BERPEGANGLAH PADA DIDIKAN, JANGANLAH MELEPASKANNYA, PELIHARALAH DIA, KARENA DIALAH HIDUPMU...Amsal 4:13

Tuesday, July 17, 2007

CU sebagai Penyangga Ekonomi Keluarga

Tanto Yakobus
Borneo Tribune, Pontianak.

Perlahan tapi pasti, kita mulai bangkit dan melepaskan diri dari belenggu krisis ekonomi yang melanda Republik tercinta ini. Hampir sepuluh tahun yang lalu, kita mengalami krisis yang begitu hadsyat. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjun bebas.
Kondisi itu membuat banyak orang putus asa dan jatuh. Tidak sedikit perusahaan yang tutup. Konsekuensinya banyak karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengangguran meningkat tajam. Jangankan perusahaan swasta, pemerintah saja “bangkrut”, sehingga banyak perusahaan milik negara tergadai gara-gara tidak mampu menutupi biaya operasional.
Itu baru yang dirasakan perusahaan besar maupun negara. Lalu bagaimana dengan rakyat kecil kala itu? Banyak keluarga berantakan gara-gara tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Jangankan untuk usaha, makan saja susah. “Negeri saja susah, apalagi rakyatnya?” keluhan seperti itu terdengar di mana-mana, bahkan hampir tidak mengenal ruang dan waktu lagi. “Yang kaya jadi miskin dan yang miskin semakin tambah miskin”.
Tapi bagi mereka yang sudah menumpuk dollar di negara tetangga, jelas semakin kaya. Sebab mereka bisa dipastikan kaya mendadak bila dollarnya ditukar rupiah.
Tapi dibalik kesusahan itu, ternyata tidak berpengaruh bagi keluarga yang kebetulan yang sudah mengenal dan menjadi anggota Credit Union (CU). Kehadiran CU betul-betul dewa penolong saat krisis menghantam negeri ini.
Sementara banyak sektor lain macet, tapi keluarga yang mempercayakan CU sebagai tempat menabung, ternyata krisis ekonomi yang melanda negeri ini tidak banyak berpengaruh. Bahkan mereka yang punya usaha maupun yang belum, bisa mengembangkan usahanya berkat CU.
CU punya prinsip kerja yang unik. Modalnya cuma kepercayaan, sementara semangatnya adalah pendidikan. Jadi hanya bermodalkan kepercayaan dan tekun mengikuti pendidikan yang diselenggarakan CU, selaku anggota, pasti bisa mengembangkan diri maupun usahanya.
Catatan saya selalu sesama anggota CU, selama masa krisis, tidak sedikit keluarga yang menyandarkan hidup dan pengembangan usahanya pada CU. Mereka bisa memastikan modal yang mereka tabung tidak akan hilang, sementara usaha yang mereka kembangkan bertambah maju.
Contoh kecil begini: bila Anda mempunyai uang Rp 2 juta dan ingin membuka usaha es cendol. Logikanya, yang tersebut sudah cukup untuk buka usaha es cendol. Mulai dari biaya bikin gerobak dan mungkin bahan bakunya. Tapi uang Anda dijamin habis hanya untuk modal saja. Sementara untuk pengembangannnya, Anda sudah mengalami kesulitan karena tidak punya uang lagi.
Tapi bila Anda anggota CU; Anda punya uang sama Rp 2 juta dan disimpan di CU. Lalu Anda pinjam modal dari CU Rp 2 juta juga. Mungkin untuk biaya pengadaan gerobak dan bahan bakunya sama nilainya dengan contoh pertama. Tapi karena Anda anggota CU, Anda bisa berusaha dengan tenang, sebab uang Anda di CU tidak hilang, tetap Rp 2 juta. Anda tinggal mengembalikan modal Rp 2 juta tadi. Tidak hanya itu, uang Anda justru bertambah sebab selain mengembalikan modal, uang Anda yang disimpan itu berbunga demikian juga dengan pinjaman Anda juga berbunga. “Jadi di CU itu ada istilah bunga berbunga,” kata AR Mecer dedengkot CU kepada saya pada suatu ketika.
Dengan sistem kerja seperti ini, maka tak heran manakala orang pusing tujuh keliling kehilangan pekerjaan, harga barang naik sementara kemampuan tidak ada, ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap mereka yang sudah menjadi anggota CU.
Jadi CU betul-betul penyangga ekonomi keluarga. Contoh kongkit dirasakan para orang tua yang menyekolahkan anak mereka di Pontianak. Mereka sangat terbantu dengan CU. Sebab CU sudah mempunyai jaringan hampir di seluruh daerah pedalaman Kalbar.
Bahkan kini CU tumbuh dimana-mana.
Munaldus dalam laporannya di majalah Kalimantan Review menuliskan, saat ini CU ada di mana-mana, kepadatannya cukup tinggi di Kalbar. Ini artinya peran CU sangat tinggi dalam menunjang perekonomian keluarga baik di kota maupun di kampung-kampung.
Kini kondisi ekonomi kita semakin baik. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan gembira menyaksikan koperasi di Indonesia mulai bangkit kembali sebagai salah satu penyangga perekonomian nasional.
"Terus terang saya gembira mendengar inisiatif koperasi turut mendorong bergeraknya roda ekonomi di Indonesia," kata Presiden Yudhoyono pada acara puncak Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-60 di Nusa Dua, Bali, Kamis lalu.
Presiden menyatakan, koperasi merupakan perkumpulan orang-orang yang melakukan kegiatan usaha dengan tujuan mulia yaitu tidak saja berpartisipasi meningkatkan taraf hidup para anggotanya sekaligus meningkatkan ekonomi bangsa.
"Kelompok masyarakat dalam koperasi telah bangkit. Jika dulu pemerintah pusat yang aktif mendorong kegiatan koperasi, namun saat ini Pemda baik Provinsi, Kabupaten/ kota dengan semangat otonomi daerah juga aktif mendorong koperasi," ujar Presiden.
Presiden menambahkan, dengan sumberdaya yang dimilikinya koperasi sudah menuju tahapan demokrasi ekonomi yang semakin sehat dan itu ditandai makin besarnya partisipasi koperasi dalam mendorong komunitas lokal pada setiap aktivitas ekonomi.
Kiranya, amanat presiden tersebut menurut saya secara kontinyu telah dijalankan oleh CU sebagai penggerak ekonomi keluarga, terutama bagi keluarga yang tidak mampu alias tidak bermodal. Mengapa saya katakan tidak bermodal, Sebab modalnya cukup saling percaya dan pendidikan. Dengan memahami CU melalui pendidikan internal di CU, anggota diharapkan memahami aturan main. Jadi kepercayaan yang dikembangkan di CU berangkat dari pendidikan internal tersebut. Anda tak percaya? Silakan coba.□

Versi cetak diterbitkan Borneo Tribune, tanggal 15 Juli 2007

0 komentar: