BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, December 1, 2008

Netralitas KORPRI

Oleh Tanto Yakobus

Menjelang pemilihan umum (pemilu) 9 April 2009, pegawai negeri sipil yang bergabung dalam Korp Pegawai Repulik Indonesia (KORPRI) dituntut untuk bersikap netral. Netralias anggota KORPRI penting demi mutu pemilu itu sendiri.

Bahkan hari-hari belakangan ini ketika melintas di depan-depan kantor pemerintah, kita bisa melihat dengan jelas spanduk yang bertuliskan ”Dengen Semangat Netralitas, KOPRI Ikut Mensukseskan Pemilu 2009”.
Kiranya, apa yang menjadi tema dalam spanduk itu tidak hanya sekedar slogan semata. Tapi bagaimana supaya slogan dalam spanduk itu bisa diimplentasikan dan dipaktikkan di lapangan pada pemilu mendatang.
Pemilu yang sukses bukan hanya dilihat dari lancarnya pelaksanaannya di tanah air saja, tapi bagaimana dari pemilu tersebut bisa menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas, pemimpin yang benar-benar pilihan rakyat, yang pada akhirnya bisa memberikan kesejahteraan rakyat, bukan sebaliknya.
Jadi PNS sebagai abdi negara dan abdi masyarakat berperan penting dalam mensukseskan pemilu tersebut. Sebab di negeri ini sudah menjadi rahasia umum, masyarakat kita masih manut dengan kalangan PNS.
Sebab masyarakat masih melihat PNS sebagai orang yang serba tahu, tempat bertanya, dan bahkan tempat berlindung. Maka tak heran, apa yang dikatakan seorang PNS pasti diikuti masyarakat.
Karena begitu penting dan strategisnya peran PNS di masyarakat, maka dalam kesempatan menghadapai pemilu 2009 mendatang, KORPRI sebagai tempat PNS bernaung, diingatkan untuk menunjukkan dan menjaga neteralitasnya.
Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutanya pada peringatan hari ulang tahun KORPRI ke-37 tahun ini, secara khusus mengajak seluruh anggora KORPRI untuk tetap bersikap netral, sekaligus menjaga profesionalismenya.
Presiden melihat netralitas anggota KORPRI merupakan wujud komitmen nyata anggota KORPRI, dalam melaksanakan tugas pengabdiannya hanya untuk kepentingan bangsa dan negara. Pada prinsipnya semangat tersebut merupakan bagian dari semangat reformasi yang sudah bergulir kurang lebih 10 tahun ini.
Sebagai orang awam, tentu kita tidak bisa mambayangkan bila netralitas KORPRI tidak ada. Pastilah reformasi yang diperjuangkan para mahasiswa itu akan sia-sia. Kita masih terluka dengan sejarah masa lalu, khususnya di era Orde Baru, dimana kekuatan bangsa ini, terutama ABRI (TNI-Polri) dan PNS menjadi kekuatan sendiri dalam tubuh Golongan Karya (Golkar).
Karena hanya satu kekuatan dalam satu negara, kita pun kini masih merasakan sisa-sisa kegetiran sebagai dampaknya. Kiranya, dalam menghadapi pemilu 2009 mendatang, luka sejarah itu tidak mau kita buka kembali. Kita ingin tutup rapat-rapat luka yang hingga kini masih membekas itu.
Caranya, memang tak ada jalan lain, selain kita mengingatkan anggota KORPRI, TNI-Polri untuk tetap netral dalam pemilu mendatang. Anggota KORPRI mesti dikembalikan ke peran utama meraka sebagai birokrasi, sebagai komponen utama pengelola pemerintahan. Hal ini tidak terlepas dari paradigma baru KORPRI yang profesional, netral, dan sejahtera.□

0 komentar: