BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Thursday, November 29, 2007

Aksi Tanam Pohon

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada aksi penanaman 79 juta pohon di Indonesia yang dilakukan secara simbolis di Desa Cibadak, Bogor, Rabu (28/11) menegaskan, bukan sekedar gaya belaka namun merupakan bagian dari upaya Indonesia menyelamatkan bumi.

Aksi tanam pohon yang dilakukan presiden dan ibu Negara Ani Yudhoyono itu, dilakukan pula oleh para menteri hingga pejabat di daerah. Termasuk TNI, Polri dan Kehakiman melakukan hal yang sama.
Pun demikian dengan lembaga pendidikan, mulai dari Mendiknas, hingga ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Para kepala sekolah mendapat pembekalan khusus tentang penanaman pohon tersebut.
Kita berharap aksi tanam pohon tersebut tidak sekedar gaya-gayaan, agar masuk koran atau masuk televisi, bukan pula karena Indonesia menjadi tuan rumah konferensi PBB di Denpansar, Bali Desember mendatang, tapi karena kita ingin Indonesia tidak mengalami bencana karena kesalahan kita, karena kita ingin air, udara tetap ada.
Harapan kita semoga ini merupakan awal yang baik untuk menyelamatkan lingkungan dan menghijaukan kembali hutan, mengembalikan kembali debit air yang turun drastic. Sebab bila kita mau berbuat bersama-sama, tidak ada kata terlambat. Walau sebetulnya hutan kita sudah gundul, air kita sudah semakin habis karena tidak ada lagi hutan penyangga, tapi dengan pekerjaan yang mulia ini, kita yakin upaya bersama itu akan berhasil.
Presiden SBY tidak hanya mencanangkan aksi penanaman 79 juta pohon, tapi juga menetapkan bulan Desember sebagai bulan menanam selama satu bulan penuh. Itu bukan berarti kita tidak boleh menanam di bulan lainnya.
Banyak manfaat yang bisa diambil dari kebiasaan menanam tersebut. Kita turut menyelamatkan bumi. Bahkan sebetulnya, melihat hutan kita yang masih luas, masyarakat dunia harusnya berterima kasih kepada Indonesia karena memiliki hutan hujan tropis yang menjadi paru-paru dunia. Terutama kita di Kalbar ini, banyak Negara yang berkepentingan. Sebab kita punya Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Betung Kerimun dan masih banyak lagi hutan yang berstatus taman nasional yang disebut-sebut sebagai paru-paru dunia.
Karena dunia punya kepentingan dengan kita, maka sepantasnya dunia membantu kita memelihara hutan dengan teknologi dan dengan sumber-sumber keuangan mereka. Dunia bisa alami krisis dan malapetaka yang hebat, apabila kita tidak peduli dengan lingkungan. Sebab bumi makin panas dan kalau iklim terus berubah, maka terjadi banyak bencana, dan yang jadi korban adalah makhluk hidup di dunia ini termasuk manusia. Oleh karena itu kita dukung aksi tanam pohon tersebut.
Tujuanya jelas untuk mengurangi dampak pemanasan global, meningkatkan absorbsi gas CO2, SO2, dan polutan lainnya, serta mencegah banjir, kekeringan, dan tanah longsor.
Indonesia saat ini memiliki luas hutan tropis 120,3 juta hektar. Terbesar ketiga di dunia, dengan kekayaan alam yang luar biasa, sehingga dianggap sebagai paru-paru dunia. Karena itu, pada Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali bulan depan, kita bisa menuntut kepada dunia, apa kontribusi mereka untuk kita.
Perlu ada mekanisme yang jelas dari pemanfaatan “carbon trade” tersebut, apakah bermanfaat bagi masyarakat. Semua masih belum jelas. Dilain pihak, negara-negara maju dengan pertumbuhan industrinya seperti Amerika Serikat dan Cina yang menyumbang karbon cukup besar tidak mau menandatangani Protokol Kyoto. Jadi jangan hanya hutan yang diperhatikan, tetapi juga penyebab timbulnya karbon lainnya seperti industri dan transportasi juga perlu diperhatikan.

Baca Selengkapnya..

Wednesday, November 28, 2007

Menunggu Janji Presiden

Angin segar bagi para guru di Republik ini. Setelah tahun 2005 lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan pekerjaan guru sebagai profesi, pada peringatan Hari Guru dan ulang tahun ke-62 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), yang berlangsung di Rumbai Sport Hall, Pekanbaru, Riau, presiden kembali menjanjikan akan menaikkan kesejahteraan guru.

Menurut presiden, guru mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebab di tangan gurulah kualitas manusia suatu bangsa ditentukan.
Tekad presiden tersebut sangat beralasan dan patut untuk didukung. Dan bagi para guru sendiri, janji itu patut untuk ditunggu. Kita mendukung, karena prefesi guru adalah profesi yang amat mulia. Sebab mereka mempunyai tugas yang mulia pula, yakni sebagai peletak dasar kecerdasan suatu bangsa.
Itu pula yang menjadi dasar presiden untuk meningkatkan penghasilan guru. Dalam pemerintahannya, presiden menjadikan pendidikan prioritas utama disamping berbagai proritas lainnya.
“Saya dan menteri akan meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan guru. Ini adalah komitmen dan tanggungjawab negara menaikkan kesejahteraan guru," kata presiden di hadapan ribuan guru yang menghadiri peringatan PGRI di Riau itu.
Namun yang patut menjadi pertanyaan kita adalah, apakah kebijakan presiden itu bisa diterjemahkan oleh para menteri, terutama Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Keuangan? Lalu bagaimana dukungan dari DPR? Jangan sampai kebijakan presiden ini lalu dibaca sebagai kebijaka politik menjelang pemilu legislatif dan presiden 2009 mendatang.
Bila itu yang terjadi, maka kebijakan presiden itu akan mental di anggaran yang dalam hal ini dibahas di DPR-RI. Jadi bukan salah presiden yang telah menjanjikan, namun perlu dukungan pula dari DPR.
Lalu di tingkat daerah, kebijakan itu juga perlu mendapat dukungan dari gubernur, bupati dan walikota. Dukungan mereka mutlak diperlukan, mengingat guru kita terutama yang bertugas di daerah, termasuk di pesisir dan pedalaman, kehidupan mereka masih jauh dari yang dikatakan sejahtera.
“Bagaimana mungkin mereka bisa mengajar dengan baik, sementera mereka juga terbebani dengan kegitan lain seperti harus mencari nafkah dan sebagainya di luar tugasnya sebagai guru”. Kondisi ini yang harus dipahami bersama.
Presiden mengatakan pemerintah dengan segala tantangan dan keterbatasannya berusaha terus meningkatkan pendidikan, agar manusia dan bangsa Indonesia lebih bermartabat, unggul dan berdaya saing.
Untuk menuju kearah sana, tidak ada jalan lain, selain menggalakan dunia pendidikan kita. Dengan memperhatikan kesejahteraan guru, memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan, maka tujuan memajukan bangsa bisa terwujud dan bisa menang dalam persaingan keras globalisasi.
Dulu, orang Malaysia saja belajar di Indonesia. Tapi kini kondisinya beda, kita yang mesti belajar di Malaysia. Artinya, dalam persaingan global, kita sudah ketinggalan dari Malaysia.
Untuk kembali kekejayaan masa lampau, kita harus membenahi pendidikan kita. Sekarang saja kita sudah ketakutan dengan standar kelulusan yang kabarnya akan dinaikan lagi.
Tapi disisi lain, kita harus menerimanya. Sebab kita harus tahu dengan standar pendidikan kita sudah sampai dimana? Sekarang kita masih meraba-raba seberapa tinggi standar atau kualitas pendidikan kita? Semua masih menjadi tanda tanya besar.
Namun ditengah carut marutnya mutu pendidikan kita, ternyata ada anak-anak kita yang berprestasi dunia. Seperti di bidang Fisika, Matematika dan sebagainya. Bahkan di Byan bisa mengharumkan nama Indonesia lewat lukisan prangkonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Nah, kalau mau jujur, pendidikan kita sebetulnya tidak buruk-buruk amat. Tinggal bagaimana pemerintah merealisasikan janjinya mensejahterakan guru sehingga mutu pendidikan kita jauh lebih meningkat lagi.
Maju mundurnya suatu bangsa, juga tidak lepas dari peran guru selaku orang yang mempersiapkan calon pemimpin lewat lembaga pendidikan. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya kalau guru tidak ada. Apa jadinya suatu bangsa kalau tidak ada dunia pendidikan. Karena begitu pentingnya peran guru, maka mereka layak untuk diperhatikan. Sebab guru merupakan pemimpin yang setiap tingkah laku dan perkataannya diikuti (digugu) dan ditiru.

Baca Selengkapnya..

Buah Demokrasi

Rangkaian pelaksanaan pemilu gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) yang puncaknya dilakukan pada 15 November 2007 lalu, hampir rampung. Kita hampir melewati tahap akhir yakni sidang pleno rakapitulasi perhitungan suara masing-masing pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kalbar periode 2008-2013, Senin (26/11) kemarin.

Pleno yang dilangsungkan di ruang serbaguna Gedung DPRD Provinsi Kalbar itu disaksikan puluhan ribu pasangan mata baik di ruangan sidang maupun lewat siaran langsung TVRI SPK Pontianak, sebelum pengesahan gubenur dan wakil gubernur terpilih yang dijadwalkan hari ini.
Bagi masyarakat Kota Pontianak, hampir tidak ada yang melewatkan peristiwa bersejarah tersebut. Sebab ini adalah Pemilu gubernur pertama di Kalbar yang dilakukan secara langsung oleh rakyat.
Makanya, tak heran sepanjang pagi kemarin, hampir semua warga kota Pontianak tidak beranjak dari depan televisi. Warga terfokus dengan acara rekapitulasi suara yang menghadirkan semua KPUD Kabupaten/Kota se-Kalbar, saksi dari masing-masing kandidat, kandidat, pejabat terkait seperti Pemprov, pihak kepolisian dan kejaksaan.
Pada tahap ini tidak ada lagi yel-yel atau kampanye yang menawarkan program atau visi misi sang kandidat. Ini adalah rangkaian proses akhir yakni perhitungan suara yang telah masuk ke meja KPUD Provinsi Kalbar. Walau secara umum sebetulnya kita semua sudah tahu siapa “pemenangnya” tapi kita harus menunggu lembaga resmi yang mengumumkan tentang siapa yang memperoleh dukungan suara terbanyak. Itulah yang dipertontonkan pada, Senin kemarin.
Ya, kita sudah bersepakat untuk melaksanakan sebuah demokrasi. Sebagai konsekuensi logis demokrasi itu adalah ada yang menang dan ada yang kalah. Tapi sesungguhnya dalam konteks ini, sebenarnya tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Yang menang adalah masyarakat Kalbar.
Masyarakat saja bisa menerima hasilnya, mengapa kita harus mencederai kepercayaan masyarakat itu? Tentu sebagai pelaku politik, jelas ada perasaan yang kurang enak. Tapi sekali lagi, sebagai politisi, jelas sudah paham dengan kondisi tersebut. Dia tidak kaget ketika mendapat dukungan, demikian juga ketika tidak mendapat dukungan, dia tidak shock yang berlebihan.
Anggap semua itu “permainan” sehingga kita tidak larut dalam kesedihan. Apalagi kondisi ini sempat membuat kita tidak nyaman akibat isu yang menyebar bagai virus lewat pesan singkat (SMS). Bahkan kalau kita mengingat isu lewat SMS itu, rasanya menyesal kenapa harus ada Pilgub. Tapi kembali lagi, sebagai sebuah Negara yang memilih jalan demokrasi untuk mengganti pucuk pimpinannya, suka tidak suka kita harus menghargai proses demokrasi.
Beruntung suasana yang tidak nyaman itu langsung direspon aparat kepolisian dengan menempatkan sekitar 2000 pasukannya di tempat-tempat strategis yang bisa dikategorikan rawan.
Mendekati pleno, siang malam aparat kepolisian yang dikomando langsung Kapolda Brigjan Pol Zainal Abidin Ishak, melakukan Operasi Cipta Kondisi dengan menggelar razia yang ditujukan kepada masyarakat pengguna kendaraan roda dua maupun roda empat. Tujuan razia tersebut jelas untuk memberi rasa aman masyarakat.
Aparat kepolisian patut bekerja ekstra keras, mengingat ancaman yang luar biasa seram menjelang pleno. Tapi sekali lagi kita patut bersyukur, kita bisa melewatinya dengan baik. Pleno berlangsung aman dan damai. Proses yang semua was-was berubah menjadi tontonan yang mengasyikkan.
Walau ada saksi yang tidak menandatangani berita acara, kita juga patut menghargainya. Sebab esensi dari demokrasi adalah setuju dan tidak. Jadi kita harus bisa menghargai perbedaan itu. Biarlah semua mencair bagai air.
Oleh karena itu, sikap legowo dan lapang dada penting ditonjolkan disini. Artinya kita harus menghargai semua pihak, baik itu pemerintah yang telah susah payah menrancang pelaksanaan Pilgub hingga lembaga penyelenggara pemilu di seantero Kalbar, mulai dari KPPS, PPK dan KPU kabupaten/kota dalam menunaikan tugas dan tanggungjawabnya secara konsisten. Terlebih bagi pihak penyelenggara pemilu yang wilayahnya mengalami kendala alam pra maupun pasca digelarnya Pilgub 15 November lalu.
Kerja keras mereka harus kita hargai dengan menerima hasil akhir perhitungan suara. Memang setiap demokrasi pasti ada riak. Dan riak itu juga biasa. Tapi kita harus arif dan bijaksana menyikapi riak atau protes itu. Itulah kekurangan kita.
Toh penyelenggaraan pilgub ini secara garis besar tidak menyimpang dari perintah Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2005. itu pulalah yang mendasaru dilakukannya rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu gubernur dan wakil gubernur Kalbar 2007 pasca KPU kabupaten/kota usai melakukan proses itu di daerahnya masing-masing.
Dan akhirnya kita semua menyaksikan secara langsung maupun lewat media massa terhadap pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu gubernur dan wakil gubernur Kalbar. Dan hasilnya dapat dikatakan sudah diterima semua saksi, walau ada satu saksi yang belum menandatangani berita acara pengesahkan hasil rekapitulasi suara dimaksud, tapi itu tidak ngaruh. Itulah buah demokrasi!

Baca Selengkapnya..

Mengapa Harus Berkelahi?

Hampir dua pekan ini kita masyarakat Kalimantan Barat mengikuti berita seputar pemilu gubernur dan wakil gubernur (pilgub) Kalbar periode 2008-2013. Hampir dua pukan juga kita menyaksikan drama yang cukup cantik di perankan oleh aktor-aktor politik di pentas pilgub ini.

Mereka bisa mempertontonkan “permainan” apik di tahapan-tahapan pilgub, mulai dari proses pencalonan lewat partai pengusung, pencalonan, pendaftaran, verifikasi, bakal calon hingga pada penetapan calon.
Pada penetapan calon ini pihak penyelenggara yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Provinsi Kalbar menetapkan empat dari lima pasangan yang mendaftarkan diri ke KPU.
Keempat pasangan minus calon independent tersebut adalah nomor urut 1 pasangan H Usman Ja’far-LH Kadir, nomor urut 2 pasangan Oesman Sapta Odang-Ignatius Lyong, pasangan nomor urut 3 HM Akil Mochtar-AR Mecer dan pasangan nomor urut 4 pasangan Cornelis-Christiandy Sanjaya.
Hingga memasuki penetapan calon yang bakal berterung di pilgub Kalbar, drama yang dimainkan masih enak ditonton. Walau nuansanya agak memanas, tapi masih dominant cool-nya ketimbang hot-nya.
Kendati demikian, monuver sudah muncul di mana-mana. Ada calon yang pinta memanfaatkan momen bulan Ramadan dengan banyak “beramal” politik. Ada pula yang memanfaatkan kunjungan ke daerah-daerah. Mereka sibuk “menjual” diri. Sebab pilgub ini masyarakat bukan memilih partai atau lambing tertentu, tapi memilih gambar figure tertentu.
Itulah mengapa mereka berlamba-lomba menebar pesona hingga ke pelosok Kalbar. Bahkan ada daerah yang tidak pernah di sentuh sama sekali, mereka kunjungi.
Sampai disitu, permaian masih enak ditunton dan akrab dengan masyarakat. Bahkan masyarakat ikut-ikutan eforia politik praktis tersebut.
Drama agak menegangkan ketika memasuki tahap 13 hari kampanye. Jujur, kita pasti ada perasaan was-was menghadapi kampanye tersebut. Sebab akan ada dua atau tiga massa yang akan tumpah di lapangan.
Karena melibatkan massa, siapa pun akan sulit mengendalikannya. Apalagi dari keempat pasangan kandidat itu, ada massa fanatiknya masing-masing.
Di fase ini, tensi politik semakin tinggi. SMS beredar bagai virus yang menakutkan. Ada bujukan, ada rayuan dan ajakan, namun ada pula ancaman terhadap kelompok tertentu.
Mencemati perkembangan itu, Polda Kalbar melalui Kapolda Brijen Pol Zainal Abidin Ishak mengeluarkan perintah dengan menetapkan status keamanan Kalbar menjadi siaga I.
Sebetulnya apa pun statusnya, kita sebagai masyarakat biasa jadi tak enak. Kepanikan terjadi dimana-mana, terutama perang urat syarat antar pendukung tak dapat dielakkan.
Tapi sebagai masyarakat Kalbar, kita patut bersyukur, kita bisa melewatinya hingga pencoblosan tanggal 15 November 2007 lalu.
Walau sebelumnya KPU juga dibikin repot oleh sejumlah kelompok massa yang merasa tidak bisa ikut pilgub. Tekanan massa ini membuat KPU membuat kebijakan syarat agar bisa ikut mencoblos. Kita berharap itulah puncak ketegangan. Ternyata tidak! Bahkan dua hari pasca pencoblosan situasi semakin panas.
Panas karena, sudah ada pihak yang hampir mengetahui hasil pilgub lewat tim atau saksinya masing-masing di tiap-tiap TPS. Dan dalam perjalanannya, suara yang diimput saksi maupun petugas masing-masing kandidat tidak jauh beda dengan hasil yang diplenokan KPU kabupaten/kota yang berakhir beberapa hari lalu.
Sekali lagi, sebagai masyarakat Kalbar, kita sebetulnya tidak mempersoalkan hasilnya. Sebab siapa pun pemenangnya kita tetaplah rakyat biasa. Tidak ada pengaruh dalam hidup kita.
Tapi sekali lagi kita kesal dengan situasi. Situasi yang benar-benar tidak nyaman. Dari rumah ke rumah, dari gang ke gang bahkan dari desa ke desa dan skop yang paling luas lagi dari kabupaten ke kabupaten, muncul isu provokatif baik dari mulut ke mulut maupun lewat SMS.
Kita harus bijak menyikapi SMS yang bernuansa provokasi dan SARA itu. Apalagi menjelang pleno KPU provinsi yang akan dimulai hari ini, rasanya kalo bisa tidak usah ada pilgub. Sebab pilgub justru menebar ketakutan bagi masyarakat.
Tentu kita yang tahu jalannya proses pilgub ini, terbesit secerca pertanyaan. Kok baru sekarang dipersoalan hal-hal yang dianggap “janggal”. Mengapa sebelum pilgub mereka diam? Bahkan sebelumnya pihak lain yang mempersoalkan hal yang sama? Toh sekarang justru mereka yang meributkannya. Ribut soal banyaknya warga yang tidak milih?
Nah, disini butuh kedewasaan politik dari masing-masing kandidat. Jangan gara-gara ego pribadi Kalbar lalu tercabik-cabik. Hindari itu semua. Dan untuk memberi rasa aman masyarakat kebijakan Kapolda yang menysiagakan 2.000 pesonil gabungan dari Polda dan Poltabes itu patut dihargai.
Kita sudah jengah dengan keributan apalagi kerusuhan. Kalbar punya banyak pengalaman pahit itu. Gara-gara itu juga kita harus merelakan APBD kita “hilang” untuk membiayainya.
Agar semua itu berjalan dengan baik, dan memberi rasa aman kepada masyarakat Kalbar, kita mendukung sikap tegas Kapolda yang akan menggunakan senjata api untuk meredam aksi massa bila terjadi tindakkan massa yang mengarah kepada anarkis dan kerusuhan.
Marilah kita sama-sama belajar berdemokrasi yang santun dan bermartabat. Ya kita semua memang kaget dengan pilihan rakyat. Tapi percayalah, itu hanya sesaat. Sebab keempat calon tersebut adalah putra terbaik Kalbar. Mereka maju pasti dengan tujuan mulia, yakni membangun Kalbar yang lebih baik lagi kedepan. Semoga.

Baca Selengkapnya..

Saturday, November 3, 2007

Belasan Ribu Massa Cornelis Tumpah di Anjungan


Oleh: Tanto Yakobus

Kandidat Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 4 memulai kampanye di zona I yang dipusatkan di Anjungan, Kabupaten Pontianak. Pada kampanye hari keempat pasangan Drs. Cornelis, MH dan Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM menghadirkan jurkam pusat dan daerah.


Jurkam pusat diwakili oleh Sekjen KBPP, Agenanda Djatmika, dan pengusaha Ir Mike Jeno, MBA, sedangkan jurkam daerah, Ketua DPC PDI-Perjuangan Kabupaten Pontianak, Sujiwo, SE, Makarius Sintong, SH, MH, William Amad, BA, Drs. Ibrahim Banson, SH, Drs. Cornelius Kimha, M.Si, Kebing Lyah, Moses Alep dan Serunli, Ketua Ikatan Keluarga Besar Madura Kota Pontianak.
Hujan deras yang mengguyur Anjungan mulai pukul 12.00 WIB tidak menghentikan langkah massa mendatangi arena kampanye di halaman rumah betang yang kerap dijadikan lokasi Naik Dango masyarakat Dayak Kanayatn.
Pukul 13.00 hujan reda, dan kampanye pun dimulai dengan menyanyikan lagu Maju Tak Gentar dan dilanjutkan dengan lagu Indonesia Raya.
Sujiwo yang tampil pertama mengajak masyarakat untuk merapatkan barisan dan tidak lagi melihat siapa figur dan dari kalangan mana, “Ingat tanggal 15 November, coblos nomor 4,” serunya.
Sujiwo menegaskan bahwa Cornelis adalah figur nasionalis dan pemimpin masa depan milik semua etnis. Karena belasan ribu massa meluber, panitia yang sejak semua telah menyiapkan water cannon dari Yayasan Pemadam Kebakaran Sungai Pinyuh, terpaksa menyemprotkannya berkali-kali. Ternyata rintik hujan yang mengiringi kampanye tidak cukup membuat massa kedinginan. Massa justru kepanasan sambil berjingkrak-jingkrak mengikuti irama lagu “Kucing Garong” yang dibawakan Trio Macan. Selain Trio Macan, juga tampil artis dari Kota Pontianak dengan iringan Madona Band.
Cornelis tampil membakar massanya dengan orasi-orasi politik yang mengena dan dirasakan langsung masyarakat. Seperti masih terjadinya ketimpangan SDM antara kota dan desa (pedalaman), infrastruktur jalan yang tidak kelar-kelar. “Kita bukan mengumbar janji-janji kosong, tapi sudah kewajiban pemerintah memperhatikan itu semua,” teriak Cornelis yang terlihat pandai memainkan intonasi suaranya.
Cornelis di hadapan massa sekali lagi menegaskan dirinya menjadi pemimpin sudah dipersiapkan pemerintah, mulai dari APDN Pontianak, Fakultas Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya Malang, dan Magister Hukum Untan. “Jadi saya ini pemimpin bukan meletus dari bambu, tapi dari pendidikan yang memang disiapkan untuk menjadi pemimpin,” tegasnya disambut riuh massa.
“Jadi saya adalah seorang administrator pemerintahan, sehingga paham betul mengelola pemerintahan,” kata Cornelis mantap.
Sementara itu, Agenanda Djatmika dalam orasinya meminta masyarakat yang kebetulan bukan Dayak dan Muslim untuk tidak ragu-ragu memberi dukungan kepada Cornelis. “Tidak haram orang muslim seperti saya untuk memilih Cornelis, karena kita butuh pemimpin yang berani berbuat untuk rakyatnya daripada pemimpin yang mementingkan dirinya dan golonganya saja,” kata Djatmika yang jauh-jauh datang dari Jakarta.
Sementara itu Ketua IKBM Kota Pontianak, Serunli meminta warga Madura yang ada di Anjungan, Sungai Pinyuh maupun Galang dan Paniraman untuk memberikan dukungan kepada Cornelis. “Sekaranglah kita memberikan kepada orang daerah untuk menjadi tuan di negerinya sendiri. Kita harus memberi kepercayaan itu,” serunya.
Makarius Sintong yang tak asing lagi bagi warga Kabupaten Pontianak mengatakan, selama empat hari ini kampanye Cornelis, dirinya sangat yakin Cornelis menang. Dari Sambas, Singkawang, Bengkayang dan sekarang Anjungan, saya tidak sangsikan lagi masyarakat sangat rindu dengan pemimpin barunya.
“Saya tanya, apakah bapak-ibu dan saudara-saudaraku datang ke sini karena terpaksa atau di bawah tekanan?” tanya Makarius. “Tidak,” teriak massa bergemuruh.
Makarius yang sudah tiga periode sebagai anggota DPRD Provinsi menjelaskan dirinya tahu betul kondisi pembangunan di Kalbar. “Jadi dari visi misi empat kandidat yang saya baca, hanya pak Cornelis yang berani membuat pembangunan dari pedalaman ke kota. Ini beda dengan gubernur-gubernur sebelumnya,” tegasnya.
Masih kata Makarius, dari visi misinya membangun Kalbar ke depan, sangat komplek, mulai dari pembangunan daerah kepulauan, pesisir, pedalaman baru perkotaan. “Itu memberi angin segar bagi kemajuan daerah yang selama ini terbelakang,” tegas Makarius yang hampir habis suaranya itu.
Tepat pukul 16.00 Cornelis kembali tampil menutup kampanye dengan menyanyikan lagu Gebyar-Gebyar ciptaan Gombloh. Massa pun membubarkan diri dengan tertib.□

Versi cetak dimuat Borneo Tribune, Sabtu (3/11)

Baca Selengkapnya..

Thursday, November 1, 2007

Cornelis Akhiri Kampanye di Zona II


Hari Ini Bius Anjungan dengan Trio Macan

Oleh: Tanto Yakobus

Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Barat nomor urut 4, Drs. Carnelis, MH dan Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM yang mendapat kesempatan kampanye pedana di zona II, mengakhiri kampanyenya di Kabupaten Bengkayang, Kamis (1/11) kemarin.

Pasangan yang mengusung semboyan “Bersatu Kita Menang” ini memulai kampanyenya di Kabupaten Sambas, Selasa (30/10) dengan menghadirkan juru kampanye (Jurkam) Rosliyan Ramli, SE (anggota DPRD Provinsi Kalbar Dapil Sambas), Makarius Sintong, SH, MH (mantan anggota DPRD Provinsi Kalbar) dan Cornelis sendiri.
Diperkirakan 10-12 ribu massa tumpah di lapangan Gabsis Sambas. Suasana tambah semarak dengan kehadiran artis dangdut Trio Macan yang terkenal dengan lagu “Kucing Garong”.
Gaya khas tiga cewek seksi ini sungguh menarik perhatian massa yang datang dari berbagai kecamatan se-Kabupaten Sambas itu.
Makarius Sintong yang tampil sebagai Jurkam kepada saya mengatakan, masyarakat antusias menghadiri kampanye perdana pak Cornelis. “Sejak pagi hingga siang, massa sudah berduyun-duyun memasuki kota Sambas. Mereka datang dari berbagai daerah atau kecamatan se-Kabupaten Sambas,” ungkap Makarius yang sudah tidak asing bagi warga Sambas.
Dalam orasinya Makarius mengajak warga Sambas bersatu merapatkan barisan untuk mencoblos nomor 4 (pasangan Cornelis-Christiandy) pada pemilu gubernur 15 November 2007 mendatang.
Sementara itu, Cornelis yang tampil sebagai kampanye penutup mengajak masyarakat Sambas untuk bersatu membangun Kalimantan Barat. “Hanya dengan persatuan dan demokrasi kita bisa membangun daerah kita sendiri. Jangan menunggu orang membangun daerah kita, tapi kita sendiri yang harus bangkit mengejar ketertinggalan itu, dengan membangun daerah sendiri,” tegas Cornelis.
Cornelis menjamin apabila terpilih, akan memprioritaskan pembanguan di daearah pesisir dan pedalaman. “Selama ini pembangunan hanya terpusat atau bertumpu di daerah perkotaan saja. Sekaranglah saatnya kita merevolusi pola pikir untuk membangun daerah demi kesejahteraan rakyat,” tegas Cornelis yang disambut teriakan massa “hidup Cornelis, hidup Cornelis”.
Setelah melaksanakan kampanye di Kabupaten Sambas, Cornelis dan Tim Kampanye menuju Kota Singkawang, Rabu (31/10).
Di kota Amoy ini, tim sukses Cornelis yang dimotori Tim Thung Sim dan PDI-Perjuangan mengambil tempat Terminal Induk Singkawang sebagai arena kampanye.
Pada hari kedua, pasangan yang diusung PDI-Perjuangan ini menampilkan Jurkam-Jurkam yang familiar dengan masyarakat Kalbar. Mereka adalah Drs. Sebastianus Massardy Khapat, Sujianto, Budi Santoso dan Drs. Cornelius Kimha, M.Si.
Pada kesempatan ini pasangan Cornelis-Christiandy tampil bareng di hadapan sekitar 12 ribu massa. Massa yang hadir tidak hanya dari Kota Singkawang saja, tapi dari luar kota seperti Samalantan dan Pemangkat.
Agar orasi politik para Jurkam tidak menoton, lagi-lagi Trio Macan mampu menghibur massa dengan goyang yahutnya. Menurut salah seorang anggota Tim Thung Sim, kehadiran SM Khapat dalam kampanye Cornelis menarik perhatian para orang tua dan pemilih tradisional. Mereka yang tergolong pemilih tradisional sangat mengenal figure Khapat yang juga mantan anggota DPR-RI dari PDI itu.
Dalam orasi politiknya Khapat mengajak warga Kota Singkawang untuk jernih memilih calon gubernur. “Jangan memilih berdasarkan uang dan itimidasi, tapi pilihlah calon yang benar-benar punya niat membangun daerah,” pinta Khapat.
Menurut Khapat, mengapa dirinya mendukung dan menjadi Jurkam Cornelis, adalah pilihan yang sangat rasional. “Inilah kesempatan (mungkin) pertama dan terakhir, bagi putra terbaik Dayak untuk punya kesempatan bertarung memperebutkan kursi Gubernur Kalbar. Dan kesempatan itu harap digunakan dengan sebaik-baiknya dengan memberi dukungan suara kepada pak Cornelis dan Christiandy pada 15 November mendatang,” pinta Khapat.
Khapat yang sudah malang melintang di dunia politik ini menceritakan pengalamannya, “pasca Gubernur Oevaang Oeray, kita terutama dari kalangan Dayak tidak pernah lagi punya kesempatan. Dalam lobi-lobi politik kita selalu kalah, karena kita minoritas dibidang politik. Dan itu fakta yang terjadi selama kurang lebih 36 tahun ini,” jelas Khapat.
Selain “membakar” massa dengan pengalamannya, Khapat lebih banyak mengajak massa untuk rasional dalam memilih calon gubernur. Ia menilai semua kandidat baik, tapi untuk power sharing, sekaranglah saatnya. Sebab untuk lima tahun kedepan peluang itu sulit didapat. Pak Cornelis (mungkin) tidak lagi ketua PDI-Perjuangan. “Itulah pertimbangan saya mensukseskan perjuangan pak Cornelis,” tegas Khapat yang juga pernah menjadi calon wakil gubernur berpasangan dengan Gusti Syamsumin, namun kalah dari Usman Ja’far-LH Kadir dalam pemilian di DPRD Kalbar waktu itu.
Hari ketiga, Kamis (1/11) Cornelis mengakhiri kampanye di Bengkayang. Massa tumpah di Bengkayang ditaksir 20-an ribu orang. Lapangan sepak bola Bengkayang tak menampung. Masih dengan Trio Macan, kampanye Cornelis-Christiandy kali ini menghadirkan Jurkam dari DPC PDI-Perjuangan Bengkayang, Yohanes Dopung, Drs. Hendrick Clemen. Dari Provinsi, Drs Ibrahim Banson, SH, William Amad, BA, Ronny Nicolas Ranggie, Budi Santoso (Tionghoa) dan Dirham (mewakili etnis Melayu). Kampanye ditutup orasi politik Cornelis sendiri sembari meminta doa restu masyarakat Bengkayang.
Hari ini, Jumat (2/11) Cornelis-Christiandy memulai kampanye di zona I yang dipusatkan di Anjungan. Rencananya kampanye monolog ini akan dimulai pukul 13.00 WIB dengan menghadirkan Jurkam-Jurkam andalan dan artis dangdut Trio Macan.□

Baca Selengkapnya..