BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Friday, July 4, 2008

Cinta Ahong Duka Mega

Oleh Tanto Yakobus

Kisah cinta Lim Soi Hong alias Ahong, apa boleh buat, berakhir dramatis. Malah, penduduk Jalan Adisucipto, Gang Teratai, Pontianak, berusia 30 tahun itu, kini menjadi buronan polisi dan gunjingan masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat. Dan, saking kesalnya, ada sebagian warga dengan inisiatif justru ikut berpartisipasi mencari Ahong dengan cara membuat iklan yang memampangkan foto Ahong di koran lokal setempat selama tiga hari berturut-turut.

“Dia harus ditangkap. Bayangkan, akibat ulahnya kami sekeluarga menjadi menderita,” kata Go Kok Yau alias Rusdy Heryanto.
Ulah Ahong memang kebangetan, Jumat siang bolong dua pekan lalu, dengan sebilah belati di tangn kanan, bom Molotov di tangan kiri, Ahong mendatangi rumah took (ruko) Rusdy di komplek Suez Permai, Jalan Hijas Dalam—persis di sebelah Pasar Tradisional Flamboyan Pontianak.
Niatnya hanya satu, membakar ruko—yang diubah menjadi kedai kopi—bakal mertuanya itu. Maka, begitu berada di dalam ruko, bom Molotov itu lalu disulut Ahong dengan korek api. Namu, berhasil dicegah Rusdy dengan cara merangkul dan memiting Ahong. Kemudian, mereka pun bergumul sengit.
Tapi, sial, entah dengan cara bagaimana, Ahong berhasil melepaskan diri dari rangkulan Rusdy, lalu menyabetkan belatinya ke muka dan hidung Rusdy. Akibatnya, hidung Rusdy terkoyak lebar dan mengeluarkan darah segar. Rusdy lalu mundur. Saat itulah digunakan Ahong menyalakan korek apinya dan melemparkan bom melotovnya ke dinding ruko seraya berteriak.
“Saya lebih baik mati daripada tak bisa dapat Mega.”
Ledakan bom itu membuat api segara marak dan membesar menjilati dinding ruko tersebut. Melihat api dengan cepat semakin besar, dan keadaan panic, Rusdy dan anak-anaknya lari keluar rumah menyelamatkan diri. Sementara, Ahong justru naik ke lantai dua. Kemudian dari loteng, ia naik kea tap bangunan, dan segera meloloskan diri.
“Kami tak berpikir lagi menangkap Ahong, yang kami utamakan menyelamatkan diri lalu membawa ayah ke rumah sakit,” kata Indra Gunawan, salah seorang putra Rusdy.
Luka yang diderita Rusdy memang cukup parah. Tapi, syukurlah, setelah dirawat beberapa hari, lukanya sudah membaik namun cacat bekas jahitan masih membekas di hidung.
Menurut Indra, akibat kebakaran itu, tak satu potong pun barang-barang yang bisa diselamatkan. Yang tersisa hanya baju yang melekat di badan saja. Begitupun Indra tetap bersyukur tak ada korban jiwa. Cuma, gawatnya, api yang membakar habis ruko Rusdy merembes pula membakar musnah enam ruko lainnya, satu di kiri dan lima di kanan.
Tak pelak kebakaran di siang bolong yang menjadi tontonan warga itu memusnahkan tujuh ruko berlantai tiga dalam satu blok tersebut.
“Korban jiwa memang tak ada, tapi kerugian materi sementara ditaksir mencapai Rp 1 miliar lebih,” kata Kadispen Polda Kalimantan Barat, Mayor Suhadi, SW kepada GAMMA.
Hitungan kasar untuk nilai bangunan fisik ruko saja mencapai Rp 420 juta (Rp 60 juta/ruko), kemudian nilai barang-barang yang hampir semua tak terselamatkan mencapai Rp 500 juta.
Sampai pekan lalu, Ahong belum tertangkap.
“Sabarlah sedikit, kami pasti menangkap Ahong,” kata Suhadi.
Menurut Suhadi, motif Ahong nekat membakar rumah bakal mertuanya itu dikarenakan cintanya ditolak.
Ceritanya, Ahong dan Mega sudah lama menjalin hubungan, namun secara sembunyi-sembunyi. Sebab, keluarga Mega tak merestui hubungan tersebut. Kenapa?
“Tabiatnya seperti tabiat orang kurang waras, sehingga membuat kami tak suka,” kata Rusdy kepada GAMMA.
Itulah sebabnya, untuk mencegah percintaan itu, setahun belakangan ini Mega, 24 tahun, putri keempat Rusdy dari lima bersaudara itu tak diperbolehkan lagi berpacaran dengan Ahong.
Namun, diganjal begitu, Ahong bukannya mundur. Dan, puncaknya, Ahong nekat melamar Mega, Kamis 3 Juni lalu. Namun, ditolak. Pertengkaran mulut pun terjadi. Puncaknya, Ahong diusir oleh Rusdy, seraya diancam supaya jangan menemui Mega lagi. Dengan kesal, Ahong keluar dan balik mengancam akan membakar rumah tersebut.
Ahong ternyata serius. Esoknya, ancaman itu dilaksanakannya. Akibatnya, tujuh ruko itu pun musnah. Kini, keenam pemilik ruko itu sangat berharap Ahong secepatnya ditangkap. Harapannya, jika Ahong tertangkap, maka keluarga Ahong—yang lumayan kaya—akan ikut membantu Ahong membayar ganti rugi.
Kondisi Rusdy, yang kini tinggal di Jalan Ketapang, Pontianak, sudah membaik. Sedangkan, Mega kini diungsikan ke rumah salah satu keluarganya di Pontianak. Kenapa diungsikan?
Rupanya, keluarga Rusdy mencemaskan adanya kemungkinan Ahong dalam buronnya tiba-tiba menjemput dan membawa kabur Mega. Untuk mengantisipasi aksi itulah, maka tempat persembunyian Mega dirahasiakan.
“Dengan begini, saya kini bisa tidur nyenyak,” kata Rusdy kepada GAMMA. Wahai Ahong, di manakah kamu berada?

○Terbit di Majalah GAMMA No. 18 Tahun I-27 Juni 1999 hal 70.

0 komentar: