BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, April 14, 2009

Jalan Rusak, Masalah Kita


Oleh Tanto Yakobus

Jalan Negara yang terbentang sepanjang kurang lebih 600 kilometer lebih yang menghubungkan beberapa kabupaten dengan ibukota provinsi, yang menjuntai mulai dari Kota Putussibau di Kabupaten Kapuas Hulu hingga Kota Pontianak, kini kondisinya memilukan.

Keluhan jalan rusak sudah berlangsung dari tahun ke tahun. Tak jarang pula kerusakan jalan jadi jualan politik ketika berkampanye pilkada, pileg maupun pilpres sekalipun.
Namun jualan politik itu tak satu pun yang menjadi kenyataan. Faktanya, jalan tetap saja rusak. Berlubang di sana sini, lubang yang berukuran besar maupun kecil terhampar hampir di sepanjang jalan.
Nah, itulah masalah kita sesungguhnya. Dari dulu kita selalu direpotkan dengan persoalan transportasi kita yang tidak pernah genah, apalagi mulus. Kita boleh iri ketika menginjakkan kaki ke tanah sebelah, yakni tetangga di Sarawak, Malaysia. Jalan mereka begitu mulus, kendaraan butut pun terasa mewah ketika melintasi ruas jalan mereka.
Tidak ada goncangan, apalagi rasa menahan nafas ketika kemiringan kendaraan melewati ambang batas karena saking dalamnya lubang. Parahnya, bila salahsatu bannya terperosok, nafas terasa sesak, jantung berdetak kencang menahan rasa takut.
Ya, bila kondisi jalan seperti itu, jelas nyawa taruhannya.
Jalan mulus saja cukup banyak nyawa yang melayang, apalagi bila jalan buruk seperti kondisi jalan kita—yang menghubungi Pontianak-dengan beberapa kabupaten di wilayah pedalaman Kalbar ini, tentu angkanya cukup pantastis. Dan angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya itu selalu di keluarkan pihak Kepolisisan setiap menjelang akhir tahun.
Itu baru soal nyawa yang melayang. Sebetulnya yang paling krusial akibat jalan buruk tersebut, adalah soal mobilisasi orang dan barang.
Jalan yang jelek, orang jadi malas bahkan takut bepergian. Pertimbangannya, selain keselamatan, jelas kelelahan selama di perjalanan. Badan pasti bergoyang-goyang tampa henti selama 6 hingga 12 jam.
Belum lagi mobilisasi barang. Akibat jalan jelek, ongkos menjadi mahal. Bayangkan saja, pemilik kendaraan harus mengeluarkan biaya perawatan dua kali lipat dari biasanya. Biaya perawatan itu tidak hanya ban kendaraan, tapi juga spare part lainnya, termasuk konsumsi BBM yang juga mengalami dua kali lipat.
Nah, dengan membengkaknya biaya perawatan kendaraan tersebut, jelas berimbas kepada kebutuhan pokok masyarakat. Ujung-ujungnya masyarakat jadi korban karena harus menanggung biaya perawatan itu dengan membeli sembako yang mahal. Nah, mungkinkah ada sembako murah dengan kondisi jalan yang demikian?
Itulah masalah kita sekarang. Biaya untuk bidang infrastuktur baik dari APBN maupun APBD provinsi cukup besar tersedot ke sana, tapi mengapa hingga kini jalan Negara itu belum juga mulus-mulus.
Perlu ada komitmen para pemimpin kita untuk mewujudkan janji-janjinya untuk membenahi infrastruktur tersebut, utamanya jalan Negara yang menghubungi ibukota provinsi, Pontianak dengan beberapa kabupaten di bagian selatan Kalbar ini.
Sebab dengan membenahi jalan, maka sedikit banyak membantu meringankan beban yang harus ditanggung masyarakat. Artinya, bukan slogan sembako murah, tapi jalan mulus baru sembako bisa murah. Sebab jalan rusak itulah yang menjadi masalah kita selama ini.

0 komentar: