BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, March 4, 2008

Motor Bandung


Dulu motor bandung ini merupakan alat transportasi utama di Kalimantan Barat (Kalbar). Dia tidak hanya mengangkut penumpang (orang), tapi juga berbagai jenis barang kebutuhkan pokok yang dipasokan ke pedalaman Kalbar. Pun demikian sebaliknya, motor bandung juga dipakai untuk mengangkut segala hasil hutan dan hasil pertanian lainnya untuk dijual ke kota-kota mulai dari kota kecamatan hingga ibukota provinsi di Pontianak.


Motor bandung ini terbuat dari kayu keras macam belian (ulin) atau tembesuk. Kayu ini adalah jenis kayu yang tahan dengan hempasan batu dan sanggup terendam sepanjang tahun di dalam air.
Untuk mengerakkan motor bandung, harus didorong dengan mesin diesel yang berkapasitas 60 hingga 200 PK. Mesin ini dipasang di dasar badan motor bandung dengan baling-baling di bagian belakang bawah air.
Ukurannya bermacam-macam sesuai kebutuhan si pemiliknya. Bila pemiliknya menjadikan motor bandung sebagai alat transportasi penumpang maka ukurannya agak lebih kecil. Tapi umumnya motor bandung digunakan untuk keperluan niaga oleh para taoke (sebutan untuk pedagang) barang kebutuhan pokok di Kalbar.
Selain itu, ukuran motor juga disesuaikan dengan kondisi sungai atau lebarnya sungai yang menjadi rute motor bandung. Kalau untuk Sungai Kapuas yang membelah bagian selatan pulau Kalimantan yang panjangnya hampir 800 km dan lebar 300-500 meter dan kedalamannya mencapai rata-rata 6 hingga 40 meter, maka ukuran motor bandung bias mencapai lebar 4-6 meter dan panjang bica mencapai 30-40 meter.
Tapi kalau untuk rute anak-anak Sungai Kapuas ukuran rata-rata motor bandung 2,5 x 20 meter. Kalau yang lebih kecil lagi, masyarakat Kalbar menyebutnya sampan atau motor air.
Dulu motor bandung ini sangat vital sekali keberadaannya bagi masyarakat Kalbar. Tidak saja untuk bepergian ke daerah lain, tapi juga sebagai urat nadi perekonomian masyarakat. Dengan bobot muatan 30 hingga 50 ton, dia sanggup menyuplai kebutuhan pokok untuk suatu daerah. Namun bila musim kemarau tiba dan sungai mengering, maka ketersidiaan kebutuhan pokok juga terhenti, karena motor bandung tidak bisa beroperasi. Yang bisa jalan hanya sampan-sampan kecil.
Kondisi itu hampir terjadi setiap tahun. Itu setelah terjadi pembalakan terhadap hutan Kalimantan secara besar-besaran di masa Orde Baru oleh perusahaan-perusahaan berskala besar. Bahkan bila musim kemarau tiba selama dua atau tiga bulan, Sungai Kapuas bisa bermain bola di badan sungai. Padahal dulu menurut kesaksian para orang tua, Sungai Kapuas tidak pernah kering sepanjang tahun debit airnya tetap stabil, tidak seperti sekarang, kemarau tiba langsung kering.
Kondisi sekarang lebih parah lagi, sudahlah hutannya habis, bukit-bukitnya ditanami kelapa sawit oleh perusahaan perkebunan yang memang marak belakangan ini. Tahulah, sawit tidak bisa menyerap dan menahan air. Akitanya, bila kemarau sungai menjadi kering dan bila musim hujan banjir mengenang sebagian besar wilayah Kalbar. Tak bisa dibayangkan berapa kerugian baik yang diakibatkan kemarau panjang maupun banjir.
Yang sungguh merasakan adalah para petani. Bila kemarau panjang, maka lahan pertanian menjadi kering dan padi atau tanaman lainnya tidak bisa tumbuh karena tidak ada asupan air. Jelas petani akan mengalami paceklik, karena mereka gagal bertani. Itu belum lagi resiko kebakaran lahan.
Kebakaran lahan ini lagi-lagi petani jadi kambing hitam yang mengekspor asap ke luar negeri macam Malaysia dan Singapura. Padahal kebakaran lahan itu belum tentu dibuat oleh petani, tapi ulah perusahaan yang melakukan land claring atau pembersihan lahan perkebunan mereka. Atau memang karena musibah gesekan ranting atau dahan yang terlalu kering menimbulkan api dan terjadilah kebakaran lahan yang hebat.
Sebaliknya bila musim hujan, jelas banjir akan mengenani lahan pertanian, ternak bahkan perkampungan bisa hanyut. Jelas akan menyebabkan kerugian yang tidak terhingga. Mulai dari gagal panen hingga hilang harga benda disapu banjir. Nah, itulah fenomena alam yang sengaja dibuat manusia.
Selagi menikmati hasilnya, manusia lupa bahwa dia telah merusak ekosistem dan mengganggu ketenangan makhluk atau tumbuhan lainnya. Bila mereka marah da murka, maka manusia hanya bisa saling menyalahkan tanpa mau introspeksi diri. Mulai menyalahkan pejabatlah, perusahaanlah atau malah marah sama Tuhan sang pencipta alam yang indah ini.

Colombo plan
Tahun kedua presiden Soeharto berkuasa yakni sekitar tahun 1970-an hingga awal 1980-an, Soeharto gencar melakukan pembangunan di Indonesia. Negara-negara donor diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia.
Khusus di Kalimantan untuk membuka isolasi daerah yang sebelumnya hanya mengandalkan jalur sungai, maka mulai dibuka jalur transportasi darat. Untuk mendukung program tersebut, Negara maju terutama Eropa dan Amerika turut berpartisipasi dalam pembangunan di Jawa-Sumatera dan Kalimantan.
Di Kalbar proyek membuka isolasi itu disponsori oleh Eropa dan Amerika yang tergabung dalam Colombo Plan. Sebagai pelaksana proyek adalah Australia yang membuka jalan poros selatan Kalbar.
Yakni mulai dari Kabupaten Sanggau hingga Sintang. Kemudian proyek itu dilanjutkan oleh Korea Selatan hingga pertengahan tahun 1980-an.
Proyek Colombo plan adalah upaya pengerasan jalan utama yang menjadi tanggung jawab Negara mulai dari ibukota provinsi dan menembus seluruh kabupaten. Mereka hanya mengeraskan jalan rintisan jaman penjajahan Belanda.
Belanda membuka jalan yang menembus rimba belantara Kalbar menerapkan kerja paksa yang dikenal dengan Romusa. Ribuan nyawa melayang akibat Romusa. Selanjutnya pada jaman Jepang dilanjutkan dengan kerja Rodi. Walau hanya 3,5 tahun, kekejamannya lebih terasa. Bahkan puncaknya satu generasi orang Kalbar tewas di bunuh Jepang tahun 1942 di Mandor yang kini dijadikan Hari Berkabung Daerah yang diperingati setiap tanggal 28 Juni.
Semenjak adanya jalan poros selatan atau lintas selatan, maka transportasi utama mulai bergeser dari transportasi air menjadi darat. Dan pada akhir tahun 1980-an hingga sekarang, transportasi darat jadi urat nadi utama perekonomian masyarakat Kalbar. Selain cepat, juga aman, karena rutenya melintasi setiap kota yang ada di Kalbar.
Walau demikian, transportasi air yang mengandalkan motor bandung juga tetap eksis. Sebab selain biaya murah, juga muatannya banyak.
Bila dulu jarak tempuh Pontianak-Putussibau di Kapuas Hulu menggunakan motor bandung bisa 5 hingga 6 hari, maka pakai jalan darat hanya ditempuh 1 hari 1 malam. Atau sekitar 18 jam. Bila jalan mulus bisa lebih cepat lagi.
Nah itulah cerita motor bandung, kapan persis masyarakat menggunakannya tidak ada yang tahu, tapi yang jelas masyarakat Kalbar dari awal menemukan pulau Kalimantan sudah menggunakan sampai atau rakit mudik mengikuti aliran sungai mencari daerah subur untuk berladang dan menetap hingga ada keturunan. Begitulah seterusnya, mereka terus mudik dan menetap lalu perjalanan mudik dilanjutkan oleh keturunannya hingga dikenal sebagai orang Dayak Kalbar sekarang. Konon asal mereka dari Yunan, China bagian selatan.□

0 komentar: