BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Wednesday, February 25, 2009

Menjahit Mulut ke Koran


Oleh Tanto Yakobus

Menjahit mulut ke koran. Istilah ini agak ngetrend di kalangan kru Redaksi Harian Borneo Tribune. Awal mula munculnya istilah menjahit mulut ke koran itu dilantorkan oleh Mering, salah seorang redaktur di koran asli milik Kalimantan Barat ini.

Ya maklum saja, setiap hari rekan-rakan redaktur di Borneo Tribune menjadikan beberapa koran lokal sarapan paginya. Kita sering diskusi membedah berita-berita yang disajikan beberapa media itu.
Kalau melihat kualitas dan logika berita yang kadang tidak memenuhi standar jurnalistik, bisa-bisa redakturnya dibikin senewen. Sebab tiap hari mereka pastilah disuguhkan wartawan dengan berita yang asal ada. Berita yang asal jadi. Parahnya lagi, berita asal buat.
Ya kasarnya wartawan yang demikian sama saja dengan menjahit mulut narasumber atau tokoh tertentu ke koran. Apa pun yang diucapnya dipindahkan begitu saja ke komputer. Rekaman dari A sampai Z muncul di tulisannya. Tidak ada analisa apalagi logika beritanya tidak ada dalam tulisan tersebut.
Itulah yang oleh rekan-rekan redaktur sama dengan menjahit mulut ke koran. ”Ambil mulutnya tempel ke koran, langsung print dan cetak saja,” ujar Mering mengomentari tulisan di koran itu.
Kerjaan yang menjahit mulur narasumber ke koran itu adalah kerjaan wartawan yang masa bodoh. Wartawan malas dan tidak mau belajar. Sesungguhnya tidak ada wartawan yang hebat bila dia tidak mau mengembangkan diri dengan belajar dan terus belajar.
Buntutnya, redakturlah yang kerja keras menulis ulang berita itu kembali agar layak di sajikan ke pembaca. Sebab bila tidak diperbaiki oleh redaktur, reputasi dan kredibelitas koran tersebut taruhnya.
Sebetulnya, ada beberapa kriteria agar sebuah berita layak muat. Diantaranya, peristiwanya aktual, menyangkut sebuah nama penting (public figure, selebritas), menyangkut prestasi yang hebat, termasuk kejadian langka, menyangkut publik dalam jumlah (sangat) besar (massa), dan seterusnya.
Singkat kata: luar biasa, spesial. Sebagaimana filosofi berita yang sangat klasik: Anjing menggingit orang, itu berita biasa, bahkan bukan lagi berita. Tapi bila orang menggigit anjing, itu berita luar biasa, sangat layak muat.
Nah, itulah yang terjadi dengan wartawan-wartawan kita. Adalah tugas kita bersama meningkatkan kualitas wartawan tersebut agar tidak lagi menjahit mulut narasumber ke koran. Sanggupkah?

0 komentar: