BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Saturday, March 8, 2008

Villa Jerusalem


RABU (6/2) lalu, aku bersama enam rekan kantorku berkunjung ke Kabupaten Landak. Tujuan kami ke datang ke Negeri Intan—julukan Kabupaten Landak--adalah untuk bertemu dengan Bupati Landak, Adrianus Asia Sidot. Memanfaatkan hari libur Imlek, aku dipercayakan teman-teman atur waktu janjian ketemu bupati.
Kalau PNS atau kantor lain libur pas hari Imlek, Kamis (7/2), maka kami yang bekerja di institusi penerbitan surat kabar liburnya justru tanggal 6, sehari sebelum Imlek. Aku pun buat janji ketemu bupati tanggal 6 tersebut.


Hari itu, sekitar pukul 07.00 WIB aku, Nur Iskandar, Ukan Dinata, Alex Mering, Stefanus Akim, Rustam, Lazarus dan seorang teman dari LSM Yohanes Supriyadi berangkat dari kantorku di Jalan Purnama Dalam No. 02 menggunakan mobil xenia.
Dengan kecepatan sedang kami menelusuri jalan utama dalam kota menuju arah jembatan tol dan selanjutnya menuju luar kota ke arah Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak. Kabupaten Landak adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak pada tahun 2000 lalu.
Sekitar 50 menit dalam perjalanan, kami sampai di Sungai Pinyuh. Sungai Pinyuh adalah kota perdagangan dengan penduduk mayoritas etnis Tionghoa. Sungai Pinyuh juga dikenal sebagai daerah segi tigas mas. Sebab kota ini letaknya sangat strategis. Dia adalah pintu keluar masuk untuk menuju ke arah utara dan timur Kalbar.
Ke utara adalah rute ke Kota Singkawang, Kabupaten Sambas maupun Bengkayang. Sedangkan ke selatan, adalah rute ke Kabupaten Landak, Sanggau, Sekadau, Melawi, Sintang dan Kapuas Hulu. Pun demikian bila hendak menuju Sarawak Malaysia, kita mesti melintasi kota Sungai Pinyuh.
Walau terbilang kota kecil di Kalbar, tapi Sungai Pinyuh kota hidup yang lengkap dengan aktivitas masyarakat perkotaan. Penduduknya selain mengandalkan jasa dan perdagangan, juga ada yang mengantungkan hidupnya dari pertanian.
Setelah ngopi sejenak di Sungai Pinyuh, kami melanjutkan perjalanan dengan Nur Iskandar sebagai drivernya. Setelah meliuk-liuk di gunung Sehak, sekiar pukul 11.00 kami tiba di Ngabang, ibukota Kabupaten Landak. Aku coba kontak bupati, ternyata beliau sedang mimpin rapat dengan DPRD dan seluruh dinas.
Maklum Adrianus baru beberapa hari dilantik menjadi bupati mengantikan bupati Cornelis yang terpilih sebagai Gubernur Kalbar dalam pemilu gubernur 15 November 2007 lalu. Dan Cornelis sendiri baru dilantik Mendagri, Mardiyanto pada 14 Januari 2008.
Sebelumnya, Adrianus adalah wakil bupati Landak. Ia mendampingi Cornelis dalam pemilihan kepada daerah (Pilkada) Kabupaten Landak periode 2006-2010. Pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan partai pendukung lainnya ini dipercaya masyarakat Landak untuk memimpin Negeri Intan itu.
Namun dalam perjalanannya, karena tuntutan politik masyarakat Dayak Kalbar yang merindukan putera Dayak untuk memimpin Kalbar, maka tampillah Cornelis sebagai kandidat gubernur dan selanjutnya dalam pemilu ia memenangkan pertarungan itu dengan mangalahkan incumbent Usman Ja’far, Anggota DPR-RI Akil Mochtar dan pengusaha nasional, Oesman Sapta Odang.
Setelah Cornelis terpilih jadi Gubernur, Adrianus otomatis menjabat Bupati Landak yang dilantik langsung oleh Cornelis selaku Gubernur Kalbar. Dalam menjalankan tugasnya, kini Adrianus berjalan seorang diri, tanpa ada wakil. Itu terkait dengan UU politik dan pemerintahan kita yang belum mengatur kasus seperti di Kabupaten Landak. “Sendiri pun tak apa, lebih enak,” ujar Adrianus kepada kemi ketika menerima kami di ruang kerjanya ketika itu.
Pertemuan kami dengan Adrianus berlangsung akrab. Hari itu wajahnya tanpak berseri-seri, maklum hari itu tanggal 6 Februari 2008, Adrianus berulang tahun ke 47. Ini sungguh kebetulan. Sebagai seorang bisnis, momen itu sangat baik bagi aku dan teman-teman kantorku untuk membicarakan kerjasama pemberitaan dengan Pemkab Landak.
Sebab momen itu sungguh hari baik bulan baik. Sehingga semuanya berjalan lancar. Saking senangnya, sang Pemred Nur Iskandar berujar, “bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan kita ke Kabupaten Sanggau, sekaligus kita menjengguk Agus disana,” ajaknya.
“Oke,” jawabku seraya menambahkan “kan besok libur kita tidak terbit”.
Kami pun makan sejenak dan langsung tancap ke Kabupaten Sanggau. Rencana balik hari berubah total. Teman-teman ku ada yang SMS dan ada pula yang telepon langsung memberitahukan keluarganya kami akan ke Sanggau, balik hari atau nginap belum tahulah.
Tepat pukul 14.30 WIB kami meluncur ke Sanggau. Syukur jalan poros Sanggau-Ngabang kondisinya lumayan bagus, sehingga kami walau santai tak terasa akhirnya tiba juga di Kota Bumi Daranante itu. Tapi dalam perjalanan, Alex kontak Akim—seorang pengusaja kontraktor di Sanggau. Alex pastikan kami akan menginap di Sanggau dan rencananya di Villa Jerusalam milik Akim tersebut.
Bagiku pribadi, Villa Jerusalem bukanlah barang baru. Baik sendiri maupun bersama teman-teman, aku sudah berkali-kali menginap di villa itu. Villa itu lokasinya amat strategis di atas bebukitan. Jaraknya dari Kota Sanggau kurang lebih 7 kilometer. Embun pagi, udara segar sangat membangkitkan selera hidup. Sebab kondisi alami seperti itu tidak akan ditemukan di Pontianak atau kota lainnya di Kalbar, termasuk Singkawang konon menurut tamu dari luar Kalbar, sudah sangat bagus dan sejuk. Tapi Villa Jerusalem milik Akim pemandangannya lebih asyik lagi.
Bila kita bangun bagi, terasa di atas awan, sebab gumpalan embun-embun bergulung-gulung di atas pepohonan yang mengitari bebukitan di sekitar villa. Ketika matahari keluar dari selimut bumi, kita bisa melihat sejauh mata memandang Kota Sanggau dan delta Sungai Sekayam yang menginduk ke Sungai Kapuas—sungai terpanjang di Kalimantan.
Lekukan Sungai Kapuas yang tanjungnya membentuk Kota Sanggau bak ular bila dipandang dari Villa Jerusalem. Namun sayang, sang pemilik villa, tidak mau mengkomersilkan villa miliknya itu. “Kalau kalian mau nginap bilang saja, ambil kunci buka sendiri, lampunya hidup sendiri, tak usah bayar segala lah,” ujar Akim ketika bertemu kami. Dia pun buru-buru menelpon koleganya minta diantarkan kunci.
Tapi tambah Akim, villa itu terbatas, hanya teman-teman dekat atau pejabat saja yang boleh menginap di situ. “Yang lain tidak, masih banyak usaha lain yang bisa mendatangkan uang, termasuk fotografer,” katanya seraya menunjukan kamera digital merk Cannon. Akim masih tergila-gila dengan dunia barunya sebagai fotografer. Apalagi dia sudah mulai mengenal program photoshop di komputer.
“Wah asyik juga bikin foto pernikahan orang-orang tua yang di kampung ketika kawin tidak bisa foto, sekarang aku bikin fotonya, mereka senang lho,” ujarnya.
Setelah bincang-bincang sama Akim yang tampak sibuk mempersiapkan show lagu-lagu dan busana Tionghoa dalam rangka hari raya Imlek di sebuah kelenteng yang bersebelahan dengan masjid di pasar Senggol Sanggau, kami pun pamit menuju villa di arah bebukitan tadi.
“Waw…..pagi ini idah sekali,” ujar Yohanes Supriyadi, ketika menyaksikan pemandangan idah pagi harinya. Maklum ketika datang malam tadi, dia tidak bisa melihat apa-apa. Hanya sebuah rumah gelap di tengah hutan belantara.
Bukan hanya Lancur—sebutan Yohanes Supriyadi, teman-teman kantorku yang lain juga pada terpesona dengan keindahan alam di sekitar villa. Tapi bagiku pribadi, karena mungkin sudah terlalu sering, gak ada yang aneh. Beda dengan teman-temanku, mereka seperti burung lepas dari sangkarnya. Atau seperti narapidana terbebas dari hukuman. Bebas menghirup udara segar pegunungan.
Setelah puas menikmati keindahan alam Villa Jerusalem, mata hari mulai beranjak naik. Kami pun siap-siap meninggalkan villa dan mencari makanan di bawah sana. Kami lalu mampir ke tempat pemancingan ikan untuk sarapan pagi.
Usai sarapan pagi, kami manfaatkan untuk rapat kantor di tempat pemancingan ikan sekaligus kafe itu. Setelah semua beres, sebelum kembali ke Pontianak, kami mampir ke rumah Bupati Sanggau, Yansen Akun Effendi. Kami Imlekan sama pak bupati. Yansen adalah bupati Tionghoa pertama di Kalbar bahkan Indonesia. Usai imlek kami pun menuju Pontianak. Wah gak terasa hari ini aku kerja rutin lagi. Bisa melakukan editing berita wartawan yang sangat melelahkan. Itulah kerjaanku.□

3 komentar:

diriku adanya said...

Senangnya bisa menghabiskan waktu bersama dan memanfaatkan waktu senggang....
foto-fotonya bergaya: Cool,perkasa,independent,menantang
Tp sayang ya tidak ada perempuanya.
....he...he...Gbu

Tanto Yakobus said...

ada sih perempuannya, tapi sayang di bawa ke luar, perempuan di kantor ku cantik-cantik.......hehehe....ngeluar orang melihatnya, tapi tunggu outbone akhir tahun pasti ada perempuannya.......

diriku adanya said...

Ok lah...