BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, December 8, 2008

Kurban di Hati


HEWAN KURBAN
Sekda Provinsi Kalbar, Syakirman, menyerahkan sapi sebagai kewan kurban secara simbolis kepada perwakilan KPMP di halaman depan masjid Kantor Gubernur, Jalan A Yani, Senin (8/12). FOTO Hentakun/Borneo Tribune

=========
Oleh Tanto Yakobus

Hari Raya Iduladha atau Hari Raya Kurban harus dimaknai sebagai etos bagi peningkatan kualitas lahir dan batin. Artinya, ada keikhlasan dalam memenuhi permintaan Allah untuk berkurban.

Memontum Hari Raya Iduladha ini, banyak hikmah yang dapat kita diambil bukan sekedar memperingatinya dengan perayaan dan semangat berkurban saja. Dan yang terpenting bagi umat Muslim mesti sadar dengan makna pengurbanan itu sendiri.
Umat Muslim yang memiliki kemampuan atau kelebihan harta sudah keharus untuk berkurban. Berkurban tidak mesti dengan hewan yang harganya mahal saja, tapi harus memenuhi unsur-unsur dalam berkurban itu sendiri, terutama hewan yang hendak dikurbankan itu terbebas dari segala penyakit.
Sedangkan bagi yang tidak mempu atau secara harta tidak mencukupi, dapat berkurban dengan cara menabung sedikit demi sedikit.
Hari kurban juga menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk melatih keihklasan mengingat menyumbangkan hewan kurban harus didasari dengan rasa ihklas. Terlebih lagi, keihklasan hanya bisa dicapai jika kita mampu memahaminya dengan benar.
Perlu diingat, setiap orang mestilah bersyukur dengan nikmat Allah yang selama ini telah diterima dan dinikmatinya. Bukan hanya dalam bentuk doa atau ibadah semata, tapi juga perlu belajar mempraktiknya dalam kehidupan nyata.
Bukankan itu yang dijalankan oleh para Nabi? terlebih Nabi Muhammad SAW yang menjadi junjungan umat Islam. Dia tidak hanya selalu berdoa memohon petunjuk kepada Allah SWT, tapi mensyukuri nikmat-Nya dalam praktik yang ia jalankan sehari-hari, termasuk pada Hari Raya Iduladha ini.
Semangat berkurban juga dikenal di kalangan Kritiani, utamanya Kristen Katolik. Dalam perjanjian lama mereka juga mengimani semangat berkurban Abraham atau Ibrahim yang rela mengurbankan anaknya Yakob atau Ismail sebagai kurban persembahan kepada Tuhan. Dan kurban kekinian—bagi umat Katolik adalah kurban yang diperbaharui pada perayaan ekaristi setiap hari minggu. Ekaristi adalah peristiwa kurban penyelamatan dalam diri Yeses Kristus yang menyerahkan nyawanya untuk penebusan dosa umat manusia.
Dalam konteks kurban ekaristi, kita ingin menghadirkan kembali peristiwa perjamuan malam terakhir, sebelum Yesus disiksa dan dibunuh di kayu salib oleh orang-orang Yahudi. Ekaristi mau menghadirkan kembali Yesus dalam rupa roti dan anggur sebagai kurban. Dengan mengikuti perayaan ekaristi setiap hari minggu, umat Katolik menghendaki kehadiran Yesus Kristus dan pengurbanannya dalam hati mereka.
Dalam konteks masyarakat plural dengan latar keberagaman ini, kita bisa menghayati semangat berkurban itu dalam hati kita masing-masing. Terlebih tuntunan agama sudah mengajarkan kurban sesungguhnya. Dan praktik sesungguhnya ada di hati kita masing-masing, baik dalam rumah tangga, lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan tempat kerja kita.
Bila semangat berkurban sudah tertanam dalam hati kita masing-masing, maka dalam kehidupan nyata akan tergambar dalam karya-karya yang kita hasilkan. Dan itu sungguh nyata bagi orang lain. Selamat Hari Raya Iduladha. Tuhan beserta kita.

0 komentar: