BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, February 9, 2009

Kegagalan Demokrasi


Oleh Tanto Yakobus

Peristiwa unjukrasa menuntut pemekaran Provinsi Tapanuli (Protap) yang berujung anarkis berakibat tewasnya Ketua DPRD Sumatera Utara, Abdul Aziz Angkat, telah mencoreng citra demokrasi di Indonesia.

Itu kegagalan demokrasi di negeri ini. Apa pun alasannya, setiap orang harus menghormati hak asasi manusia. Salahsatunya, menghormati demokrasi itu, karena kita sudah sepakat demokrasi adalah yang paling adil. Lebih manusiawi. Lebih mengedepankan hak asasi manusia.
Kita mesti menghargai demokrasi dan hak asasi setiap orang, tentu tidak dengan anarkis. Apalagi sampai menghilangkan nyawa orang lain.
Sekarang kita hidup di era reformasi. Kondisinya beda dengan sebelum reformasi.
Bila sebelum reformasi, kekerasan dan tindakan anarkis massa kerap terjadi, karena memang kondisi waktu itu memungkinkan untuk anarkis massa. Sebab kita hidup dibawah tekanan penguasa waktu itu.
Kita tidak bisa bicara sebebas sekarang. Bila ada yang berani bicara menentang pemerintah, apalagi opisisi, jelas tidak ada tempat, tidak ada ruang. Bila ia seorang aktivis, pasti tinggal nama. Sebab ia akan hilang.
Bila ia seorang pejabat atau militer, maka akan dicekal. Bahkan dipecat. Masyarakat sipil tidak berdaya. Suara demokrasi memang sudah ada, tapi baru sebatas pelajaran di sekolah atau di kampus saja. Praktiknya nol besar.
Beruntung mahasiswa masih punya nyali. Aksi merekalah yang menumbangkan simbol Orde Baru, yakni Soeharto sehingga lahirnya era reformasi pada 21 Mei 1998.
Dengan reformasi kita berharap demokrasi bisa tumbuh subur. Mulai dari pemilu yang diikuti multi partai. Pemilihan presiden dan wakil presiden secara lansung. Hingga pemilihan langsung gubernur, bupati/walikota di berbagai daerah. Hasilnya cukup memuaskan.
Walau pada praktiknya masih terdapat kekurangan di sana sini, tapi secara umum demokrasi bisa tumbuh dengan baik.
Di tengah harapan demokrasi bisa tumbuh subur di negara yang berpenduduk padat dengan wilayah luas yang meliputi ribuan pulau, kita kembali dikejutkan dengan aksi massa yang menewaskan Ketua DPRD Sumut. Peristiwa itu bukan hanya mencoreng citra demokrasi di Indonesia, tapi juga sejarah suram perjalanan politik kita, terlebih sekarang kencang tuntutan pemekaran di berbagai daerah, termasuk kita di Kalbar. Dimana masyarakat kawasan timur menginginkan pemekaran Provinsi Kapuas Raya. Insiden Sumut tentu menjadi alasan tersendiri gagalnya pemekaran Provinsi Kapuas Raya. Nah, bagaimana kita menyikapinya? Mari renungkan.

0 komentar: