BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Sunday, May 31, 2009

Waspada Penyakit Musiman

Oleh TY

Siklus alami harus kita lewati setiap tahun. Di daerah kita, kita cukup mengenal dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau.
Masing-masing musim selalu disertai dengan persoalannya sendiri-sendiri.
Seperti sekarang ini, sudah ada tanda-tanda kita akan memasuki musim kemarau. Tandanya jelas, debit air sungai mulai berkurang, sumur-sumur warga mulai mengering. Cuaca panas di siang hari dan dingin di malam hari.

Kalau di kota seperti Pontianak, setiap musim kemarau ada persoalan lain, yakni kabut asap dan mewabahnya penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Kabut asap disebabkan lahan kering yang terbakar, terutama daerah lahan gambut yang ketebalannya mencapai satu hingga dua meter. Apabila terbakar, api sulit dipadamkan sehingga terjadi kabut asap.
Dampaknya selain menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), juga mengganggu transportasi baik darat, laut maupun udara.
Pengalaman kita, bila terjadi kemarau panjang dan kabut asap mengganggu jarak pandang, maka jadwal penerbangan pewasat kerap kali ditiadakan. Itu jelas kerugian besar bagi perusahaan maskapai penerbangan.
Sementara DBD sebagai dampak dari datangnya musim kemarau, saat ini sudah memakan korban jiwa.
Menurut catatan Dinas Kesehatan Kota Pontianak, sampai kemarin, tercatat sudah lima pasien meninggal dunia.
Lima bulan terakhir tercatat 319 pasien DBD dirawat di 23 puskesmas, rumah sakit umum Daerah (RSUD) dr. Soedarso dan Rumah Sakit Santo Antonius.
Melihat fenomena penyakit menular yang datang bersamaan dengan datangnya musim, seharusnya kita sudah bisa waspada setiap memasuki setiap musim tersebut.
Paling tidak, upaya pencegahan DBD seperti melakukan "fogging" atau pengasapan dan pembagian abete kepada masyarakat untuk membunuh telur nyamuk Aedes Aegipty. Itu baru soal DBD, belum lagi muntaber dan penyakit lainnya.
Demikian juga dengan musim penghujan. Selain berhadapan dengan banjir yang sering menggenangi daerah-daerah tersebut di Kota Pontianak, juga muncul berbagai penyakit seperti gatal-gatal dan banyak lagi jenis penyakit musiman.
Nah, belajar dari siklus musim yang ada tersebut, kiranya cukup memberikan pelajaran dan pemahaman kita agar setiap tahun kita selalu siap menghadapi siklus musim tersebut.
Kita tidak ingin, setiap musim datang, datang pula penyakit dan musih. Tentu dengan pengalaman yang ada, kita sudah mengantisipasinya jauh-jauh hari.
Demikian juga dengan pemerintah, terutama dinas atau pihak terkait. Sudah harus bisa memprediksi penyakit sesuai dengan musim tadi.
Semuanya sudah tahu apa yang hendak dibuat bila menghadapi musim kemarau. Bukan hanya kabut asap yang meresahkan, tapi juga penyakit menular. Pun demikian dengan musim hujan, bukan hanya banjir yang menghayutkan, tapi juga penyakit yang menyerang secara mewabah.
Singkat kata, seperti siklus musim tadi, kita bisa mewaspadainya. Jadi jangan menunggu penyakit menyerang baru mencari obatnya. Tapi waspadalah, sebab kita sudah tahu kapan penyakit itu datang.

Baca Selengkapnya..

Peri Tiga Masa

Oleh TY

Sabtu (30/5) siang kemarin, sepulangnya dari sekolah, Vivi memutar DVD kumpulan film Cinderella. Walau tidak menonton, saya tetap nguping dialog dalam cerita itu.
Ada pelajaran menarik dari cerita itu. Dimana seorang ibu bercerita kepada anak gadisnya yang mulai mewariskan sifat-sifat buruk, sombong dan cerewat dalam keluarganya.
Nah, si ibu mengatakan dia bermimpi didatangi bibinya yang sudah meninggal dunia. Dalam mimpi itu bibinya menceritakan ada tiga Peri yang mewakili tiga masa waktu. Yakni Peri masa lampau, Peri masa kini dan Peri masa mendatang.

Peri adalah makhluk legendaris yang berasal dari negara-negara Skandinavia dan sering muncul dalam cerita-cerita kuno dari Eropa Utara. Dalam mitologi Nordik, Peri merupakan ras Dewa kesuburan, tinggal di tempat-tempat yang alami dan asri seperti gunung, hutan, telaga, mata air, dan air terjun. Mereka dilukiskan sebagai manusia yang selalu tampak muda dan cerah.
Dengan tongkat saktinya, Peri masa lampau membawa si bibi ke kehidupannya masa lalu, dimana bibi kembali menyaksikan masa kakak-kakaknya. Sejak kecil si bibi diajarkan dengan kata-kata kasar.
Slogan dalam keluarganya, “Di dunia orang egois, hanya yang egois yang bisa hidup senang.”
Tidak ada kata-kata cinta dan kasih sayang yang masuk ke kuping bibi kecil. Semuanya kata-kata kasar dan sombong. Hari-hari dipenuhi dengan sifat egois. Semuanya aku, ingin menang sendiri.
Baik dalam berteman, maupun dalam hal makan. Semua aku yang pertama, sisanya baru yang lain. Demikian juga hingga beranjak dewasa dan punya kekuasaan. Karyawan tidak boleh ada kesenangan. Tidak diperkenankan merayakan hari ulang tahun maupun sekedar melepas penat ngobrol bersama teman-teman maupun keluarga. Hari-hari diisi dengan kerja. Tidak ada libur maupun hari raya.
Begitu pun setelah ia meninggal, dibekali dengan pakaian mahal dan pemakaman mewah. Tapi begitu masuk ke dunia lain, ia justru terpasung dengan rantai di sekujur tubuhnya.
Siang malam dia kedinginan. Bahkan si bibi tidak sanggup menyaksikan rekam hidupnya yang di putar Peri tadi. Sangat bertolak belakang kehidupannya di dunia nyata dan dunia lain.
Berikutnya datang Peri masa sekarang. Bibi diajak menyaksikan kehidupannya setelah hidup mapan. Punya perusahaan besar, dan banyak karyawan. Semua kemewahan ada padanya. Tapi tindak tanduk dan gaya bicaranya sama persis dengan bibinya ketika seumur dia.
Gaya hidup sombong yang dirasakannya ketika masih kecil, seratus persen ditiru bibi ketika dewasa. Caranya berpakaian, gaya bicara maupun tidak tanduknya, mirip sekali. Bibi kecil betul-betul copy paste dari bibinya yang merawat dia ketika masih kecil.
Bibi sampai protes sama Peri mengapa memutarkan gaya hidup bibinya dengan hidupnya sendiri yang tidak ada beda sedikit pun. Tabiatnya yang teriak-teriak, usil, curiga dengan tetangga juga diikutinya.
Karena tidak terima dengan sifat bibinya yang kasar itu, dia pun teriak hingga terbangun dari tidurnya, eh ternyata mimpi.
Karena masih tengah malam, dia pun melanjutnya tidurnya. Kembali Peri ketiga yang datang, yakni Peri masa depan. Beri masa depan membawa bibi ke dunia lain lagi. Mungkin itu dunia pertobatan. Setelah memberikan cuplikan rekaman kehidupan masa lampau dan masa kini, peri ingin menunjukkan masih ada kehidupan yang lebih cerah di depan. Asal bibi mau merubah sikap dan membuang jauh-juah sifat buruk, angkuh, dan iri hati tadi.
Nah, disini Peri menunjukkan bagaimana bibi harus memberikan waktu istirahat kepada karyawannya. Sehingga karyawannya bisa berkumpul dan bersenang-senang dengan keluarganya pada hari minggu muapun hari-hari raya.
Dengan harta yang melimpah, bibi harus menyisihkan sedikit dari hartanya untuk anak-anak yatim piatu. Dengan demikian, maka semakin banyak orang yang memuji bibi dan mendoakan bibi. Kondisi itu memang bertolak belakang dengan sebelumnya, harta melimpah, tapi dimusuhi orang, dikucilkan orang.
Usai film tersebut saya mencoba menceritakan kepada Vivi anak saya, bahwa film ingin mengambarkan sifat seorang anak yang dilahirkan seperti kertas putih. Ia polos. Karenanya, ia akan menerima tulisan berbagai macam warna. Warna yang dominan itulah yang kelak dewasa membentuk kepribadiannya dan mewarnai sifat-sifatnya. Kalau warnanya cerah, maka sifatnya juga cerah, bila warnanya hiam, maka sifatnay juga akan hitam.
Sebab anak peniru ulung. Sebagai orang tua, papa mama akan menyayangi anak-anaknya bukan saja dengan kata-kata yang indah-indah, tapi juga dengan perhatian serta lingkungan yang baik pula untuk perkembangannya. Peri tiga masa tadi menjelaskan sifat manusia sejak dilahirkan, tumbuh dewasa hingga ia meninggal dunia. Kalau kecil hidup dengan kasih sayang, rendah hati, dengan penuh cinta, maka besar ia akan mencintai orang dan lingkungannya. Demikian juga bila ia meninggal, ia akan mendapatkan tempat yang bagus juga di surga. Itulah pelajarannya, Nak.

Baca Selengkapnya..

Wednesday, May 27, 2009

Siapa yang Busuk?

Oleh TY

Demokrasi tidak hanya melahirkan sikap yang pandai menghargai perbedaan pendapat. Tapi juga sikap keteladanan dari pihak-pihak yang turut dalam permaian pesta demokrasi itu sendiri.
Dalam alam demokrasi, kita bebas untuk melakukan apa saja, karena semua pihak sudah memahami itu dibolehkan. Namun juga kebebasan itu haruslah dibarengi dengan aturan main yang jelas pula.
Dan bagi kita bangsa Indonesia, aturan main itu sudah ada di UUD 1945 dan Pancasila. Jabarannya, sangat lugas dan jelas baik mengenai maksud maupun tujuannya. Makna pun mudah dicerna.

Itulah yang dikatakan oleh rezim Presiden Soeharto bebas bertanggung jawab. Sayang ketika itu, tanggung jawabnya lebih besar dari bebasnya, sehingga kita merasa terbelenggu. Semua kebebasan terlindas atasnama kekuasaan Negara, dalam hal ini simbolnya Soeharto sebagai presiden.
Setelah reformasi yang bergulir sepuluh tahun terakhir, kebebasan itu hampir-hampir kebablasan. Kebablasan, karena sudah keluar dari jalur atau koridor etika adat ketimuran kita. Terlebih dalam menghadapi pesta demokrasi sekarang ini.
Idealnya, dengan semakin baiknya demokrasi yang kita jalannya, makin banyak pelajaran yang bisa dipetik. Tapi buah demokrasi, politisi makin seenaknya menyerang dengan kampanye negatif. Mereka cenderung tidak senang dengan kampenye beretika dan santun.
Karena kampanye beretika dan santun itu, daya serapnya lamban di masyarakat, karena hampir-hampir tidak terasa. Tapi bila kampanye negatif, wah, dalam seketika efeknya sudah dirasakan masyarakat.
Apakah itu sebagai akibat masyarakat kita sudah tidak peka dengan hal-hal yang mengiring kita kepada kebaikan, dan cendrung menyenangi hal-hal negatif? Entahlah.
Sekarang kita akan menghadapi pemilu presiden. Dimana pilpres ini adalah kali kedua masyarakat memilih secara langsung, setelah 2004 silam.
Disini kita kembali diuji untuk memilih pemimpin yang betul-betul keberja untuk rakyat, bukan pemimpin yang mencari kekuasaan, mencari kedududukan. Dan ujung-ujungnya menggunakan kekuasaan itu untuk memperkaya dirinya dan melindungi bisnis keluarganya.
Terhadap ketiga calon presiden dan wakil presiden itu, tentu mereka semua punya rekam jejak masing-masing. Rekam jejaknya ada yang kelam, dan ada pula yang terang. Tapi memasuki masa kampanye yang sebentar lagi digelar, rekam jejak itu tidak lagi di lihat masyarakat.
Masyarakat cendrung melihat apa yang dibuatnya saat kampanye, apa yang ditebarnya di lapangan. Mental kita mental transaksional. Artinya, suara kita bisa diperjaulbelikan. Tidak ada lagi idealisme dalam menentukan pilihan.
Siapa yang banyak menabur uang, kesitulah mencurahkan suaranya.
Kita tidak lagi melihat figure yang layak dan memang terbaik dari yang ada itu, tapi kita lebih melihat apa yang dirasakan hari ini, apa yang diterima tadi.
Singkat kata, bukan salah calon capres-cawapres, tapi kita pemilihlah yang mau mengadaikan suara kita. Padahal suara itu sangat berharga untuk kemaslatan orang banyak. Bila dulu ada istilah politisi buruk, sekarang justru berubah, pemilihnya yang busuk.
Celakanya lagi, setelah tidak memilih dengan benar, lantang pula mencibiri kebijakan yang salah itu. Menghujat seenaknya.
Harapan kita, itu semua bisa dihindari. Sebab kita sudah cerdas dalam menentukan pilihan. Kita juga tidak mau pesta demokasi ini, justru menjadi ajang untuk membusukkan diri. Jangan sampai deh!

Baca Selengkapnya..

Tuesday, May 26, 2009

Dayak di Dunia Maya

Oleh TY

Pekan Gawai Dayak (PGD), memang sudah masuk kalendar pariwisata Kalimantan Barat. Pelaksanaannya pun rutin setiap tahun, setiap tanggal 20 Mei.
Bagi masyarakat Dayak sendiri PGD bukan barang asing lagi, tapi sudah menjadi tradisi.
Ada yang lain, kalau PGD sempat tidak dilaksanakan. Itu maklum saja, sebab PGD 2009 ini merupakan gawe yang ke-XXIV. Artinya, gawe syukuran pesta panen padi itu sudah 24kali dilaksanakan secara terorganisir.

Sebelumnya, tradisi gawe atau gawai syukuran atas panen padi yang melimpah dilaksanakan berdasarkan tiap-tiap sub suku Dayak. Agar pelaksanaanya bermanfaat baik dari segi pelaksanaan maupun tradisi yang bisa dipelajari dan diwariskan ke anak cucu, maka gawe itu modernisasikan dengan tidak menghilangkan makna dan metode pelaksanaanya, dan tempatnya di pusatkan di Kota Pontianak—sebagai ibukota Provinsi Kalbar.
Tujuannya memang baik. Selain dijadikan asset budaya yang dapat dijual ke tingkat nasional maupun mancanegara, juga sebagai ajang untuk meningkatkan kreativitas generasi muda Dayak yang setiap tahunnya semakin banyak tinggal di Kota.
Karena jauh dari rumpun budaya aslinya, sebagai masyarakat urban yang tinggal di kota, mereka dituntut mamahami adat budayanya.
Dari pelaksanaan PGD dari tahun ke tahun rasanya itu-itu saja yang bisa dilaksanakan. Seperti upacara adat yang digilir menurut sanggar atau sub suku, display budaya, berbagai permaiann rakyat, memahat, melukis, stand yang menjaul berbagai pernak-pernik Dayak dan yang lebih bergengsi perebutan predikat Bujang dan Dara Gawai.
Kita mencatat, sejak awal digelar hingga hari ini, tidak ada hal baru yang bisa ditampilkan di ajang PGD tersebut.
Adalah tanggung jawab kita bersama, bagaimana supaya PGD kedepan lebih berkualitas dan bisa dijual ke luar. Kalau masih itu-itu saja yang diandalkan, rasanya agak sulit menarik minat orang luar, apalagi turis mancanegara.
Apalagi dari tahun ke tahun pelaksanaan PGD selalu minim promosi. Tidak ada upaya promosi lewat internet, website atau minimal weblog yang gratis itu.
Cara-cara promosi yang dilakukan masih konvensional saja, ya sebatas konferensi pers dengan mengandalkan media local. Dan hasilnya jauh dari target yang diharapkan.
Begitu pula dengan peran Bujang dan Dara Gawai yang bertitel sebagai Duta Budaya Dayak. Sejauh ini mereka belum bisa berbicara banyak di pentas nasional, apalagi mancanegara, rasanya masih sangat jauh.
Kedepan, kita berharap agar gawe PGD itu betul-betul mempunyai daya magnit bagi para pelancong, terutama mancanegara. Untuk bisa sampai ke sana, tak ada pilihan harus gencar melakukan promosi baik di dunia maya yang trend pemakainya makin tinggi dari hari ke hari oleh masyarakat di belahan dunia ini.
Karenanya Sekberkesda sebagai event organizer PGD harus punya inisiatif membuat website atau minimal weblog khusus mempromosikan gawai Dayak tersebut ke seluruh dunia.
Harapannya, kedepan mungkin ada cara lain bagi panitia untuk mencari dana, tidak hanya sekedar mengedarkan dan menunggu proposal masuk. Tapi ada tanggapan atau minat dari manusia lain di muka bumi ini yang sanggup membuat gawai Dayak atau PGD itu lebih semarak lagi, tentu dengan dana yang lebih besar yang berasal dari luar.
Apalagi sekarang pelaksanaan PGD sudah masuk kalendar pariwisata Kalbar, dan pelaksanaanya tetap setiap tahunnya yakni tanggal 20 Mei. Nah, kita semua berharap agar PGD itu kelak tidak lagi hanya sekedar kegiatan serimoni belaka, tapi bagaimana bisa bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun pemasukan devisa bagi Negara, utamanya bagi daerah kita ini. Semoga!

Baca Selengkapnya..

Wednesday, May 20, 2009

Untan Membedah Krisis Global

Oleh TY

Krisis global memang menjadi isu seksi dan menarik semua kalangan. Krisis global yang melanda dunia dewasa ini, memang bisa mengancam semua sendi kehidupan. Seperti rusaknya tata kehidupan akibat perubahan iklim, hancurnya sebuah peradaban akibat runtuhnya moral manusia, hingga dampak yang tidak dapat diprediksi sekalipun.
Dampak yang bakal terjadi akibat krisis global itu sangat serius dan menakutkan. Dapat dikatakan, itulah hari kiamat bagi dunia.

Tanda-tandanya, kini sudah muncul di mana-mana di belahan bumi ini. Amerika dan sebagian Negara Eropa mengalami krisis keuangan global. Mesiko dan sebagian Negara Amerika Latin mengalami serangan virus H1N1 atau yang kita kenal dengan flu babi yang sebarannya sudah mendekati Negara kita.
Lalu di belahan dunia lain, ada bencana alam, baik karena ulah manusia yang merusak alam atau memang tanda-tanda alam mulai menua.
Selanjutnya di belahan dunia lain lagi, terjadi krisis moral. Pembunuhan, pemerkosaan dan perdagangan perempuan dan anak-anak. Parahnya lagi terjadi seks bebas yang bermuara pada mewabahnya penyakit kelamin mematikan seperti AIDS-HIV.
Jelas krisis global tersebut ancaman serius bagi peradaban manusia di dunia ini. Bila tidak dicegah sejak dini, bisa saja peradaban itu runtuh suatu ketika.
Melihat fenomena tersebut, Perguruan Tinggi yang selama ini sangat peka dan kritis mengaki berbagai kemungkinan akibat krisis global tersebut, maka Universitas Tanjungpura sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi mengambil peran ‘penyalamatan’ itu.
Para pakar yang ahli di bidangnya pun berkumpul di ruang sidang Rektorat Untan, Senin (19/5) membedah krisis global tersebut. Sekitar 200 peserta dari berbagai universitas ternada di Indonesia, Sarawak Malaysia dan Brunai Darussalam menghadiri acara yang bertajuk Konferensi Internasional dengan bahasan utama krisis global.
Rektor Universitas Indonesia, Prof Dr Gumilar R Soemantri mengatakan, perguruan tinggi akan menjadi faktor penentu kelangsungan peradaban dan manusia dalam menghadapi tantangan global yang semakin berat di masa mendatang.
Memang pada hakekatnya, dunia kampus berperan menciptakan masyarakat efisien, yaki adanya keadilan dan jaminan terhadap kelangsungan peradaban dimaksud.
Secara global, Indonesia menjadi bagian dari peradaban yang tengah menghadapi tangan serius kedepan.
Dari segi jumlah penduduk. Para ahli memprediksi akan terjadi ledakan penduduk pada suatu ketika. Padahal idealnya, bumi hanya bisa dihuni sekitar lima miliar jiwa. Tapi data penduduk dunia kini sudah mencapai 6,5 miliar jiwa.
Hal itu diungkapkan Gumilar R Soemantri, Rektor Universitas Indonesia, saat menjadi pembicara pada konferensi internasional "Kerjasama Antarnegara Dalam Menyikapi Krisis Global".
Tantangan lain yang harus dihadapi kita adalah, ancaman perang dengan menggunakan senjata mematikan seperti nuklir yang tidak diperbolehan dalam perang. Namun manusia tetap bernafsu mengembangkan senjata pemusnah missal itu.
Belum lagi efek rumah kaca yang mempercepat terjadi perubahan iklim. Iklim yang beubah-ubah itu dampaknya kepada makhluk hidup termasuk manusia. Muncul penyakit yang aneh-aneh.
Untuk menghadapi hal itu, kita butuh konsep baru mengenai pendidikan. "Konsep pembangunan perguruan tinggi, yang `smart education for building smart and sustainable society`, sebut Gumilar.
Dengan pendidikan yang bagus, maka setiap bangsa bisa mengembangkan system dan peradaban yang seimbang pula. Dengan demikian, ia pandai menjaga kelestarian lingkungan. Dan itu semua harus ditelorkan dari Perguruan Tinggi bagaimana menciptakan pendidikan yang mencerdaskan secara berjenjang dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Nah, disanalah digagas rumusan bagaimana menghadang ancaman krisis global tersebut. Muaranya, kehidupan dan peradaban tetap terjaga. Itulah esensinya.***

Baca Selengkapnya..

Monday, May 18, 2009

Karol Rangking Dua Nasional

*SUARA MELEBIHI BPP


Oleh TY

Gelar fenomenal tidak hanya disematkan kepada pemain top sepakbola macam Cristiano Ronaldo, Ricardo Kaka atau Leonal Messi saja, tapi juga layak diberikan kepada Karolin Margret Natasa—putri sulung Gubenur Kalbar, Cornelis.
Alumnus Fakultas Kedakteran Unika Atmajaya Jakarta itu, sukses meraih dukungan mayoritas masyarakat Kalbar dalam pemilu legislatif lalu dengan mengantongi 222.021 suara.

Ternyata kehadiran Karol di kancah politik untuk kali pertamanya tidak sia-sia. Lewat PDIP yang dinahkodai ayahnya, Karol bukan hanya sekedar pelengkap syarat 30 persen perempuan dalam daftar caleg PDIP untuk DPR-RI dari Dapil Kalbar, tapi justu menjadi sihir yang sanggup mendongkrak suara PDIP sehingga partai banteng moncong putih itu menjadi pemenang di Kalbar.
Fenomenal Karol tidak berhenti disitu, ia juga tercatat secara nasional sebagai caleg yang suaranya melebihi bilangan pembagi pemilih (BPP). Tak tanggung-tanggung, Karol menduduki rangking kedua nasional yakni dengan persentase suara 152 persen melebihi BPP.
Karol hanya terpaut 25 poin dari rangking pertama nasional, yang disabet putra bungsu Presiden SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono yang persentase suaranya mencapai 177 persen.
Menjelang akhir Tahun 2007, saat kasak kusuk para politisi Kalbar merintis jalan merebut kursi Gubernur Kalbar, saya dan Nur Iskandar hendak mewawancarai Cornelis—salahsatu kendidat calon gubernur di rumahnya, Jalan Danau Sentarum. Namun niat kami tak kesampaian, karena Cornelis ketika itu sedang sosialisasi keliling daerah. Kami hanya disambut Karol dan sang adik, Angel.
Ketika itu, Karol masih alergi dengan politik. Ketika kami minta tanggapannya seputar kesiapan sang ayah, ia cuek. Malah Ia berujar, “tak tertarik politik, politik itu kotor,” katanya ketika itu.
Ia lebih suka ngobrol seputar rencana tugasnya sebagai dokter di Puskesmas Mandor.
Agaknya Karol mulai tertarik politik ketika mendampingi sang ayah sebagai tim kesehatan yang melakukan kampanye pilgub keliling Kalbar. Bermula dari situ, maka pada pemilu lalu ia pun mencalonkan diri sebagai caleg DPR-RI dapil Kalbar.
Bila dilihat dari nomor urutnya, nomor 3, posisi Karol tidaklah di perhitungan oleh DPP partainya. Ia masih dianggap terlalu muda dan harus banyak belajar.
Hasil pemilu ternyata mengagetkan kita semua. Karol tercatat sebagai caleg yang banyak mendapat dukungan suara rakyat. Bahkan secara nasional menduduki rangking kedua--suaranya melebihi BPP. Sangat fenomenal dan bertolak belakang dengan ucapannya yang tidak senang politik dua tahun lalu.
Kepastian suara Karol melebihi BPP itu, setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil pemilu berikut perolehan kursi DPR, DPD maupun DPRD pada 9 Mei lalu. Dari sekian banyak caleg terpilih untuk DPR-RI, ternyata 11 orang perolehan suaranya melampaui BPP tersebut.
Mereka adalah, Edhie Baskoro Yudhoyono, caleg Partai Demokrat dengan daerah pemilihan Jawa Timur 7, nomor urut 3, menyempurnakan kemenangan Partai Demokrat dengan menempati peringkat pertama perolehan suara diatas BPP yakni, 177 persen.
Selanjutnya, Karolin Margret Natasa dengan 152 persen dari daerah pemilihan Kalbar yang diusung PDIP. Paskalis dengan 151 persen daerah pemilihan Papua yang diusung Partai Golkar, Dodi AN daerah pemilihan Sumatera Selatan 1 dengan 145 persen juga dari Partai Golkar.
AW Dalimunthe caleg Partai Demokrat meraih dukungan 141 persen dari daerah pemilihan Sumatera Utara. Tantowi Yahya 131 persen dari Dapil Sumatra Selatan 2 yang menggunakan Partai Golkar. Puan Maharani 129 persen Dapil Jateng 5 dari PDIP . W Koster 115 persen Dapil Bali juga dari PDIP. N Samodra 108 persen Dapil NTB dari Partai Demokrat. Masih dari Partai Demokrat, Tengku Riefky 107 dari NAD 1. Dan terakhir adalah Ratu MZ 106 persen Dapil Jambi yang mengunakan sampai PAN.
Jadi ada empat partai yang calegnya meraih suara melebihi BPP, yakni empat caleg dari Partai Demokrat. Caleg PDIP dan Golkar masing-masing tiga caleg, dan 1 caleg dari PAN.

Baca Selengkapnya..

Monday, May 11, 2009

Dari Hotel ke Mancanegara


Oleh TY

Keberanian OSO Group mendirikan hotel megah di Sukadana, Ibukota Kabupaten Kayong Utara mengundang decak kagum semua orang. Bahkan Gubernur Kalbar, Cornelis yang didaulatkan meresmikan hotel yang diberi nama Hotel Mahkota Kayong tersebut sempat berujar; ini investasi nekat.

Mengapa Gubernur sampai mengatakan investasi nekat? Karena dari segi infrastruktur belumlah mendukung keberadaan hotel semegah Hotel Mahkota Kayong. Apalagi Kayong Utara merupakan kabupaten baru yang butuh perhatian semua pihak agar cepat berkembang dan mensejajarkan dirinya dengna kabupaten lain yang jauh lebih tua.
Namun sebagai Gubernur, tentu Cornelis mendukung dan menyambut positif investasi yang dilakukan putra pengusaha nasional asal Kalbar, Osman Sapta Odang, Raja Sapta Oktohari itu.
Karena pembangunan hotel merupakan salah satu faktor pendukung percepatan pembangunan, terutama daerah baru seperti Kayong Utara. Keberadaan hotel dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para tamu yang datang ke daerah tersebut. Tentu hotel dapat memberi citra daerah semakin baik dan dikenal masyarakat luas bahkan hingga ke mancanegara.
Atas investasi nekat tersebut, rasanya tidak salah bila Raja Sapta Oktohari mengatakan, sebagai putra daerah dirinya mempunyai kewajiban untuk berinvestasi di daerahnya sendiri.
Dia melihat dengan adanya hotel, maka akan menjadi terobosan baru. Paling tidak keberadaan hotel memberi kenyamanan bagi siapa saja yang berkunjung ke Kayong Utara.
Memang ada manfaat besar yang kadang tidak dipikirkan oleh kita. Keberadaan hotel tersebut, tak tertutup kemungkinan justru membuka peluang mendatangkan para investor baru di daerah tersebut. Karena hotel memberikan kemudahan bagi mereka, baik yang hendak menjalin kerjasama dengan Pemkab maupun yang sekadar menikmati indahnya panorama alam Kayong Utara—apalagi jarak hotel tidak begitu jauh dari Taman Nasional Gunung Palong. Jelas itu peluang mengaet pelancong.
Kita yakin pihak manajemen hotel sudah melihat peluang yang terbuka lebar di depan mata itu, dengan menyediakan hotel dengan berbagai fasilitasnya.
Kita juga berharap, investasi perhotelan di Kayong Utara ini dapat memberi contoh bagi daerah lain. Dimana kita ketahui salahsatu kesulitan investor berinvestasi di suatu daerah karena kesulitan dalam hal akomodasi, karena tidak hotel hotel yang memadai.
Kita sendiri sering mendengarkan keluhan para investor yang berkunjung ke berbagai daerah. Selain infrastruktur jalan, keluhan mereka selanjutnya adalah soal penginapan alias hotel tadi.
Di Kalbar ini hanya Pontianak dan Singkawang yang sudah memiliki hotel berbintang. Sementara daerah lain, masih sulit mencari hotel yang representatif. Belajar dari keluhan para investor tersebut, rasanya peluang membuka hotel di berbagai daerah masih terbuka lebar. Tinggal siapa investor yang berani nekat seperti Raja Sapta Oktohari itu. Bila Anda merasa tertantang sekaligus terpanggil membangun daerah? Silakan mencoba. Yakinlah, upaya tersebut akan sangat membantu dalam mewujudkan percepatan pembangunan suatu daerah.

Baca Selengkapnya..

Wednesday, May 6, 2009

Harta, Tahta dan Wanita


Oleh TY

Hari-hari kita sering dengar kata harta, tahta dan wanita. Sudah banyak diskusi, maupun tulisan tentang tiga hal ini.
Topik yang tak pernah basi untuk didiskusikan. Menurut saya itu wajar saja, toh yang memulainya Adam dan Hawa juga.
Tuhan memang menciptakan kita untuk menjadi orang baik. Tapi untuk bisa menuju kesana, Tuhan juga tidak lupa membuat ujian yang mesti kita lalui. Dan ujian itu adalah harta, tahta dan wanita tadi.

Ketiganya berkaitan erat satu sama lain. Ketika sudah memiliki harta maka ada jalan untuk mendapatkan tahta. Begitu pun setelah ada tahta, maka semakin mudah mendapatkan wanita.
Mengapa Tuhan menguji kita dengan tiga hal itu?
Sebagaimana kita pahami, manusia umumnya menjadikan harta sebagai tujuan hidupnya. Sebab apabila ia memiliki harta, maka ia bisa menikmati apa saja yang ada di dunia ini. Dengan harta, ia bisa mendapatkan apa saja, termasuk istri mau berapa pun bisa.
Setalah ada harta, maka ambisi selanjutnya mendapatkan tahta atau kekuasaan. Dengan harta yang melimpah, orang tergoda untuk mendapatkan kekuasaan (tahta). Mau jadi presiden, mentri, gubernur, bupati/walikota, DPR, direktur, komisaris dll. Manusia memang tidak pernah puas.
Berikutnya, setelah tahta didapat maka matanya mulai liar ketika melihat wanita.
Makhluk yang satu ini tak ada habisnya untuk dibahas. Setiap hari kita saksikan di televisi atau surat kabar, ada saja skandal-skandal besar yang melibatkan wanita sebagai pemeran utama.
Mantan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton terperangkap Monica Lewinski. Atau mantan presiden pertama kita, juga jatuh karena wanita. Begitu pun dengan Anggota DPR Dapil Kalbar, Max Moein dengan sekretarisnya Desy Widyawati.
Lalu yang lagi heboh-hebohnya di layar kaca, Ketua KPK non-aktif, Antasari Azhar terperangkap jerat cinta segitiga antara Rani Juliani dan suaminya almarhum Nasarudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran.
Kasus itu dibumbui juga sas sus konspirasi politik dan balas dendam aparat kejaksaan. Antasari sukses merontokkan karier Jaksa Urip Tri Gunawan yang lagi naik, termasuk rekan Urip, Jampidsus, Kemas Yahya Rahman.
Sebagai petinggi KPK, Antasari Azhar bisa saja dijadikan sasaran konspirasi tersebut; setidaknya untuk membungkam dugaan korupsi di BUMN yang dananya diduga menjadi bancakan partai politik tertentu menjelang pilpres.
Munculnya Rani Juliani kemudian mengaburkan kasus ini sebagai bentuk konspirasi. Publik lalu melihat kisah asmara dengan seorang wanita. Konspirasi politik kabur begitu saja.
Lalu di daerah kita sendiri, dua hari lalu aparat Kejari Mempawah mencebloskan Moses Alep dkk ke rumah tahanan.
Andai saja tak ada kasus Antasari Azhar, mungkin belum ada keberanian petugas di Kejaksaan untuk mengeksekusi Moses Alep dkk, padahal putusannya sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Semoga kedepan, aparat hukum kita bisa menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi dan memberi keadilan yang seadil-adilnya kepada masyarakat.
Di pentas politik, kita masih diajak menyaksikan akrobat politik memperebutkan tahta tertinggi di Republik ini dalam pilpres 8 Juli mendatang. Semoga saja setalah dapat tahta, kita tidak lagi direcoki dengan persoalan wanita. Cukuplah satu wanita yang setia mendampingi kita setiap hari, baik waktu untung maupun malang. Itu jauh lebih bermakna!

Baca Selengkapnya..

Lampu Merah Sekolah Swasta


Oleh TY

Mulai Tahun 2009 ini, pemerintah mengratiskan biaya pendidikan bagi SD dan SMP Negeri di Republik ini. Sosialisasi sekolah gratis itu gencar dilakukan. Dengan skogan ‘sekolah harus bisa’ tiap hari ditayangkan di televisi, radio maupun surat kabar.
Tentu ini kabar gembira bagi dunia pendidikan kita. Anak-anak usia SD dan SMP dapat menikmati sekolah bebas sumbangan pembiayaan pendidikan (SPP). Sebuah harapan yang diidam-idamkan, sekolah Indonesia bebas biaya.

Hal tersebut terwujud berkat kebijakan pemerintah menaikan biaya pendidikan di APBN mencapai 20 persen. Konsekuensinya, biaya santunan BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang di dalamnya termasuk SPP, uang penerimaan siswa baru (PSB), biaya ujian sekolah dan juga BOS buku bisa ditingkatkan jumlahnya.
Kelak setiap siswa akan menerima dana BOS sebesar Rp400.000/tahun untuk SD/SDLB di wilayah kota, Rp397.000/tahun untuk SD/SDLB di kabupaten. Sedangkan untuk siswa SMP/SMPLB/SMPT di kota Rp575.000/tahun dan SMP/SMPLB/SMPT di kabupaten Rp570.000/tahun.
Orang tua siswa tak perlu bingung soal biaya. Tentu pemerintah punya tujuannya, yakni menekan angka putus sekolah, dan pendidikan pun akan lebih terfokus kepada peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri.
Dan sekolah gratis itu merupakan harapan baru bagi anak-anak miskin yang sebelumnya tidak memiliki harapan dan tidak berani bermimpi bisa mengenyam pendidikan. Itulah harapan kita. Jadi tidak hanya sekedar slogan ’sekolah harus bisa’, tapi betul-betul diimplementasikan di lapangan.
Bagaimana dengan sekolah swasta? Jangan-jangan sekolah gratis justru ‘lampu merah’ bagi sekolah swasta.
Kita semua tahu, sekolah swasta hidup dari iuran siswanya. Sepeti SPP, uang gedung, uang pangkal dan lain-lain. Memang ada juga yang ditanggung donatur atau sponsor atau pengelola seperti yayasan. Tapi jumlahnya tidaklah banyak.
Suatu dilematis memang. Di satu sisi kita senang dengan pendidikan gratis—walau mutu kita belum tahu, tapi di sisi lain, banyak juga anak kita yang menimba ilmu di sekolah-sekolah swasta. Jangan-jangan dengan program pemerintah yang mengratiskan pendidikan justru jerat bagi sekolah swasta.
Apalagi sekarang jaman serba susah, cari uang susah. Orangtua harus bayar biaya sekolah anaknya. Pilihan logis, jelas sekolah negeri yang gratis.
Bila itu terjadi, akan ada sekolah swata yang tutup, atau hidup segan mati tak mau.
Agaknya itu pula yang membuat Disdik Kalbar memperketat penerbitan izin pendirian sekolah swasta. Bahkan Kadisdik, Alexius Akim merinci ada 10 sekolah swasta baik di provinsi maupun kabupaten yang masuk kategori ’lampu merah’. Itu artinya hidup segan mati tak mau tadi.
Sekolah tersebut selain kekurangan murid, juga kekurangan guru, modal, maupun sarana dan prasana pendidikan.
Di sisi lain, program sekolah gratis secara nasional dilakukan untuk meringankan beban masyarakat serta memperluas kesempatan pendidikan di jenjang dasar.
Namun, disisi lain akan ada sekolah yang menjadi korban—penutupan akibat tak mampu lagi menanggung beban pendidikan.
pendek kata, sekolah gratis bagus, karena membantu anak-anak putus sekolah. Tapi, jangan sampai sekolah gratis lalu mutus terabaikan. Sebab kita ingin pendidikan yang standar luar negeri. Bila mutu rendah, pastilah tak ada manfaatnya. Harapan kita, sekolah boleh gratis, tapi mutu tetap nomor satu.

Baca Selengkapnya..

Friday, May 1, 2009

P4TKI Atasi TKI Ilegal?


Oleh TY

Rabu (29/4) kemarin, seakan menjadi anti klimaks penanganan masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang seakan tak berujung. Setiap saat ada saja permasalahan yang datang dari TKI. Mulai dari TKI gelap atau ilegal, TKI tidak digaji oleh majikan, hingga penyiksaan yang berujung pada cacat fisik dan mental. Bahkan tak jarang berakhir pada kematian.

Kisah TKI mati karena disiksa majikan atau diperkosa majikan, sudah terbiasa menghiasi surat kabar atau majalah tanah air. Kita hanya bisa menyaksikan kasus yang muncul ke permukaan tanpa bisa berbuat apa-apa.
Dari sekian banyak kasus yang timbul kepermukaan, paling kita menaruh rasa iba, hati miris melihatnya. Tapi selama itu pula, tidak ada jalan keluar untuk mengatasi permasalahan TKI, utamanya tenaga kerja wanita (TKW) yang selalu menemui masalah.
Sebetulnya kita semua tahu, apa dan bagaimana mulanya sehingga pesoalan yang dihadapi oleh TKI-TKW ilegal selalu berujung pada kepedihan.
Banyak faktor penyebabnya, mengapa mereka lebih suka menjadi TKI ilegal ketimbang yang resmi. Alasannya klasik! Susah mengurus surat menyuratnya. Kalau pun bisa, biayanya mahal!
Alasan-alasan klasik itu selalu terpatri dalam benak para TKI kita, bahkan mungkin kita sendiri, kurang mengingatkan keluarga kita yeng hendak menjadi TKI terhadap kemungkinan atau hal-hal yang terburuk di kemudian hari, bila pakai jalan pintas.
Karena memang mental kita lebih suka dengan hal-hal praktis, timbang harus bersabar sebentar sambil mengurus surat menyuratnya.
Kita semua berharap sama dengan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Mohamad Jumhur Hidayat, bahwa dengan beroperasinya P4TKI di Entikong dan Kabupaten Sambas, bisa menekan jumlah TKI ilegal di Sarawak.
Karena tugas utama P4TKI (Pos Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) itu adalah memantau penempatan, melayani TKI agar mereka tidak mengalami masalah ketika bekerja di negara orang.
Intinya dengan dibentuknya P4TKI yang satu atap dengan belasan instansi terkait yang berhubungan dengan TKI, untuk mempermudah pelayanan dan perlindungan TKI. Terlebih disitu ada layanan terpadu satu pintu proses layanan dokumen bagi TKI, sehingga tidak lagi bertele-tele, serta cepat dan murah dalam pengurusan dokumen mereka.
Kita semua tahu PPLB Entikong termasuk titik rawan keluar masuknya TKI tidak resmi ke Malaysia Timur. Dengan adanya P4TKI kita berharap bisa menekan laju angka TKI ilegal.
Pendek kata, mudah-mudahan permasalah TKI ilegal yang salama ini menjadi masalah pelik, secara perlahan bisa kita atasi. Sebab jujur kita akui bahwa permasalahan TKI tidak resmi hingga saat ini jumlahnya masih banyak. Dan siap-siaplah kita menyambut TKI yang sewaktu-waktu bisa diusir paksa oleh Pemerintah Malaysia. Akankah P4TKI menjadi solusinya? Kita tunggu saja.

Baca Selengkapnya..