BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Thursday, December 18, 2008

Tergencet Kepentingan


FOTO Jessica Waysang/Borneo Tribune
==============
Oleh Tanto Yakobus

Sudah dua pekan lebih kita menikmati harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium turun. Dan pada 14 Desember 2008 lalu, Presiden SBY kembali mengabarkan penurunan harga BBM untuk kedua kalinya. Artinya, dalam dua pekan dua kali penurunan BBM. Dari Rp6.000 perliter turun menjadi Rp5.500 dan kini Rp5000. Penurunan premium ini diikuti solar yang semula Rp5.500 menjadi Rp4.800 perlitarnya.

Sebagai orang awam, tentu kita sangat antusias menyambut penurunan harga BBM ini, karena kita selalu menilai kenaikan harga semua jenis barang pemicunya kenaikan harga BBM. Jadi dengan turunnya harga BBM tersebut, kita berharap diikuti penurunan harga berbagai jenis barang kebutuhan pokok masyarakat, termasuk jasa angkutan transportasi darat maupun laut.
Tapi kenyataannya, hingga hari ini tidak ada perubahan harga berbagai bahan kebutuhan pokok tersebut, bahkan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru ini, harganya justru merangkak naik.
Ini sungguh bertentangan dengan harapan kita tadi. Padahal dengan penurunan BBM premium dan solar tersebut, setidaknya bisa memicu pergerakan sektor ril masyarakat.
Sebab logikanya, dampak dari penurunan harga BBM tersebut kegitan sektor ekonomi masyarakat sudah mulai jalan, meskipun tidak semuanya dipengaruhi penurunan harga BBM, bahkan ada beberapa sektor lain justru masih berat, terutama harga alat dan suku cadang mesin industri yang berimbas pada jasa transportasi darat maupun laut.
Yang teriak sekarang justru pengusaha angkutan yang mengeluhkan mahalnya spare part, sehingga mereka tidak bisa merespon keingingan masyarakat untuk menurunkan tarif angkutan umum yang sudah terlanjur naik menyusul kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.
Namun bagi pemerintah, penurunan harga BBM ini dengan harapkan bisa membantu masyarakat dalam mengatasi beban hidupnya yang semakin berat. Sehingga pemerintah berharap penurunan harga BBM di dalam negeri positif dengan harga internasional. Bila ada perbedaan itu menjadi masukan bagi pemerintah.
Tapi apabila harga BBM di dalam negeri lebih rendah dari harga pasar internasional, maka pemerintah akan membayar subsidi sesuai UU No. 41 Tahun 2008 Tentang APBN 2009. Subsidi ini akan tetap dilakukan untuk solar, premium dan minyak tanah, demikian kata Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati.
Terlepas dari itu semua, kita berharap para pelaku pasar, terutama yang bergerak di sektor ril agar merespon kebijkan pemerintah itu dengan action di lapangan. Kita ingin semua barang murah. Jangan sampai pemerintah sudah menurunkan harga BBM, tapi pelaku pasar atau pengusaha masih belum menurunkan harga sembako dan yang lain-lain. Ujung-ujungnya pemerintah lagi disalahkan. Padahal yang menetukan harga pasar itu adalah pelaku usaha dengan mempertimbangan biaya produksi dan transportasi.
Bila kondisi itu tidak berubah, maka percuma saja pemerintah menurunkan harga BBM, toh yang mengkonsumsi BBM adalah orang-rang kaya yang punya kendaraan. Sedangkan kita rakyat jelata tetap saja menderita. Itulah kita dalam memandang BBM, naik salah turun salah. Naik turunnya harga BBM kita tetap saja tergencet oleh berbagai kepentingan itu.

0 komentar: