BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Wednesday, November 28, 2007

Buah Demokrasi

Rangkaian pelaksanaan pemilu gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) yang puncaknya dilakukan pada 15 November 2007 lalu, hampir rampung. Kita hampir melewati tahap akhir yakni sidang pleno rakapitulasi perhitungan suara masing-masing pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kalbar periode 2008-2013, Senin (26/11) kemarin.

Pleno yang dilangsungkan di ruang serbaguna Gedung DPRD Provinsi Kalbar itu disaksikan puluhan ribu pasangan mata baik di ruangan sidang maupun lewat siaran langsung TVRI SPK Pontianak, sebelum pengesahan gubenur dan wakil gubernur terpilih yang dijadwalkan hari ini.
Bagi masyarakat Kota Pontianak, hampir tidak ada yang melewatkan peristiwa bersejarah tersebut. Sebab ini adalah Pemilu gubernur pertama di Kalbar yang dilakukan secara langsung oleh rakyat.
Makanya, tak heran sepanjang pagi kemarin, hampir semua warga kota Pontianak tidak beranjak dari depan televisi. Warga terfokus dengan acara rekapitulasi suara yang menghadirkan semua KPUD Kabupaten/Kota se-Kalbar, saksi dari masing-masing kandidat, kandidat, pejabat terkait seperti Pemprov, pihak kepolisian dan kejaksaan.
Pada tahap ini tidak ada lagi yel-yel atau kampanye yang menawarkan program atau visi misi sang kandidat. Ini adalah rangkaian proses akhir yakni perhitungan suara yang telah masuk ke meja KPUD Provinsi Kalbar. Walau secara umum sebetulnya kita semua sudah tahu siapa “pemenangnya” tapi kita harus menunggu lembaga resmi yang mengumumkan tentang siapa yang memperoleh dukungan suara terbanyak. Itulah yang dipertontonkan pada, Senin kemarin.
Ya, kita sudah bersepakat untuk melaksanakan sebuah demokrasi. Sebagai konsekuensi logis demokrasi itu adalah ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi sesungguhnya dalam konteks ini, sebenarnya tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Yang menang adalah masyarakat Kalbar.
Masyarakat saja bisa menerima hasilnya, mengapa kita harus mencederai kepercayaan masyarakat itu? Tentu sebagai pelaku politik, jelas ada perasaan yang kurang enak. Tapi sekali lagi, sebagai politisi, jelas sudah paham dengan kondisi tersebut. Dia tidak kaget ketika mendapat dukungan, demikian juga ketika tidak mendapat dukungan, dia tidak shock yang berlebihan.
Anggap semua itu “permainan” sehingga kita tidak larut dalam kesedihan. Apalagi kondisi ini sempat membuat kita tidak nyaman akibat isu yang menyebar bagai virus lewat pesan singkat (SMS). Bahkan kalau kita mengingat isu lewat SMS itu, rasanya menyesal kenapa harus ada Pilgub. Tapi kembali lagi, sebagai sebuah Negara yang memilih jalan demokrasi untuk mengganti pucuk pimpinannya, suka tidak suka kita harus menghargai proses demokrasi.
Beruntung suasana yang tidak nyaman itu langsung direspon aparat kepolisian dengan menempatkan sekitar 2000 pasukannya di tempat-tempat strategis yang bisa dikategorikan rawan.
Mendekati pleno, siang malam aparat kepolisian yang dikomando langsung Kapolda Brigjan Pol Zainal Abidin Ishak, melakukan Operasi Cipta Kondisi dengan menggelar razia yang ditujukan kepada masyarakat pengguna kendaraan roda dua maupun roda empat. Tujuan razia tersebut jelas untuk memberi rasa aman masyarakat.
Aparat kepolisian patut bekerja ekstra keras, mengingat ancaman yang luar biasa seram menjelang pleno. Tapi sekali lagi kita patut bersyukur, kita bisa melewatinya dengan baik. Pleno berlangsung aman dan damai. Proses yang semua was-was berubah menjadi tontonan yang mengasyikkan.
Walau ada saksi yang tidak menandatangani berita acara, kita juga patut menghargainya. Sebab esensi dari demokrasi adalah setuju dan tidak. Jadi kita harus bisa menghargai perbedaan itu. Biarlah semua mencair bagai air.
Oleh karena itu, sikap legowo dan lapang dada penting ditonjolkan disini. Artinya kita harus menghargai semua pihak, baik itu pemerintah yang telah susah payah menrancang pelaksanaan Pilgub hingga lembaga penyelenggara pemilu di seantero Kalbar, mulai dari KPPS, PPK dan KPU kabupaten/kota dalam menunaikan tugas dan tanggungjawabnya secara konsisten. Terlebih bagi pihak penyelenggara pemilu yang wilayahnya mengalami kendala alam pra maupun pasca digelarnya Pilgub 15 November lalu.
Kerja keras mereka harus kita hargai dengan menerima hasil akhir perhitungan suara. Memang setiap demokrasi pasti ada riak. Dan riak itu juga biasa. Tapi kita harus arif dan bijaksana menyikapi riak atau protes itu. Itulah kekurangan kita.
Toh penyelenggaraan pilgub ini secara garis besar tidak menyimpang dari perintah Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2005. itu pulalah yang mendasaru dilakukannya rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu gubernur dan wakil gubernur Kalbar 2007 pasca KPU kabupaten/kota usai melakukan proses itu di daerahnya masing-masing.
Dan akhirnya kita semua menyaksikan secara langsung maupun lewat media massa terhadap pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu gubernur dan wakil gubernur Kalbar. Dan hasilnya dapat dikatakan sudah diterima semua saksi, walau ada satu saksi yang belum menandatangani berita acara pengesahkan hasil rekapitulasi suara dimaksud, tapi itu tidak ngaruh. Itulah buah demokrasi!

0 komentar: