BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Friday, August 15, 2008

Indonesia Bisa!

Tema Sentral Pidato Kenegaraan Presiden SBY


Oleh Tanto Yakobus

Momentum peringatan 17 Agustus tahun 2008 ini punya banyak makna bagi bangsa kita. Sejarah telah mencatat tahun ini kita memperingati 100 tahun kebangkitan nasional. Selain itu, tahun ini kita juga memperingati kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63, bertepatan dengan peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 10 tahun Reformasi.

Peristiwa-peristiwa sejarah ini, membuktikan jati-diri Indonesia sebagai bangsa yang besar, bangsa yang tangguh, bangsa yang selalu mampu mengatasi tantangan zaman dan bangsa yang bermartabat.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidato kenegaraan tanggal 15 Agustus 2008, tadi siang mengatakan, pada abad ke-21 ini Indonesia diharapkan akan menjadi salah satu negara yang maju dan bermartabat di dunia.
Pidato kenegaraan SBY kali ini patut juga dicatat dalam sejarah kenegaraan kita. Dia telah mematahkan tradisi presiden-presiden sebelumnya, dimana pidato kenegaraan selalu disampaikan setiap tanggal 16 Agustus. Perubahan tradisi ini baru pertama kali terjadi di Indonesia, yakni di era Presiden SBY.
"Maju di segala bidang. Karena kita adalah bangsa yang besar, yang bangkit dengan usaha kita sendiri," kata Presiden dalam pidato kenegaraannya serta keterangan pemerintah atas RUU APBN 2009 beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Jumat.
Untuk itu Presiden mengajak segenap komponen bangsa untuk mengokohkan persatuan, kebersamaan dan kerja keras untuk membangun bangsa dan negara Republik Indonesia yang besar, maju, jaya, dan gemilang.
Pada rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPR Agung Laksono itu, Presiden mengatakan, kesejahteraan dan keamanan Indonesia semakin erat berkaitan dengan situasi internasional.
Karena itu, pemerintah terus menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan nasional. "Postur diplomasi Indonesia yang semakin tampil mengemuka, tidak terlepas dari perkembangan demokrasi kita yang semakin mapan, stabilitas politik yang semakin mantap, situasi hak asasi manusia yang terus membaik, serta ekonomi yang terus tumbuh," kata SBY.
Ia mencontohkan, bulan Desember 2007, Indonesia mengukir sejarah diplomasi dengan keberhasilan menjadi tuan rumah Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim (UN Conference on Climate Change) di Bali yang berhasil melahirkan kesepakatan historis berupa "Bali Road Map". "Kita akan terus berjuang agar `Bali Road Map` tersebut dapat menghasilkan suatu kesepakatan global mengenai perubahan iklim yang diharapkan dapat dituntaskan dalam `Conference of Parties` ke-15 di Kopenhagen akhir tahun 2009," kata SBY.
Presiden juga menyebutkan dalam dua tahun terakhir, Indonesia sukses merampungkan kepemimpinan dalam kelompok Developing Eight (D-8) yakni kelompok negara berpenduduk muslim yang aktif melakukan kerjasama ekonomi dan pembangunan. "Bulan Juli lalu, saya menyerahkan tongkat kepemimpinan D-8 kepada Malaysia," katanya.
Presiden SBY tak lupa mengatakan bahwa Indonesia juga diundang untuk pertama kalinya menghadiri KTT G-8 plus 8 "Outreach Summit" di Hokkaido, Jepang, pada Juli.
Dalam pertemuan tersebut, katanya, Indonesia bersama ekonomi-ekonomi besar dunia membahas isu-isu global dari perubahan iklim, ketahanan pangan, energi, dan pembangunan.
Sementara itu, Indonesia juga terus berperan aktif dalam menjaga perdamaian internasional sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Indonesia juga berperan aktif dalam merumuskan Piagam Organisasi Konferensi Islam yang baru sebagai hasil pertemuan puncak negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Senegal pada tahun ini.
Piagam OKI yang baru itu telah memuat enam hal penting yaitu demokrasi, "the rule of law", tatanan pemerintahan yang baik, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan hak-hak kaum perempuan. Piagam OKI yang baru itu, katanya, membawa angin segar dan sejarah baru dalam pembangunan dunia Islam di masa depan.
Indonesia juga telah memprakarsai dan mendorong ASEAN untuk melakukan transformasi, tidak lagi menjadi organisasi yang hanya didasarkan atas deklarasi atau komunike tetapi menjadi organisasi yang mempunyai status dan kerangka hukum (legal personality) yang jelas. Dengan demikian, ASEAN dapat beradaptasi agar terus relevan menghadapi perubahan lingkungan strategis internasional, katanya.
Sementara hubungan Indonesia dengan Timor Leste juga disebutkan SBY mengalami perkembangan penting. Ia menyebutkan, pada 15 Juli lalu, Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) telah menyerahkan laporan akhir kepada Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Timor Leste. "Kita menyambut baik laporan itu, dan akan menindaklanjutinya. Kita telah menutup lembaran lama, dan membuka lembaran baru. Membangun semangat baru, penuh kedamaian, kemanusiaan, dan persaudaran di antara kedua negara," katanya.
Presiden juga mengatakan, bangsa Indonesia sudah pulih dari krisis moneter yang dulu melumpuhkan, telah melaksanakan reformasi yang menyeluruh di berbagai sektor, sudah berhasil menjalani transisi demokrasi yang penuh tantangan, yang kini menjadikan Indonesia negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.
"Kita juga berhasil mengembangkan budaya politik baru yang demokratis, yang mengedepankan keterbukaan, kebebasan berpendapat, dan akuntabilitas pada rakyat, di mana sekarang hukumlah yang menjadi panglima," kata Kepala Negara.
SBY menilai Indonesia juga berhasil dalam tahun-tahun terakhir ini memperkokoh integritas NKRI yaitu Aceh yang damai, Papua yang stabil, serta Maluku, Poso, dan Sampit yang tenteram.
"Kita berhasil mengatasi bencana alam paling dahsyat di dunia, yaitu tragedi tsunami tahun 2004 dengan semangat solidaritas dan gotong-royong. Dan kita telah kembali menempatkan Indonesia di garis terdepan percaturan regional dan internasional," katanya.
Semua itu, menurut Presiden, bukanlah prestasi individu atau kelompok namun prestasi dan kerja keras seluruh bangsa Indonesia.
Sejarah kebangkitan dan perubahan Indonesia, dari 1908, 1928, 1945, sampai 1998 semua diukir oleh pejuang-pejuang yang bermental "Harus Bisa!".
"Apapun masalahnya, kapan pun masanya, seberapa pun keterbatasannya, kalau kita bermental bisa kita semua bisa, dan Indonesia pasti bisa!" kata Kepala Negara menyerukan.
Pidato kenegaraan Presiden SBY tersebut disiarkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi termasuk TVRI.
Di Pontianak, pidato kenegaraan presiden ditayangkan secara langsung di ruang audio Kantor Gubernur Kalbar. Namur sayang Gubernur Cornelis tak ikut menyaksikan pidato tersebut, karena pada sore harinya harus menghadiri puncak peringatan hari Pramuka se-Kalbar yang dipusatkan di Kabupaten Bengkayang.□

0 komentar: