yang seadil-adilnya kepada masyarakat.
Di pentas politik, kita masih diajak menyaksikan akrobat politik memperebutkan tahta tertinggi di Republik ini dalam pilpres 8 Juli mendatang. Semoga saja setalah dapat tahta, kita tidak lagi direcoki dengan persoalan wanita. Cukuplah satu wanita yang setia mendampingi kita setiap hari, baik waktu untung maupun malang. Itu jauh lebih bermakna!

0 komentar: