BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Wednesday, November 28, 2007

Menunggu Janji Presiden

Angin segar bagi para guru di Republik ini. Setelah tahun 2005 lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan pekerjaan guru sebagai profesi, pada peringatan Hari Guru dan ulang tahun ke-62 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), yang berlangsung di Rumbai Sport Hall, Pekanbaru, Riau, presiden kembali menjanjikan akan menaikkan kesejahteraan guru.

Menurut presiden, guru mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebab di tangan gurulah kualitas manusia suatu bangsa ditentukan.
Tekad presiden tersebut sangat beralasan dan patut untuk didukung. Dan bagi para guru sendiri, janji itu patut untuk ditunggu. Kita mendukung, karena prefesi guru adalah profesi yang amat mulia. Sebab mereka mempunyai tugas yang mulia pula, yakni sebagai peletak dasar kecerdasan suatu bangsa.
Itu pula yang menjadi dasar presiden untuk meningkatkan penghasilan guru. Dalam pemerintahannya, presiden menjadikan pendidikan prioritas utama disamping berbagai proritas lainnya.
“Saya dan menteri akan meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan guru. Ini adalah komitmen dan tanggungjawab negara menaikkan kesejahteraan guru," kata presiden di hadapan ribuan guru yang menghadiri peringatan PGRI di Riau itu.
Namun yang patut menjadi pertanyaan kita adalah, apakah kebijakan presiden itu bisa diterjemahkan oleh para menteri, terutama Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Keuangan? Lalu bagaimana dukungan dari DPR? Jangan sampai kebijakan presiden ini lalu dibaca sebagai kebijaka politik menjelang pemilu legislatif dan presiden 2009 mendatang.
Bila itu yang terjadi, maka kebijakan presiden itu akan mental di anggaran yang dalam hal ini dibahas di DPR-RI. Jadi bukan salah presiden yang telah menjanjikan, namun perlu dukungan pula dari DPR.
Lalu di tingkat daerah, kebijakan itu juga perlu mendapat dukungan dari gubernur, bupati dan walikota. Dukungan mereka mutlak diperlukan, mengingat guru kita terutama yang bertugas di daerah, termasuk di pesisir dan pedalaman, kehidupan mereka masih jauh dari yang dikatakan sejahtera.
“Bagaimana mungkin mereka bisa mengajar dengan baik, sementera mereka juga terbebani dengan kegitan lain seperti harus mencari nafkah dan sebagainya di luar tugasnya sebagai guru”. Kondisi ini yang harus dipahami bersama.
Presiden mengatakan pemerintah dengan segala tantangan dan keterbatasannya berusaha terus meningkatkan pendidikan, agar manusia dan bangsa Indonesia lebih bermartabat, unggul dan berdaya saing.
Untuk menuju kearah sana, tidak ada jalan lain, selain menggalakan dunia pendidikan kita. Dengan memperhatikan kesejahteraan guru, memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan, maka tujuan memajukan bangsa bisa terwujud dan bisa menang dalam persaingan keras globalisasi.
Dulu, orang Malaysia saja belajar di Indonesia. Tapi kini kondisinya beda, kita yang mesti belajar di Malaysia. Artinya, dalam persaingan global, kita sudah ketinggalan dari Malaysia.
Untuk kembali kekejayaan masa lampau, kita harus membenahi pendidikan kita. Sekarang saja kita sudah ketakutan dengan standar kelulusan yang kabarnya akan dinaikan lagi.
Tapi disisi lain, kita harus menerimanya. Sebab kita harus tahu dengan standar pendidikan kita sudah sampai dimana? Sekarang kita masih meraba-raba seberapa tinggi standar atau kualitas pendidikan kita? Semua masih menjadi tanda tanya besar.
Namun ditengah carut marutnya mutu pendidikan kita, ternyata ada anak-anak kita yang berprestasi dunia. Seperti di bidang Fisika, Matematika dan sebagainya. Bahkan di Byan bisa mengharumkan nama Indonesia lewat lukisan prangkonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Nah, kalau mau jujur, pendidikan kita sebetulnya tidak buruk-buruk amat. Tinggal bagaimana pemerintah merealisasikan janjinya mensejahterakan guru sehingga mutu pendidikan kita jauh lebih meningkat lagi.
Maju mundurnya suatu bangsa, juga tidak lepas dari peran guru selaku orang yang mempersiapkan calon pemimpin lewat lembaga pendidikan. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya kalau guru tidak ada. Apa jadinya suatu bangsa kalau tidak ada dunia pendidikan. Karena begitu pentingnya peran guru, maka mereka layak untuk diperhatikan. Sebab guru merupakan pemimpin yang setiap tingkah laku dan perkataannya diikuti (digugu) dan ditiru.

0 komentar: