BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Monday, June 9, 2008

Duan Wu Jie


Oleh Tanto Yakobus

TRADISI Duan Wu Jie atau Peh Cun di kalangan Tionghoa Pontianak dilaksanakan, Minggu (8/6) atau penangalan Cina, Imlek 5 bulan 5 tahun 2559. Ribuan warga Tionghoa di Kota Pontianak dari berbagai umur berkumpul di Dermaga Kong Sun, Siantan. Mereka beramai-ramai menceburkan diri ke Sungai Kapuas untuk menyucikan diri agar mendapatkan berkah dan keselamatan hidup di dunia ini.

Warga seakan tidak memperdulikan keselamatan mereka dengan kondisi arus Sungai Kapuas yang agak deras. Ada yang berenang sampai ke tengah sungai dengan menggunakan pelampung karet, ada juga yang tidak. Ada yang mengantungkan diri ke kapal motor yang melintas dan ada juga yang menyewa sampan. Mereka menaiki beramai-ramai, lalu setelah sampai ke tengah sungai mereka menceburkan diri. Setidaknya mereka saling melempar kantong berisi air. Yah, mereka main perang-perangan dengan kantong air.
Canda tawa diantara mereka membuat suasana menjadi riuh. Sebuah pemandangan yang luar biasa harmoni.
Anak-anak lebih banyak mandi di pinggir sungai dengan ditemani orang tuanya. Bagi anak-anak, ini kesempatan emas untuk berakrab ria dengan orang tua mereka.
Meme, warga Siantan yang mandi, ketika saya temui mengatakan, tradisi menceburkan diri ke sungai, secara pasti dirinya tidaklah tahu, “tapi acara seperti ini sudah tradisi tiap tahunnya,” ujarnya.
Zaman dulu katanya ada seorang panglima perang atau ksatria yang setia pada kerajaan, namun ada enam perdana menteri menuduh dia pemberontak. Karena hasutan tersebut kerajaan langsung percaya dan dia akhirnya diusir dari kerajaan dan diburu oleh orang kerajaan untuk dibunuh.
Nah karena putus asa dikejar terus akhirnya dia mengambil jalan pintas menceburkan dirinya ke sungai. Namun setelah dia wafat barulah masyarakat tahu bahwa bukan dia yang melakukan pemberontakan, maka masyarakat pun berusaha mencarinya. Anehnya, mayatnya tidak ditemukan. Dan masyarakat pun membuat kue bak cang yang terbuat dari ketan dan beras dengan diisi daging babi lalu dibuang ke sungai untuk memberi makan ikan dan penghuni sungai agar tidak memakan jenazah panglima perang tersebut.
“Acara ini hanya tradisi nenek moyang orang Cina untuk memperingati seorang panglima perang yang menceburkan diri ke sungai karena putus asa dianggap sebagai pemberontak, padahal yang melakukan pemberontakan adalah keenam menteri di kerajaan sendiri,” jelasnya mengutif cerita tadi.
Sedangkan menurut sejarahnya pada 339 SM-277 M, ada seorang menteri Raja Hua dari negara Chu namanya Qu Yuan, di masa perang ia seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya. Dia banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu yang bersatu dengan negara Qi untuk memerangi negara Qin. Namun sayang dia dikritik keluarga raja yang tidak senang dengannya sehingga dia akhirnya diusir karena cemas akan masa depan negara Chu kemudian dia bunuh diri melompat ke Sungai Yu Luo.
Kisah ini tercatat dalam buku sejarah “Shi Ji” tulisan sejarawan Sima Qian.
Lain halnya dengan Hiu Cse Kung, 64, warga gang Bersatu, Siantan, mengatakan, orang Cina mempercayai mandi tepat jam 12.00 akan menyembuhkan berbagai macam penyakit dan bagi yang tidak mandi biasanya mengambil air sungai disimpan di jiriken dan dibawa pulang ke rumah untuk minum atau bilas.
“Air sungai pada hari ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit asalkan dukun yang menyuruh, selain itu di rumah-rumah juga membuat kue bak cang untuk dibagikan kepada keluarga terdekat,” kata Hiu Cse Kung yang menemani cucunya mandi di pinggir Sungai Kapuas.□

Foto: Warga Tionghoa yang sedang bersukaria mandi di Sungai Kapuas. By Andika Lay/Borneo Tribune